Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Putri Fatima

Masa Depan Pengidap HIV/AIDS di Bawah Umur

Edukasi | Friday, 16 Jun 2023, 15:52 WIB
World HIV/AIDS Awareness symbol

Penyebaran HIV/AIDS di Indonesia terus menjadi perbincangan hangat, terutama dengan data terbaru yang menunjukkan angka yang mengkhawatirkan. Pengidap HIV/AIDS di bawah umur menghadapi tantangan yang unik dan kompleks dalam perjuangan mereka untuk hidup dan mencapai masa depan yang sehat dan produktif.

Kementerian Kesehatan Indonesia mengungkapkan fakta yang mengkhawatirkan sejak tahun 2010 hingga 2022, lebih dari 12.500 anak di bawah usia 14 tahun terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) di Tanah Air. Angka ini mencerminkan tantangan yang kompleks dalam penanganan HIV/AIDS di kalangan anak-anak. Menurut laporan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), sekitar 1.188 anak di Indonesia dinyatakan positif HIV selama periode Januari-Juni 2022. Jumlah pengidap HIV/AIDS secara keseluruhan mencapai 519.158 orang per Juni 2022.

Tidak hanya itu, data juga menunjukkan bahwa penderita HIV/AIDS didominasi oleh laki-laki, dengan persentase sebesar 75% dibandingkan 25% perempuan. Kelompok yang paling rentan terhadap penularan HIV/AIDS adalah mereka yang berusia produktif. Kasus HIV/AIDS juga terus meningkat di berbagai kota besar di Indonesia, termasuk Jakarta, Bandung, Bali, Batam, dan Aceh.

Meskipun berbagai program pencegahan dan penanggulangan telah dilakukan oleh pemerintah dengan mengikuti arahan UNAIDS, kenyataannya angka penyebaran HIV/AIDS masih terus meningkat. Program-program tersebut mencakup Permenkes RI no. 21/2013 yang menghimbau masyarakat untuk mewaspadai penyebaran virus dan menerapkan skema ABCDE (Abstinent, Be faithful, Condom Use, No drug, Education) sebagai upaya pencegahan. Selain itu, tindakan kuratif juga dilakukan melalui gerakan STOP (Suluh, Temukan, Obati, Pertahankan).

Program-program yang saat ini dilakukan untuk mencegah penularan HIV/AIDS di Indonesia belum menunjukkan efektivitas yang memadai. Masalah ini disebabkan oleh kurangnya upaya yang menjangkau akar permasalahan dan kebebasan yang kurang terkendali dalam perilaku seks. Hal ini telah menyebabkan peningkatan perilaku seks bebas dan hubungan pasangan sejenis, yang berdampak pada penularan HIV/AIDS kepada perempuan dan anak- anak.

Meskipun tantangan ini begitu besar, masih ada harapan untuk masa depan pengidap HIV/AIDS di bawah umur. Diperlukan langkah-langkah yang lebih komprehensif dan berkelanjutan, serta komitmen yang kuat dari semua pihak terkait. Penanganan HIV/AIDS harus melibatkan pendekatan yang holistik, termasuk peningkatan kesadaran, edukasi, dan akses terhadap layanan kesehatan yang memadai.

Pemerintah perlu meningkatkan fasilitas layanan HIV/AIDS, mengalokasikan anggaran yang memadai untuk pelayanan HIV/AIDS, dan memastikan ketersediaan obat-obatan dengan mudah. Selain langkah-langkah tersebut, penting juga untuk melibatkan keluarga, sekolah, dan masyarakat secara luas dalam upaya pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS. Edukasi tentang bahaya HIV/AIDS harus diperkenalkan sejak dini di lingkungan pendidikan.

Selain itu, stigma dan diskriminasi terhadap pengidap HIV/AIDS juga harus dikurangi. Hal ini dapat dilakukan dengan meningkatkan pemahaman masyarakat tentang penyakit ini dan mengedukasi mereka bahwa HIV/AIDS bukanlah akibat dari perilaku yang salah atau hukuman, tetapi penyakit yang memerlukan dukungan dan perawatan.

Penting juga untuk memperkuat kerjasama antara pemerintah, organisasi non- pemerintah, dan lembaga swadaya masyarakat dalam melaksanakan program-program pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS. Sinergi antara berbagai pihak dapat meningkatkan efektivitas upaya dan memperluas jangkauan layanan. Pendekatan terhadap pengidap HIV/AIDS di bawah umur juga haruslah komprehensif. Selain menyediakan layanan medis yang memadai, perlu ada pendampingan psikologis dan sosial untuk membantu mereka menghadapi tantangan yang mereka hadapi sehari-hari.

Dalam menghadapi masa depan pengidap HIV/AIDS di bawah umur, perlu diingat bahwa setiap individu memiliki potensi untuk hidup dengan bermartabat dan produktif, meskipun mereka terkena HIV/AIDS. Dukungan dan perhatian yang tepat dapat membantu mereka menjalani kehidupan yang sehat dan bahagia.

Masa depan pengidap HIV/AIDS di bawah umur tidaklah suram jika kita semua bersatu dalam upaya pencegahan dan penanggulangan. Dengan langkah-langkah yang lebih komprehensif, edukasi yang efektif, dukungan yang memadai, serta penghapusan stigma dan diskriminasi, kita dapat memberikan masa depan yang lebih cerah bagi mereka. Semua pihak perlu bertanggung jawab dan bekerja sama untuk mengatasi masalah ini. Bersama-sama, kita dapat mengubah paradigma dan menciptakan dunia yang bebas dari HIV/AIDS untuk generasi mendatang.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image