Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Mikhael Kana Torangma Simatupang

Inovasi Teknologi Menopang Program Makan Bergizi Gratis

Teknologi | 2025-10-14 23:02:52

Program impor satu juta sapi perah untuk mendukung Makan Bergizi Gratis (MBG) merupakan langkah besar menuju ketahanan pangan nasional. Namun, tantangan utamanya bukan sekedar menghadirkan sapi dalam jumlah banyak, melainkan bagaimana menjaga kualitas susu dan daging agar tetap segar, sehat, serta aman hingga ke tangan masyarakat. Tersedianya teknologi yang memegang peran penting — mulai dari blockchain untuk menjamin transparansi, hingga cold-chain modern yang memastikan suhu dan kualitas produk terjaga di sepanjang jalur distribusi.

Masalah utama dalam rantai pasok pangan hewani di Indonesia bukan hanya minimnya infrastruktur pendingin (cold-chain) yang andal, tetapi juga lemahnya sistem pemantauan kualitas produk secara real-time. Akibatnya, tidak sedikit produk yang kehilangan mutu karena distribusi lambat, suhu penyimpanan yang tidak stabil, atau ketiadaan sistem deteksi dini terhadap penurunan kualitas.

Pembangunan jaringan cold-chain bertenaga surya di daerah terpencil dapat menjadi solusi ganda — menjaga kualitas produk sekaligus ramah lingkungan. Sistem ini tidak bergantung pada pasokan listrik konvensional yang sering tidak stabil, sehingga cocok diterapkan di wilayah pedesaan atau sentra peternakan baru.

Namun menjaga suhu saja tidak cukup. Melalui integrasi teknologi blockchain, setiap tahapan mulai dari karantina sapi, proses pemerahan, hingga distribusi dapat dicatat secara digital dalam ledger yang aman dan tidak bisa dimanipulasi. Dengan sistem ini, masyarakat, pemerintah, dan pelaku industri dapat menelusuri asal usul produk, mengetahui suhu penyimpanan, hingga mengetahui durasi transportasi secara transparan.

Sebuah studi dari World Economic Forum mencatat bahwa penerapan blockchain dalam rantai pasok pangan dapat mengurangi limbah makanan hingga 25%. Angka ini menunjukkan betapa besarnya dampak efisiensi yang dapat dicapai melalui sistem yang terbuka dan akuntabel.

Selain itu, penggunaan sensor kualitas berbasis Internet of Things (IoT) juga menjadi inovasi penting. Sensor ini mampu mendeteksi suhu, kelembapan, bahkan perubahan kimia yang menandakan penurunan kualitas susu atau daging. Data dari sensor tersebut dapat diintegrasikan langsung ke sistem blockchain, menciptakan “paspor digital” untuk setiap liter susu dan kilogram daging. Dengan begitu, kualitas produk dapat dijamin dari hulu hingga hilir.

Memang benar, investasi awal dalam teknologi ini tidak murah. Namun, manfaat jangka panjangnya jauh lebih besar: gizi masyarakat meningkat, pemborosan menurun, dan kepercayaan masyarakat terhadap program pemerintah semakin kuat. Jika blockchain, cold-chain modern, dan sistem pemantauan kualitas diterapkan secara terintegrasi, maka program ini tidak hanya memenuhi target gizi nasional, tetapi juga melahirkan ekosistem peternakan yang modern, efisien, dan berkelanjutan.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image