Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Abdul Rojak Lubis

Islam dan Dakwah

Agama | Sunday, 27 Mar 2022, 22:37 WIB

Islam ibarat tubuh dan dakwah sebagai ruhnya. Jika dakwah sudah berhenti, maka Islam pun akan kehilangan arah, lemah dan lumpuh. Sejak zaman Rasulullah SAW, sahabat, tabi’in sampai sekarang Islam dikembangkan dengan dakwah.

Jika disebut nama Spanyol, ingatan kita akan tertuju pada klub bola, seperti Madrid, Sevilla dan Malaga. Namun, ada peristiwa penting yang tidak pernah terlupakan. Islam pernah mengukir sejarah kejayaan dan keemasannya di sana. Saat itu, Islamlah sebagai negara adikuasa (superpower), baik dari segi ekonomi, militer, politik, ilmu pengetahuan atau yang lainnya. Kejayaan itu diperoleh berkat dakwah.

Namun, dengan berat hati, Islam terpaksa angkat kaki dari sana. Tinggallah istana mewah dan bangunan indah. Kejayaan itu direbut dua kerajaan besar Kristen, Raja Ferdinand dan Ratu Isabella. Saat ini hanya tinggal kenangan dan sejarah yang memilukan.

Ahmad Mahmud Himayah dalam bukunya Kebangkitan Islam di Andalusia, menuliskan penyebab runtuhnya peradaban Islam di Andalusia. Runtuhnya Andalusia (Spanyol) disebabkan perpecahan umat Islam itu sendiri, cinta dunia dan takut mati (wahn), memudar atau hilangnya peran ulama, mengabaikan aktivitas dakwah, dan melemahnya semangat jihad.

Sejarah ini mengingatkan kita bahwa betapa pentingnya dakwah untuk menjaga keutuhan Islam. Allah menegaskan dalam al-Qur’an; “Dan hendaklah ada segolongan umat di antara kamu yang meyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang yang beruntung.” (QS. Ali Imran [3]: 104).

Dakwah identik dengan mengajak atau menyeru untuk kebaikan dan mencegah dari kemunkaran. Dakwah sifatnya merangkul bukan menghakimi. Mengingatkan orang beriman agar senantiasa istiqamah dalam keimanannya. Menggembirakan pelaku maksiat, bahwa ia orang yang paling beruntung jika bertaubat. Menggunakan komunikasi dakwah yang baik, lemah lembut (layyina) dan bijaksana (hikmah).

Awali dakwah dari diri sendiri, keluarga, family, tetangga hingga seluruh manusia. Begitulah dakwah yang dicontohkan Rasulullah SAW. Sejatinya setiap muslim hendaklah berdakwah, baik melalui lisan, tulisan, maupun perbuatan. Sebab, berdakwah merupakan perbuatan yang mulia di sisi Allah SWT.

Kemudian di ayat lain Allah jelaskan; “Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Di antara mereka ada yang beriman, namun kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik. (QS. Ali Imran [3]: 110).

Sebagai umat terbaik, senantiasa menghidupkan dakwah. Islam akan selalu unggul dari umat lainnya, dan menunjukkan jati dirinya sebagai rahmatal lil’alamin. Maka, Islam akan terjaga kemurnian dan keutuhannya. Tidak mustahil, Islam akan tampil kembali mencapai puncak kejayaannya.

Beberapa hari lagi kita akan memasuki bulan suci ramadhan 1443 H. Bulan yang penuh hikmah, berkah, dan maghfirah. Orang beriman dipanggil Allah untuk menunaikan ibadah puasa. Selain ibadah puasa, dilengkapi dengan ibadah lainnya, seperti, tarawih, tadarus, sedekah, dan zakat. Atas dasar keimanan, umat Islam berlomba-lomba (fastabiqul khairat) untuk meraih derajat bergengsi di sisi Allah yaitu takwa.

Karena itu, suasana umat Islam di bulan Ramadhan jauh berbeda dengan bulan-bulan lainnya. Di bulan inilah umat Islam berkompetisi untuk melakukan amal saleh sebagai bekal akhirat. Sebab, ibadah dibalas Allah dengan berlipatganda. Maka, umat Islam pun antusias meramaikan dan memakmurkan masjid dengan tujuan beribadah kepada Allah SWT.

Ini merupakan momentum yang tepat bagi ustadz, muballigh, kiai, atau ulama untuk menyampaikan dakwah. Semestinya peluang ini dimanfaatkan jangan diabaikan. Dengan adanya syiar dakwah, ibadah pun akan berkualitas. Wallahu a’lam

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image