Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Hanif Sofyan

Role Model Perdamaian Made In NU Untuk Dunia

Lomba | Saturday, 11 Feb 2023, 17:14 WIB

Ada sebuah anekdot politik yang menggelitik, bahwa, PBNU ternyata bukan hanya kependekan dari Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, melainkan juga empat pilar konsensus kebangsaan: [P]Pancasila, [B]Bhinneka Tunggal Ika, [N]NKRI dan [U]UUD 1945.

Pembahasan NU tentang komitmen kebangsaan, nasionalisme, dan hubungan Negara-agama, sudah tak perlu diragukan. Komitmen itu telah jauh ada sebelum Indonesia merdeka.

Ketika Muktamar 1936 di Banjarmasin, NU bahkan sudah memberikan status Nusantara sebagai darul Islam (wilayah Islam) yang wajib dibela meski kala itu masih dalam cengkeraman kolonial. Pimpinan NU terlibat dalam perumusan Pancasila di BPUPK. Begitu juga ketika ada upaya agresi Belanda kedua, NU mengeluarkan resolusi jihad mengobarkan pertempuran 10 November 1945 di Surabaya.

Sikap ormas Islam terbesar ini menjadi sabuk pengaman berarti bagi kedaulatan Indonesia. Pemikiran para pimpinan NU memiliki karomah dalam melihat persoalan Negara-bangsa. Dan sikap itu juga menjawab polarisasi tiga model hubungan negara dan agama: universalistik, sekularistik dan simbiotik.

Sikap yang sama juga ditunjukkan NU ketika mengusung Islam Nusantara, gagasan ke-Islaman khas made in NU yang mensinergikan nilai-nilai teologis Islam dengan nilai-nilai tradisi lokal, budaya, dan adat istiadat yang berkembang bersama masyarakat setempat di Indonesia.

Role Model Perdamaian Dunia

Kemunculan gagasan Islam Nusantara erat kaitannya dengan pemikiran KH. Abdurrahman Wahid atau Gus Dur yang akrab dengan gagasan Pribumisasi Islam, ketika menjabat sebagai Ketua Umum PBNU periode 1984-1999. Ini menjadi bentuk kontribusi pemikiran NU untuk Indonesia.

Selanjutnya popularitas gagasan ini digaungkan dalam forum besar Islam International Summit Of Moderate Islamic Leaders (ISOMIL) di tahun 2016, dan diduplikasi sebagai solusi perdamaian di negara-negara Islam.

Bagaimana gagasan ini kemudian diterima oleh sebagian besar Negara-negara di Timur Tengah yang sebagian besar dilanda konflik?.

Ciri dari karakter dalam Islam Nusantara adalah karakter Islam yang ramah, terbuka, inklusif, moderat, toleran, dan dinamis yang mampu berdialektika dengan lingkungan kultur, sub-kultur, dan agama yang beragam.

Sehingga kemunculan Islam Nusantara tidak menjadi tandingan, apalagi rivalitas atas kultur bawaan asli masyarakat, namun justru menjadi simbiosis mutualis yang saling menguatkan

Persoalan yang dihadapi oleh banyak negara utamanya di Kawasan Arab yang terus berkecamuk dalam konflik, juga karena perbedaan aliran atau isme keagamaan, kultur. Bahkan konflik mengenai nasionalisme juga telah menyulut konflik berkepanjangan.

Masalah muncul karena karakter atau formasi negara-bangsa itu sendiri seperti adanya mayoritas-minoritas, termasuk soal agama. Masalah gesekan soal nasionalisme di semua negara itu soal integrasi, bukan hanya terjadi di negara-negara Islam saja.

Namun sistem negara-bangsa itu pula yang sebagiannya kemudian bisa menjadi solusi. Dalam konteks Indonesia, kehadiran empat pilar konsensus kebangsaan: Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, NKRI dan UUD 1945, kemudian mendasari pemikiran menyatukan perbedaan dalam sebuah gagasan yang saling melengkapi.

Seperti halnya Islam Nusantara, membumikan Islam dalam kultur ke-Indonesiaan yang memiliki ragam aliran. Semangatnya pada membangun sebuah kultur kebhinnekaan.

Peran dan dukungan ormas-ormas seperti NU menjadi salah satu jembatan mengelola konflik dan mengatur hubungan para pihak yang beragam dan berpotensi menimbulkan gesekan atau friksi. Menggunakan gagasan Islam Nusantara sebagai mediumnya.

Gagasan inilah yang kemudian diujicobakan oleh banyak Negara Islam, terutama di Timur Tengah. Apakah pola mensinergikan nilai-nilai teologis Islam dengan banyak aliran, dengan perbedaan nilai-nilai tradisi, budaya, dan adat istiadat yang berkembang di masing-masing masyarakat dapat berjalan sebagaimana di Indonesia?.

Sejauh ini, sambutan positif menandakan adanya penerimaan gagasan-gagasan NU tersebut sebagai resolusi perdamaian, seperti halnya yang kita pahami dari Burton soal resolusi konflik. Sebuah upaya transformasi hubungan yang berkaitan dengan pencarian jalan keluar dari suatu perilaku konfliktual, menjadi perdamaian.

Dalam konteks solusi meredakan konflik, gagasan Islam Nusantara, menjadi bentuk kontribusi nyata dalam usia satu abad pertamanya, menawarkan warisan role model made in NU, bagi perdamaian dan peradaban Islam. Wallahul muwaffiq ila aqwamit-thariiq “Allah adalah Dzat yang memberi petunjuk ke jalan yang selurus-lurusnya”.

#lombanulisretizen, #lombavideorepublika, #satuabadnu, #akudannu

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image