Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Nurul Hidriyani

Peran Generasi Muda dalam Pilpres 2024

Politik | Monday, 11 Dec 2023, 11:15 WIB

A. Pengaruh Generasi Muda dalam Pilpres 2024

Data Lemhanas RI menunjukkan demografi pemilih terbagi menjadi lima tipe generasi dengan kontribusi persentase jumlahnya dengan pendefinisian setiap generasi berdasarkan situs Indonesia baik milik Kementerian Komunikasi dan Informatika.

Generasi Milenial yang lahir pada periode (1981-1996) menguasai 33% suara. Generasi X yang lahir (1965-1980) akan menjadi generasi pemilih terbesar kedua dengan perolehan 28% suara. Sedangkan Generasi Z kelahiran (1997-2012) akan berperan dalam pemilu dengan perolehan suara 23%. Generasi baby boomer yang lahir saat itu (1946-1964) menguasai 14% suara. Generasi pra-boomer yang lahir sebelum (1945) memiliki jumlah pemilih terkecil, hanya 2%. Wajar jika generasi muda menjadi target audiens jelang pemilu 2024.

Selain itu, pemilih ketiga berasal dari Generasi Z, yaitu mereka yang dapat memilih atau berusia antara 17 dan 26 tahun. Artinya, lebih dari separuh atau 56% suara dikuasai oleh Generasi Y dan Z. Kominfo mencatat, generasi atau Millenial berdasarkan laporan Ericsson menunjukkan ketertarikan khusus terhadap perilaku generasi ini. Salah satu prediksi Ericsson tentang perilaku native streaming atau minat menonton konten video streaming telah dibuktikan oleh berbagai data.

Selain itu, Survei Literasi Digital Indonesia 2022 yang dilakukan Kominfo juga mencatat gabungan generasi Y dan Z menggunakan internet lebih dari 6 jam per hari. Fenomena ini memunculkan prediksi bahwa jejaring sosial akan berperan penting dalam penyelenggaraan pemilu 2024. Data Mafindo yang dikutip dari Lemhannas Ri menunjukkan “Facebook [49%], WhatsApp [16%] dan Twitter [12%] Menjadi media utama untuk mendistribusikan informasi tentang gangguan.

Ibarat pedang bermata dua, gangguan informasi juga akan menimbulkan risiko yang berbahaya dengan kemungkinan tersebarnya informasi yang tidak akurat atau yang lazim digolongkan sebagai disinformasi, disinformasi, dan informasi salah. Laporan Lemhannas menemukan bahwa masa menjelang kampanye tahun 2018 merupakan masa yang paling rentan terhadap penyebaran misinformasi. Pemerintah dan kandidat menjadi sasaran utama berbagai kampanye disinformasi.

Kini Gen Z dan Milenial sudah mulai mempertimbangkan hak pilihnya, tak mau salah pilih hingga akhirnya abstain (kelompok kulit putih). namun tidak menutup kemungkinan generasi Z dan milenial akan abstain pada pemilu 2024 nanti. Selain itu, banyak masyarakat yang memilih untuk tidak menggunakan hak pilihnya untuk kepentingan politik Indonesia.

Jika menilik data Badan Pusat Statistik (BPS), ada 34,75 juta orang yang tidak menggunakan hak pilihnya atau golongan putih (golput) pada pemilu tahun2019. Angka ini setara dengan 18,02% dari seluruh daftar pemilih tetap (DPT) Pemilu 2019 yang sebanyak 192,77 juta orang.

Jumlah pemilih golput pada Pemilu 2019 menurun 40,69% dibandingkan periode sebelumnya. Pada Pemilu 2014, jumlah pemilih golput mencapai 58,61 juta orang atau 30,22%.

Berdasarkan penghitungan suara yang dikumpulkan di 33 provinsi, Pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla mendapatkan 53,15% atau 70.633.576 suara pada pilpres 2014 untuk menjadi presiden.

B. Pendekatan Partai agar mendapat perhatian Generasi Muda

Mulai dari aktif di jejaring sosial yang melibatkan kedua generasi, dengan menunjuk juru bicara muda, hingga menggunakan organisasi kepemudaan. Masyarakat meyakini strategi ini akan lebih optimal jika dilaksanakan sesuai program yang jelas dan disesuaikan dengan keinginan dan kebutuhannya.

Beberapa partai politik aktif di jejaring sosial, seperti Tiktok yang saat ini sedang populer di kalangan anak muda. Misalnya, video Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Abdul Muhaimin Iskandar, beredar luas di aplikasi TikTok yang memperkenalkan dirinya sebagai calon presiden pada pemilu 2024.

