Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Muhammad Evan Fauzi

Mahasiswa dan Ancaman Polarisasi Politik Jelang Pemilu 2024

Politik | 2024-11-20 20:50:36

Mahasiswa dan Ancaman Polarisasi Politik Jelang Pemilu 2024

Pemilu 2024 tinggal menghitung hari, dan suhu politik di Indonesia mulai memanas. Isu polarisasi sosial kembali menjadi momok yang mengancam persatuan bangsa, seperti yang pernah terjadi pada pemilu-pemilu sebelumnya. Sebagai mahasiswa, saya merasa bahwa kondisi ini tidak bisa dianggap remeh. Polarisasi bukan hanya membelah masyarakat umum, tetapi juga mulai merasuk ke dalam ruang-ruang diskusi di kampus, termasuk di kampus saya Universitas Airlangga.

Media sosial, yang seharusnya menjadi sarana untuk menyuarakan aspirasi, kini sering kali berubah menjadi medan perang opini. Narasi provokatif, berita hoaks, hingga ujaran kebencian tersebar dengan mudah. Generasi muda, termasuk mahasiswa, sering kali menjadi target utama dari propaganda semacam ini. Tak sedikit yang tanpa sadar terjebak dalam arus informasi yang bias, memperburuk polarisasi yang sudah terjadi. Sebagai bagian dari generasi yang memiliki akses luas terhadap informasi, mahasiswa memiliki tanggung jawab besar untuk melawan arus ini. Namun, tantangannya adalah bagaimana kita bisa tetap kritis tanpa terjebak dalam polarisasi itu sendiri.

Apa Sih yang Bisa Dilakukan Mahasiswa?

1. Menjadi Penyeimbang Narasi

Mahasiswa harus mampu menjadi penyeimbang di tengah narasi yang memecah belah. Dengan membangun diskusi yang sehat dan berdasarkan fakta, kita bisa mendorong terciptanya ruang dialog yang lebih terbuka dan inklusif. Misalnya, organisasi mahasiswa di Universitas Airlangga bisa mengadakan forum diskusi lintas sudut pandang tentang isu-isu politik terkini, seperti dinamika pencapresan atau tantangan kebijakan publik di masa transisi pemerintahan.

2. Mengedukasi Publik dengan Informasi yang Valid

Di era disinformasi seperti saat ini, mahasiswa perlu mengambil peran sebagai penyebar informasi yang valid. Kita bisa memanfaatkan media sosial untuk membagikan data atau analisis yang objektif terkait isu-isu politik. Dengan cara ini, kita tidak hanya mengedukasi diri sendiri tetapi juga masyarakat luas.

3. Memanfaatkan Posisi sebagai Agen Perubahan

Mahasiswa Universitas Airlangga dikenal sebagai agen perubahan yang aktif menyuarakan aspirasi masyarakat. Peran ini bisa dimaksimalkan dengan mengawal isu-isu penting yang menjadi perhatian publik, seperti transparansi pemilu, independensi lembaga negara, hingga perlindungan hak asasi manusia. Dalam konteks kampus, mahasiswa juga bisa menjadi penggerak aksi-aksi kolektif yang mendukung pemilu damai dan bebas dari politik identitas.

4. Berpikir Kritis dan Independen

Sebagai mahasiswa, kita dituntut untuk berpikir kritis. Ini berarti tidak langsung percaya pada informasi yang diterima, terutama dari sumber yang tidak jelas. Melakukan verifikasi informasi sebelum menyebarkannya adalah langkah kecil yang dapat mencegah meluasnya hoaks.

Polarisasi: Ancaman yang Nyata!!!

Fenomena polarisasi politik bukan hanya terlihat di dunia maya, tetapi juga mulai menjangkiti hubungan di dunia nyata. Saya sering mendengar cerita dari teman-teman di kampus yang merasa hubungan pertemanan atau bahkan keluarga mereka terganggu karena perbedaan pilihan politik. Perpecahan semacam ini sangat disayangkan, mengingat demokrasi seharusnya menjadi ajang perayaan keberagaman pendapat, bukan alat untuk memecah belah.

Dalam beberapa kasus, polarisasi bahkan menciptakan rasa takut untuk berbicara secara terbuka. Beberapa mahasiswa enggan menyuarakan pendapat politiknya karena takut dihujat atau dimusuhi oleh lingkungan sekitarnya. Situasi ini tentu bertentangan dengan semangat akademik yang menjunjung tinggi kebebasan berpikir dan berbicara. Kampus seharusnya menjadi ruang aman untuk berdiskusi, meskipun dengan pandangan yang beragam.

Harapan untuk Generasi Muda

Dengan jumlah pemilih muda yang mencapai hampir setengah dari total pemilih di Pemilu 2024, suara mahasiswa sangat berpengaruh. Namun, suara ini hanya akan berarti jika didasarkan pada pemahaman yang mendalam tentang isu-isu politik dan bukan sekadar emosi sesaat. Mahasiswa harus mampu melihat gambaran besar, melampaui narasi-narasi sempit yang hanya menguntungkan pihak tertentu.

Polarisasi politik bukan hanya ancaman bagi pemilu, tetapi juga bagi masa depan bangsa. Sebagai generasi muda, kita memiliki peran penting untuk meredamnya dengan cara-cara yang intelektual dan damai. Pemilu adalah momentum untuk membuktikan bahwa perbedaan pendapat tidak harus memecah belah, melainkan bisa menjadi kekuatan untuk mencapai tujuan bersama: Indonesia yang lebih baik.

Menatap Masa Depan

Setiap pemilu adalah babak baru dalam perjalanan demokrasi bangsa ini. Mahasiswa, sebagai salah satu elemen penting dalam masyarakat, memiliki kesempatan untuk menjadi aktor utama dalam menentukan arah perjalanan itu. Jangan biarkan polarisasi mengaburkan pandangan kita terhadap tujuan utama dari sebuah demokrasi, yaitu menciptakan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia.

Mari jadikan Pemilu 2024 sebagai ajang pembuktian bahwa generasi muda Indonesia tidak hanya mampu berbicara, tetapi juga bertindak sebagai pembawa perubahan. Dengan berpikir kritis, menyebarkan informasi yang benar, dan berani menyuarakan kebenaran, kita bisa menjadi bagian dari solusi untuk mempersatukan bangsa, bukan malah ikut memperkeruh keadaan

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image