Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Tyas Chairunisa

Apakah Benar Aku Cantik?

Sastra | Saturday, 25 Mar 2023, 06:02 WIB

Petang itu, kami berada di salah satu rumah makan menanti waktu berbuka puasa. Kamu memulai suatu obrolan.

"Dia bilang aku cantik. Apakah benar?" tanyamu kepadaku.

"Siapa yang bilang?"

"Lelaki itu," jawabmu. Ya, aku ingat, lelaki yang sedang mendekatimu dan kamu ceritakan beberapa hari lalu.

"Lelaki itu tidak salah."

"Ah, kamu ini sama saja dengan dia. Cuma bedanya kamu tidak punya modus seperti dia."

Hei, aku berbeda dengan dia! Jangan samakan aku dengan dia, Cantik! Begitulah pikiranku.

"Cantik itu hanya bonus bagi orang yang melihat atau memperhatikanku. Kalau memang aku cantik, mengapa senior yang kutaksir dulu tidak tertarik denganku? Mengapa dia yang pernah kucintai dan membuatku mengabdi secepat itu berpaling? Mengapa aku harus disakiti dan dikecewakan?"

"Lalu, sekarang kamu mau beropini apa?"

"Meski mereka, ya salah satunya lelaki itu bilang beberapa kali bahwa aku cantik, nyatanya aku tidak merasa cantik. Cantik bukanlah tolok ukur dalam segala hal. Kalau aku cantik, pasti aku akan dijaga, terutama kepercayaan dan kesetiaanku."

"Jadi, menurut kamu bagaimana?'

"Lelaki yang bilang bahwa aku ini cantik itu karena modus. Sampai saat ini, aku belum pernah merasakan ada orang yang tulus mengatakan aku cantik sehingga aku benar-benar merasa cantik."

"Kamu memang tidak sadar bahwa kamu ini cah ayu?"

"Ah, sudahlah tak usah kamu menyebutku cah ayu. Sudah kubilang, kan, aku akan merasa cantik bila memang ada lelaki tulus yang mengatakannya seraya dia mampu meyakinkan diriku bahwa dia akan selalu menjaga perasaan, kepercayaan, dan kehormatanku sebagai seorang perempuan yang dicintainya, pun akan melindungiku. Bahkan, tidak pernah terlintas di benaknya untuk melepasku begitu saja. Dia jugalah yang berusaha membuatku selalu tersenyum dan tertawa bahagia dan tidak membuatku meneteskan air mata karena terluka."

"Oh, iya, azan magrib pukul berapa?" tanyamu saat aku mencerna segala bentuk pernyataan yang terlontar dari bibirmu yang mungil.

"Sekitar lima menit lagi," jawabku sambil melihat arloji.

"Maafkan aku."

Kamu mengernyitkan dahi. "Untuk apa minta maaf? Kamu punya salah sama aku?"

Aku tak mampu menjawabnya, hanya bisa tersenyum. Di lubuk hati yang terdalam ada rasa sesal yang mendera karena aku tidak mampu memperjuangkanmu dan berkata bahwa kamu memang cantik.

"Ah, seandainya saja kamu yang bilang aku cantik, bukan sekadar basa-basi ungkapan cah ayu," ujarmu pelan dan aku mendengarnya.

Tak lama kemudian, azan magrib pun berkumandang.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image