Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image mugiyono ruswadinata

Refleksi Hardiknas

Guru Menulis | 2024-05-05 19:42:23

Hardiknas diperingati setiap tahun sebagai pengingat bahwa ada seorang tokoh yang begitu peduli dengan pentingnya pendidikan dalam kehidupan berbangsa. Pendidikan akan menyadarkan masing-masing individu akan potensi diri, dan kemudian mendorongnya untuk berkonstribusi untuk sesama.

Suwardi Suryaningrat atau kemudian dikenal dengan sebutan Ki Hajar Dewantara, berusaha menyadarkan anak bangsa bahwa dengan ilmu, maka harkat dan martabat bangsa akan kembali terangkat setelah lama dalam bayang-bayang penjajahan. Alih-alih sekedar mengenyam ilmu untuk kepentingan pribadi sebagai bekal menjadi pegawai rendahan di kantor-kantor milik penjajah saat itu, Ki Hajar Dewantara muda yang telah menyelesaikan pendidikan bertekad untuk menyebarkan ilmu yang telah dipelajarinya sehingga semua anak bangsa dari berbagai strata sosial juga menjadi sama terpelajarnya, yang pada akhirnya memunculkan kesadaran bersama sebagai bangsa.

Semenjak awal penciptaannya, Allah SWT membekali manusia dengan akal dan menjadikan ilmu sebagai anugerah terbesar yang diberikan. Paduan akal dan ilmu ini bahkan membuat manusia diangkat menjadi khalifah di bumi. Sebagai pemimpin, semua manusia memiliki hak dan kewajiban yang sama untuk memanfaatkan bumi dan segala isinya untuk kesejahteraan bersama.

Seharusnya tidak boleh terjadi eksploitasi satu manusia oleh manusia lainnya, atau bahkan satu bangsa oleh bangsa lainnya, karena pada hakikatnya setiap manusia sama dihadapan Sang Pencipta. Kesadaran kolektif yang bersumber dari terbukanya alam fikiran melaui ilmu inilah yang kemudian mendasari para founding fathers bangsa kita bergerak menuntut hak untuk merdeka. Termasuk diantara para founding fathers kita yang berkesadaran akan hal ini adalah Ki Hajar Dewantara yang mendirikan Taman Siswa, lembaga pengajaran yang didirikan untuk mencerdaskan anak bangsa.

Melalui Taman Siswa ini, semakin banyak yang tercerahkan untuk bersama-sama memperjuangkan persamaan hak melalui kemerdekaan. Dan, kemudian dalam perkembangannya, Taman Siswa menjadi inspirasi akan munculnya berbagai lembaga pengajaran dengan semangat yang sama menjadikan ilmu sebagai fondasi penting pembangunan bangsa. Tentu, tanpa harus mengkultuskan Ki Hajar Dewantara dan Taman Siswanya, kita dapat merenungi dan mengambil pelajaran bahwa pada dasarnya ilmu lah yang membuat manusia menjadi istimewa.

Momentum peringatan Hardiknas adalah saat yang tepat merefleksikan kembali makna terdalam pendidikan, sehingga dapat diambil pelajaran terbaik untuk perjalanan bangsa ke depannya. Jika dulu, pendidikan dijadikan sarana untuk menyadarkan akan arti penting keseteraan dan menghilangkan inferioritas, maka saat ini pendidikan harus mendorong manusia indonesia untuk mau berkolaborasi mewujudkan cita-cita membangun bangsa yang tangguh, kompetitif dan adaptif terhadap gelombang perubahan.

Tiga filosofi pendidikan yang hingga saat ini masih relevan dan dapat kita teladani dari perguruan Taman Siswa, adalah: 1. Tut Wuri Hadayani, yang artinya adalah di belakang memberikan dorongan 2. Ing Madya Mangun Karsa, di tengah bersama-sama membangun dan berkarya 3. Ing Ngarso sung Tulodo, di depan memberikan teladan dan contoh terbaik. Ketiganya adalah tentang bagaimana seorang guru bertindak dalam berbagai situasi yang dihadapi, yang kemudian menjadi cermin anak muridnya.

Pada dasarnya kita semua adalah murid, seperti halnya kita semua adalah guru, karena pendidikan sebagai proses tidak akan pernah berhenti, sepanjang manusia ada dan terus menemukan hal-hal baru yang kita sebut ilmu pengetahuan.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Terpopuler di

 

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image