Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Ceisyafira Anindita Azzahra

Perilaku Seksual Remaja yang Terpapar Agresi Media Sosial dapat Mempengaruhi Mentalitas? Bagaimana B

Edukasi | Wednesday, 27 Dec 2023, 23:14 WIB

Maraknya penggunaan media sosial dikalangan remaja, merupakan sebuah bentuk nyata dari kemajuan teknologi moderen. Dengan adanya media sosial, banyak informasi dan pengetahuan yang lebih mudah digapai oleh khalayak. Namun disamping kecanggihan media sosial, ternyata media sosial juga membawa dampak negatif. Sebelum itu, apa sih sebenarnya media sosial ini? Dilansir dari DailySocial, media sosial merupakan media komunikasi serta promosi, yang menjembatani khalayak guna berbagi pemikiran, ide, dan pengalaman pribadi mereka kepada orang lain (Firlyana, 2023). Dengan ini, dapat kita pahami bahwa sesungguhnya, hadirnya media sosial sebagai sarana yang menjembatani khalayak kepada informasi dan pengetahuan yang lebih luas.

Dilansir dari DataIndonesia, menurut data dari We Are Social, pengguna media sosial di Indonesia pada Tahun 2023 sebanyak 167 juta orang (Widi, 2023). Angka ini menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat Indonesia menggunakan media sosial. Dan jika dilihat, mayoritas pengguna media sosial merupakan remaja. Remaja merupakan individu yang tengah berada pada tahap pencarian jati diri dan validasi. Media sosial merupakan celah remaja untuk pencarian jati dirinya sekaligus pemuas validasinya. Pada saat ini, kebanyakan remaja menggunakan media sosial untuk memamerkan apa yang mereka miliki, seperti prestasi, kekayaan, dan kebisaan, guna mendapat validasi dari khalayak. Disamping memamerkan yang mereka miliki, remaja juga mengakses berbagai hal yang salah satu diantaranya merupakan tontonan yang tidak senonoh, seperti, film kekerasan, konten yang mengandung unsur seksual, dan lainnya yang membawa agresi.

Menyinggung perihal agresi media sosial, sebenarnya adakah hubungan antara agresi media sosial terhadap perilaku seksual remaja? Menurut hasil penelitian yang dilakukan Rohmadini et al., (2020) menunjukkan bahwa persentase perilaku seksual remaja yang menggunakan internet dengan frekuensi tinggi lebih besar, dibanding dengan remaja yang frekuensi menggunakan internetnya lebih rendah. Melihat kondisi ini, ternyata memang media sosial berperan besar dalam mempengaruhi perilaku seksual remaja. Lantas bagaimana bisa mempengaruhi? Kemajuan teknologi yang mendorong media sosial untuk menghantarkan berbagai konten dengan maksud memperluas dan mengedukasi khalayak, yang ternyata justru disalahgunakan oleh beberapa oknum. Salah satu permasalahan kebebasan konten di media sosial yakni konten seksual, yang terkadang bahkan tidak diberikan batasan usia agar tidak dikonsumsi oleh remaja atau anak dibawah dibawah umur.

Ilustrasi Remaja dalam Penggunaan Media Sosial

Agresi media sosial nyatanya amat berdampak pada remaja. Terutama terhadap perilaku sosial remaja. Salah satu contoh yang membawa dampak besar terhadap perilaku seksual remaja yakni film-film yang dikonsumsi remaja. Potongan video dari film-film dewasa saat ini sering kali disebarkan tanpa memikirkan “bagaimana jika ditonton oleh orang yang tidak seharusnya?”. Nyatanya dari potongan pendek sebuah film dewasa dapat mempengaruhi perilaku seksual remaja. Remaja yang tengah mencari jati diri tentu memiliki rasa penasaran yang lebih besar, yang mana kondisi ini dapat membuat remaja dengan mudah mencontoh adegan dari potongan film dewasa yang ditontonnya tersebut. Film romansa luar negeri sebagian besar mengandung setidaknya satu adegan dewasa yakni berciuman, dan umumnya hal ini amat lumrah bagi mereka. Namun hal ini tidak seharusnya dipertontonkan kepada remaja sebab konten-konten seperti ini akan mempengaruhi mentalitas mereka dengan anggapan bahwa hal seperti demikian bukan hal besar jika dilakukan, sehingga dapat mendorong remaja untuk melakukan hal lebih seperti hubungan seksual. Tetapi tahukah kalian bahwa perilaku seksual nyatanya sudah hampir seluruh remaja lakukan? menurut Yulianto et al., (2020) tidak hanya berciuman, nyatanya touching atau seperti berpegangan tangan sampai berpelukan juga termasuk perilaku seksual. Dan hal seperti ini ternyata sudah dilakukan oleh hampir seluruh remaja.

Mentalitas remaja yang terpapar agresi media sosial terhadap perilaku sosialnya dapat berubah jika tidak segera ditanggulangi. Menurut Direktorat SMP, (2022) pengaruh konten-konten seksual juga mempengaruhi psikis, seperti perasaan kacau karena selalu berusaha mencari konten dewasa, mudah marah jika kegiatannya diganggu, mudah lupa dan juga sulit berkonsentrasi, lebih mudah cemas karena takut aktivitasnya diketahui orang lain, sehingga menarik diri dari keluarga maupun teman-temannya. Dengan ini, peran orang disekeliling amat penting terutama orang tua. Perlu ada bimbingan tersendiri kepada remaja yang telah terpapar apalagi kecanduan. Jika dukungan orang tau tidak cukup, psikolog mungkin dapat membantu agar mentalitas sang individu tidak habis dimakan rasa candunya terhadap perilaku seksual. Disamping itu, saat ini memang perlu di adakannya sosialisasi lebih mengenai fenomena ini sebab batas usia pengguna media sosial saat ini sudah tidak terkendali.

Melihat seberapa besar pengaruh media sosial terhadap remaja, terutama perihal perilaku seksual, kita perlu membuka mata bahwa paparan media sosial amat besar. Kita perlu mulai menjaga diri sendiri serta orang-orang disekeliling kita agar tidak rusak akibat salah dalam penggunaan media sosial. Jangan sampai rasa candu yang dialami akibat media sosial justru mempengaruhi perilaku, pola pikir, atau bahkan mental kita dan orang disekitar kita dan membawa kepada hal negatif yang berujung menghancurkan secara perlahan. Media sosial bukan sepenuhnya kesalahan, hanya saja terdapat oknum-oknum tidak bertanggungjawab yang menyalahgunakan. Perilaku sosial juga sebenarnya bukan masalah jika sesuai dengan norma yang berlaku. Maka dari itu, kembalikan kepada bagaimana kita menyikapi hal ini dan bertindak seperti seharusnya.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image