Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image M. Fariz Alfawwaz

Dari Hari Besar hingga Perang, Begini Cara Masyarakat Arab Pra-Islam Mengenalkan Sejarah

Pendidikan dan Literasi | Tuesday, 25 Jun 2024, 20:37 WIB
Sumber: Dokumen Pribadi

Di balik setiap nama, tersimpan kisah dan sejarah yang menginspirasi. Bagi umat Islam, catatan sejarah bukan saja ilmu silsilah keturunan, bukan sekadar catatan nama dan tanggal lahir. Di dalamnya terkandung kisah perjuangan, keteladanan, dan nilai-nilai luhur yang diturunkan dari generasi ke generasi.

Catatan sejarah atau yang kita kenal dengan Historiografi, diambil dari bahasa Yunani yaitu historia dan grafein. Historia artinya penyelidikan tentang gejala alam, dan grafein artinya gambaran, lukisan, tulisan, dan uraian. Bisa kita simpulkan bahwa historiografi merupakan penulisan atau deskripsi tentang kejadian alam.

Dalam mencatatkan sebuah peristiwa itu, orang Arab pra-Islam terutama Arab bagian Utara, memiliki kemampuan yang sangat baik dalam ingatan dan hafalannya, karena mereka belum punya kebiasaan menulis. Mereka mewariskan kisah dan hal ihwal dari generasi ke generasi melalui tradisi lisan, bahkan dengan menggubah syair.

Jauh sebelum Islam hadir pertama kali di tanah Arab, orang Arab pra-Islam memiliki tradisi dalam mencatatkan sebuah peristiwa dan hal ihwal mereka. Tradisi tersebut kemudian dikenal dengan sebutan Al-Ayyam dan Al-Ansab­. Dua bentuk catatan ini diwariskan melalui lisan yang juga berpengaruh bagi keberlangsungan politik kesukuan mereka.

Al-Ayyam berarti hari-hari penting Bangsa Arab. Tradisi Al-Ayyam ini berisi cerita tentang perang antar suku Arab pra-Islam, baik konflik soal kepemimpinan sampai perebutan sumber mata air. Di dalamnya memuat cerita heroik tentang keberanian dan kekuatan mereka yang diabadikan dalam memori bersama, lewat nama-nama orang, tempat, dan bahkan hewan yang terlibat.

Catatan tentang konflik antar suku itu, mereka wariskan secara lisan ke generasi selanjutnya dengan syair-syair yang indah. Hal ini bertujuan untuk menyanjung sukunya masing-masing. Mereka juga memberikan nama untuk syair-syair peperangan itu, seperti yawm ‘ayn abagh (hari peperangan sumber air abagh), yawm dzi qar (hari perang Dzi Qar), dan yawm syi’b jabalah (hari perang Syi’b Jabalah).

Selanjutnya, ada tradisi Al-Ansab atau jamak dari Nasab yang artinya silsilah. Karya ini menjadi karya sejarah yang juga dipelihara dan diperhatikan oleh orang Arab pra-Islam. Hal ini karena orang Arab sangat menjaga keaslian garis keturunan (silsilah) mereka, di samping juga untuk mengangkat harga diri kesukuannya.

Nasab atau garis keturunan bagi orang Arab menjadi hal yang harus dipelihara, bahkan generasi muda pun harus menghafal nasab mereka. Di sisi lain, walaupun di dalam tradisi Al-Ansab ada tanda-tanda sejarah, namun tidak bisa dikatakan bahwa ini menjadi ekspresi kesadaran bangsa Arab terhadap sejarah. Hal ini karena Al-Ansab tidak berbentuk tulisan, melainkan masih berbentuk lisan.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image