Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Jaja Jamaludin

Quovadis Scopusisme

Didaktika | 2024-05-05 06:57:02

Scopusisme dalam dunia akademik perguruan tinggi dapat membiaskan arah aksiologi keilmuan karena fokus pada penilaian berbasis indeks Scopus dapat mengarahkan penelitian dan pengajaran ke arah yang lebih komersial daripada yang lebih bermakna dan inovatif. Hal ini dapat mengarah pada:

1. Fokus pada jumlah publikasi daripada kualitas: Scopusisme dapat mempengaruhi perilaku peneliti untuk lebih fokus pada jumlah publikasi daripada kualitas dan signifikansi penelitian yang dilakukan.

2. Pengabaian kualitas pendidikan: Fokus pada indeks Scopus dapat mengabaikan kualitas pendidikan yang diterima oleh siswa, sehingga siswa tidak mendapatkan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan industri.

3. Pengabaian kemampuan inovatif: Scopusisme dapat mengabaikan kemampuan inovatif dan kreativitas peneliti, sehingga penelitian yang dilakukan tidak dapat berkontribusi pada kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.

4. Pengabaian etika intelektual: Scopusisme dapat mengabaikan etika intelektual dalam penelitian, sehingga penelitian yang dilakukan tidak dapat dipertahankan dan diterima oleh masyarakat.

5. Pengabaian kualitas dosen: Scopusisme dapat mengabaikan kualitas dosen yang tidak memiliki kemampuan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sesuai dengan tuntutan industri.

Scopusisme dapat membahayakan karena fokus pada indeks Scopus dapat mengarahkan penelitian dan pengajaran ke arah yang lebih komersial daripada yang lebih bermakna dan inovatif, serta mengabaikan kualitas pendidikan, kemampuan inovatif, etika intelektual, dan kualitas dosen.

Scopusisme dalam penelitian akademik dapat memiliki beberapa konsekuensi negatif, seperti:

1. Fokus pada jumlah publikasi daripada kualitas: Scopusisme dapat mempengaruhi perilaku peneliti untuk lebih fokus pada jumlah publikasi daripada kualitas dan signifikansi penelitian yang dilakukan.

2. Pengabaian kualitas pendidikan: Fokus pada indeks Scopus dapat mengabaikan kualitas pendidikan yang diterima oleh siswa, sehingga siswa tidak mendapatkan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan industri.

3. Pengabaian kemampuan inovatif: Scopusisme dapat mengabaikan kemampuan inovatif dan kreativitas peneliti, sehingga penelitian yang dilakukan tidak dapat berkontribusi pada kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.

4. Pengabaian etika intelektual: Scopusisme dapat mengabaikan etika intelektual dalam penelitian, sehingga penelitian yang dilakukan tidak dapat dipertahankan dan diterima oleh masyarakat.

5. Pengabaian kualitas dosen: Scopusisme dapat mengabaikan kualitas dosen yang tidak memiliki kemampuan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sesuai dengan tuntutan industri.

Dalam sintesis, Scopusisme dapat membahayakan karena fokus pada indeks Scopus dapat mengarahkan penelitian dan pengajaran ke arah yang lebih komersial daripada yang lebih bermakna dan inovatif, serta mengabaikan kualitas pendidikan, kemampuan inovatif, etika intelektual, dan kualitas dosen.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image