Upaya lain yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Juru bicara muda

Pertengahan tahun lalu, mereka melatih juru bicara muda generasi milenial dan generasi Z. Hal ini untuk memastikan kehidupan partai politik mengarah pada proses yang rasional, modern, dan natural tentang objektivitas.

Selain strategi juru bicara kaum muda, penggunaan media sosial juga dianggap efektif dalam mensosialisasikan visi mereka, meningkatkan kesadaran dalam komunitas politik, dan mendorong kaum muda untuk tertarik pada politik.

2. Interaksi Langsung

Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) memilih tetap mempertahankan interaksi tatap muka. Ia aktif melakukan kunjungan ke beberapa daerah. Beberapa aktivitasnya direkam oleh para eksekutif Partai Demokrat dan dibagikan melalui jejaring sosial, seperti TikTok.

Meski bukan akun resmi, akun AHY di Tiktok sudah diikuti ratusan ribu akun. Demokrat dapat berinteraksi dengan generasi muda. Meski konten Tiktok lebih santai, namun pengurus Partai Demokrat tetap berupaya menayangkan acara yang beretika. Keinginan sejumlah partai politik untuk menggaet calon pemilih muda dan generasi Z bukan tanpa alasan. Hasil sensus tahun 2020 yang dilakukan Badan Pusat Statistik menunjukkan bahwa mayoritas penduduk Indonesia didominasi oleh Generasi Z dan Milenial.

3. Program yang Jelas

Guru Besar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga, Surabaya, Kacung Marijan memahami partai politik yang berusaha merebut perhatian anak muda. Sebab, jumlah mereka sangat besar pada Pemilu 2024. Karena itu, partai politik berusaha menggunakan media sosial yang menjangkau mereka.

Media sosial bisa menjangkau secara personal setiap individu. Namun, anak-anak muda memiliki banyak keinginan yang bervariasi dan beragam. Karena itu, dituntut adanya konten dengan target yang spesifik mengacu pada minat atau profesi.

Selain itu, merebut perhatian anak muda tidak cukup hanya dengan menggunakan media, juru bicara dari kalangan generasi muda, atau organisasi sayap pemuda, ”Itu tidak cukup. Yang lebih dari itu adalah bagaimana memahami dan mengetahui apa keinginan dari anak muda itu dan kemudian membuat program, termasuk menampilkan calon yang diinginkan dan dibutuhkan anak muda,” tuturnya.

Kemudian, bahasa yang digunakan harus mudah dipahami dalam perbincangan orang muda yang biasanya bersifat cair, informal, dan interaktif.

C. Cara menyukseskan Pilpres 2024

1. Persiapan diri dan cek DPT

Hal yang pertama perlu dipersiapkan para pemuda cerdas adalah cek data diri pada daftar pemilih tetap atau DPT sesuai dengan daerah pemilihan. Cek DPT berfungsi untuk memastikan nama pemilih yang akan menyumbangkan suara pada pemilu sesuai dengan keadaan yang ada.

Selain itu, generasi milenial juga perlu melakukan persiapan diri dengan memastikan suaranya tersampaikan untuk mendukung keberlangsungan pemerintahan Indonesia dengan bertanggung jawab dan tidak golput. Tegas dalam menentukan pilihan dan menjunjung tinggi asas luber-jurdil (langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil).

2. Cek riwayat hidup calon pemimpin

Riwayat hidup dari calon pemimpin dapat dijadikan patokan dalam melihat cara memimpin, prestasi ataupun kebijakan yang telah dilakukan sebelumnya.

3. Identifikasi visi-misi calon pemimpin

Hal yang sama pentingnya dalam mengidentifikasi pemimpin potensial adalah melihat visi dan misi yang mereka bawa. Sebagai generasi muda, kita harus memahami dengan jelas perspektif yang akan dibawa dan diterapkan oleh para pemimpin masa depan setelah terpilih.

Visi dan misi dikatakan baik apabila relevan dengan kebutuhan masyarakat dan mempunyai potensi implementasi yang baik. Jadi pastikan untuk mengkaji visi dan misi sebelum memilih sehingga Anda tahu arah mana yang sedang dibangun oleh calon pemimpin.

4. Meminimalisir kecurangan Pilpres.

Perlu juga untuk cerdas dalam menyikapi situasi dan mengawal penuh jalannya pemilu 2024. Pengawalan yang bisa dilakukan yaitu dengan melakukan gerakan serta tindakan yang dapat meminimalisir kecurangan pemilu seperti pelanggaran kampanye, penyalahgunaan data, ataupun kecurangan lainnya.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image