Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Nursan'ah Almasta Gohan

Menghadapi Kehidupan Merantau di Surabaya

Gaya Hidup | Tuesday, 25 Jun 2024, 19:52 WIB
Sumber : google

Menghadapi kehidupan merantau di Surabaya untuk berkuliah memerlukan kesiapan mental dan fisik yang kuat. Sikap positif dan tekad yang kuat menjadi modal utama untuk bertahan dan sukses di kota ini. Menyadari bahwa tantangan adalah bagian dari proses belajar dan berkembang, hal itu akan membantu para perantau untuk tidak mudah menyerah. Membangun jaringan sosial yang baik juga sangat penting, dengan bergabung organisasi mahasiswa, atau kelompok-kelompok hobi bisa menjadi cara efektif untuk memperluas jaringan dan mendapatkan dukungan sosial.

Bagi banyak orang, merantau di Surabaya adalah langkah besar yang penuh dengan harapan. Namun, seperti halnya kota metropolitan lainnya, Surabaya juga menyimpan berbagai tantangan yang harus dihadapi oleh para perantau. Salah satu tantangan utama adalah adaptasi terhadap budaya dan gaya hidup yang berbeda. Meski masih dalam satu negara, perbedaan adat istiadat dan kebiasaan sehari-hari bisa menjadi kendala bagi para pendatang. Selain itu, biaya hidup di Surabaya yang relatif tinggi dibandingkan dengan kota-kota kecil lain di Indonesia juga menjadi tantangan tersendiri.

Menemukan tempat tinggal atau kos yang terjangkau, mengelola pengeluaran sehari-hari, dan mencari pekerjaan yang sesuai seringkali memerlukan perjuangan ekstra. Kendala lain yang sering dihadapi oleh para perantau adalah jaringan sosial. Jauh dari keluarga dan teman-teman dekat, para perantau harus membangun kembali lingkaran sosial mereka dari awal. Ini tidak selalu mudah, terutama bagi mereka yang pemalu atau kurang percaya diri dalam berinteraksi dengan orang baru.

Menghadapi tantangan-tantangan tersebut memerlukan strategi yang matang dan sikap yang positif. Berikut beberapa strategi yang dapat membantu perantau untuk bertahan dan sukses di Surabaya :

1. Mengembangkan kemampuan adaptasi :

Mengambil inisiatif untuk belajar tentang budaya dan kebiasaan lokal dapat mempercepat proses adaptasi. Mengikuti kegiatan komunitas, belajar bahasa daerah, dan menghargai adat istiadat setempat adalah langkah-langkah kecil yang bisa membantu.

2. Mengelola keuangan dengan bijak :

Membuat anggaran bulanan dan mencatat pengeluaran sehari-hari dapat membantu dalam mengatur keuangan. Prioritaskan kebutuhan dasar seperti tempat tinggal atau kos, makan, dan transportasi. Hindari pengeluaran yang tidak perlu dan mulailah menabung sedikit demi sedikit untuk keperluan mendesak.

3. Membangun jaringan sosial :

Bergabung dengan komunitas atau organisasi yang memiliki minat sama bisa menjadi cara efektif untuk membangun jaringan sosial. Misalnya, bergabung dengan komunitas perantau dari daerah asal, kelompok hobi, atau organisasi mahasiswa. Jaringan sosial yang kuat bisa menjadi sumber dukungan moral dan praktis.

4. Menjaga kesehatan mental dan fisik :

Stres akibat kehidupan di kota besar bisa berdampak pada kesehatan mental dan fisik. Pastikan untuk menjaga pola makan sehat, berolahraga secara teratur, dan mencari waktu untuk beristirahat. Jangan ragu untuk mencari bantuan profesional jika merasa kesulitan menghadapi tekanan hidup.

5. Mengembangkan keterampilan :

Surabaya menawarkan banyak peluang untuk belajar dan berkembang. Manfaatkan berbagai kursus, seminar, atau workshop yang tersedia di kota ini untuk mengembangkan keterampilan baru yang bisa meningkatkan peluang karir.

Menghadapi kehidupan rantau di Surabaya memang tidak mudah, tetapi dengan strategi yang tepat dan sikap yang positif, tantangan-tantangan tersebut bisa diatasi. Kehidupan di kota ini bisa menjadi pengalaman berharga yang membuka banyak peluang untuk belajar dan berkembang. Dengan tekad yang kuat dan usaha yang gigih, perantau bisa meraih kesuksesan dan membangun masa depan yang lebih baik di Surabaya.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image