Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Dimas Muhammad Erlangga

Mengapa Kepartaian Hari Ini Minus Gagasan?

Politik | Wednesday, 24 Jan 2024, 05:29 WIB

Parpol menjadi salah satu syarat berjalannya mekanisme demokrasi sebuah negara. Kesempurnaan demokrasi muncul dari adanya kompetisi antarparpol memperebutkan pengaruh. Publik dihadapkan pada alasan-alasan tertentu sebagai dasar pilihannya mendukung salah satu parpol.

Oleh karena itu, keberadaan parpol dengan diferensiasinya adalah prasyarat masyarakat politik yang rasional. Dengan adanya diferensiasi (perbedaan) antarparpol, publik dapat menjatuhkan pilihannya.

Pertanyaannya kemudian, apakah kepartaian telah bisa menyediakan alasan-alasan rasional bagi publik dalam memilih parpol? Terutama dengan karut-marut opini publik yang berkembang hari ini, adakah kebaruan yang ditawarkan parpol kepada konstituennya?

Pragmatisme

Agenda partai adalah dasar diferensiasi antarparpol yang terbentuk dari gagasan parpol dan karakteristik basis masa dalam hubungan resiprokal (Neumann, 1982). Sehingga, produksi gagasan jadi hal yang wajib ada dalam hidupnya sebuah parpol (Macridis, 1988).

Namun, agaknya idealitas tentang kepartaian menjadi hal yang sulit diwujudkan. Kepemimpinan punya arti besar bagi parpol. Bukan hanya menentukan arah partai, kepemimpinan adalah wajah dari fakta sistem kepartaian yang sebenarnya dijalankan.

Pertama, pragmatisme politik yang selalu jadi kerangkeng produksi gagasan partai. Parpol hanya dijadikan instrumen politisi mengakses sumber daya negara.

Kedua, sangat kentalnya patronase politik dalam partai. Pola semacam ini menghasilkan perkembangan parpol yang tidak sehat. Dalam patronase, ketua partai seakan-akan adalah pemilik partai. Akibatnya, jaringan politik tidak dinamis karena lebih sebagai sumber daya/saham personal.

“Restu ketua partai” jadi faktor determinan yang wajib diperoleh tokoh baru untuk muncul dalam parpol. Figur segar dengan jaringan ekonomi-politik bentukannya sendiri adalah hal yang langka—jika tidak disebut ‘tidak ada’. Padahal, fleksibilitas jaringan para kader inilah yang dapat memunculkan kemungkinan-kemungkinan kebaruan dan perkembangan partai, termasuk soal gagasan dan agenda.

Pragmatisme dan patronase dalam kepartaian adalah dua hal yang hubungannya saling menguatkan. karena mau-tidak-mau perpecahan elit partai jadi permainan zero sum game bagi kader-kader yang jadi loyalisnya. Kader partai dalam fait accompli, “harus” memilih di mana kelompoknya dengan harapan tetap bisa mengakses sumber daya ekonomi-politik.

Merampungkan Internal

Mayoritas parpol belum rampung menyelesaikan urusan rumah tangganya. Persoalannya, hal ini telah menjadi kecenderungan yang “mapan” dalam kepartaian di Indonesia. Di tingkat publik, kompetisi antarparpol bukan mengenai perebutan pengaruh dengan menjual gagasan dan agenda.

Parpol dengan basis masa ideologis seperti PKB, PDIP, PKS, PPP, PAN, dan PBB nyaman dengan konstituen yang cenderung tetap. Tugasnya tereduksi hanya menjaga suara. Sedangkan, parpol lain belum menemukan formulasi strategis selain dari figuritas pimpinan partai, yang hampir semuanya adalah tokoh senior. Padahal, aspek umur figur parpol sangat mempengaruhi ketertarikan konstituen. Jumlah pemilih pemula mencapai 52% dari 204.807.222 Pemilih (KPU, 2024), yang akan lebih memilih nuansa muda dalam parpol.

Dalam negara demokrasi, pembenahan kepartaian adalah bagian pembenahan pemerintahan. Sehingga, parpol bukan hanya konsumen dari hasil sistem demokrasi, melainkan ambil bagian membangun demokrasi. Terdapat beberapa hal substantif dalam upaya ini.

Pertama, membangun iklim demokrasi di dalam parpol. Demokrasi internal adalah dasar dari perkembangan parpol itu sendiri. Mendorong fleksibilitas sumber daya politik kader dan mengakomodasi gagasan kader dari tingkat daerah adalah penguatan kelembagaan partai.

Penguatan kelembagaan akan menyehatkan parpol sebagai mesin politik yang bekerja dalam sistem egaliter, bukan hanya kerja elit (elite business) demi keuntungan segelintir elit (elite capture). Dengan sistem yang demokratis di internal parpol, perkembangan sumber daya partai sebenarnya justu akan lebih dinamis.

Kedua, merancang grand design partai, yang meliputi gagasan utama, agenda parpol, dan blue print strategi implementasi. Di sinilah kemudian kongres akan berfungsi sebagai perhelatan yang membawa nuansa perubahan, bukan hanya rutinitas suksesi. Grand design partai, di samping sebagai diferensiasi antarparpol dan alasan rasional konstituen, akan memunculkan akuntabilitas sosialnya.

Kedua hal tersebut secara perlahan akan mengubah wajah parpol. Jangan sampai, harapan publik kepada parpol semakin menurun seperti tren yang selama ini terjadi di setiap Pemilu. Publik butuh alasan untuk memilih.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image