IKN dan Politik Lingkungan: Antara Janji Hijau dan Kenyataan yang Abu-abu
Politik | 2025-05-20 02:44:16
Proyek Ibu Kota negara (IKN) yang di bangga-banggakan dan di gadang-gadangkan akan menjadi simbol masa depan Indonesia, dimana akan menjadi ibu kota pintar dan berkelanjutan, yang disebut akan menjadi tonggak pembangunan yang ramah lingkungan dengan Konsep ‘Forest City’ dan target energi bersih. Namun, bagaimana kenyataan lapangannya?.....
Pemerintah menjanjikan 65% wilayah IKN sebagai ruangan hijau dan sumber energi dari matahari serta panas bumi. Hal ini tidak sesuai dengan apa yang terjadi di lapangan, dimana ribuan hektare hutan Kalimantan dikorbankan diantaranya terdapat hutan adat yang menjadi sumber hidup masyarakat lokal.
Kita patut bertanya: jika pembangunan dilakukan dengan merusak ekosistem dan mengabaikan suara masyarakat, bisakah itu benar-benar disebut “berkelanjutan”????
Di kawasan Sepaku, Kalimantan Timur, masyarakat adat Balik dan komunitas lokal mulai merasakan dampaknya. Banyak dari mereka belum diberi informasi yang jelas, bahkan ada yang belum menerima ganti rugi yang memadai. Tetapi Pembangunan tetap berjalan, semntar nasib warga sekitar dikesampingkan.
Pada proyek ini juga adanya gejala otoritarianisme hijau, yaitu ketika isu lingkungan digunakan untuk membenarkan pembangunan yang ekslusif, cepat dan minim partisipasi. Justru pemerintah mendorong proyek ini sebagai langkah ‘visioner’. Padahal, pembangunan yang benar-benar hijau seharusnya demokratis dan terbuka terhadap kritik, ketika masyarakat tidak diberi ruang untuk bicara, ketika suara penolakan dimatikan, dan ketika tanah diambil tanpa proses adil, disitulah hijau berubah menjadi ilusi.
Proyek IKN dapat menjadi peluang besar jika dibangun dengan menghormati alam dan manusia. Kota hijau seharusnya dibangun di atas prinsip keadilan ekologis dan sosial: mendengar suara warga, menghargai hak masyarakat adat, serta menjamin transparansi dalam pengambilan keputusan. Keberlanjutan sejati bukan soal teknologi, tetapi soal bagaimana manusia hidup berdampingan dengan alam dan satu sama lain.
Jika pembangunan hijau justru menyingkirkan rakyat, kita perlu bertanya: Hijau untuk siapa? Oleh siapa? Dan dengan cara apa?.... Kesadaran publik adalah bentuk kekuatan, Semakin banyak dari kita yang kritis dan peduli, semakin kecil kemungkinan proyek-proyek besar dibangun tanpa pertanggungjawaban. Mari jaga alam, jaga demokrasi.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
