Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Hanifah Tarisa

Waspada Narkoba Mengintai, Masa Depan Generasi Tergadai

Agama | Monday, 23 Jan 2023, 21:18 WIB

Waspada Narkoba Mengintai, Masa Depan Generasi Tergadai

Oleh: Hanifah Tarisa Budiyanti (Mahasiswi)

Kasus narkoba telah merata di negeri ini hingga baru dua pekan di tahun 2023 saja, Satuan Reserse Narkoba (Satreskoba) telah mendapatkan “prestasi” dengan berhasil menangkap pemuda berusia 28 tahun di daerah Kutai Barat (Kubar) karena terbukti membawa 56 poket sabu-sabu seberat 30.8 gram yang didapatkan dari Samarinda. Pemuda berinisial IS tersebut ditangkap saat ingin mengantarkan barang haram tersebut ke pelanggannya. Pelaku kemudian dicegat oleh petugas di pinggir jalan trans Kalimantan, tepatnya di Kampung Muara Nayan. Selain 56 poket sabu-sabu, petugas juga menemukan 41 poket sabu-sabu lainnya di dalam baju kemeja pelaku yang disembunyikan di bawah kursi sopir. (Kaltim.prokal.co)

Kejahatan narkoba terus meningkat di Indonesia walaupun berbagai upaya pencegahan telah digalakkan oleh BNN (Badan Narkotika Nasional) dan aparat penegak hukum. Peredaran barang haram ini seakan tidak menemukan titik akhir sebab serentetan kasus yang terus meningkat setiap hari bahkan setiap detiknya. Pasalnya narkoba tidak hanya menyasar kepada kalangan masyarakat saja namun sedihnya aparat penegak hukum yang seharusnya menjadi contoh teladan dalam memberantas kasus pidana narkoba justru ada yang terlibat sebagai pengedar bahkan pemakai.

BNN sendiri mengungkapkan dari 7 Juni hingga 8 Juli 2022, terdapat 11 kasus tindak pidana narkoba dengan barang bukti mencapai 3 kuintal. Sebanyak 22 tersangka ditangkap dan tiga diantaranya masih berstatus daftar pencarian orang (DPO). Mirisnya, 22 tersangka tersebut berstatus aparat penegak hukum. Pada tahun 2018 juga ditemukan sebanyak 297 polisi terseret kasus narkoba. Jumlah tersebut naik dua kali lipat pada tahun 2019 menjadi 515 orang.

Puluhan ribu kasus kejahatan narkoba, puluhan ribu tersangka dan ribuan ton barang bukti narkoba yang ditemukan sepanjang tahun 2021 hingga pertengahan tahun 2022 telah mengindikasikan bahwa negeri ini menyandang “gelar” darurat narkoba. Bagai fenomena gunung es, kasus yang tercatat hanyalah secuil dari banyaknya kasus yang tidak tercatat. Bahkan menurut BNN sebanyak 2,2 juta remaja di 13 provinsi di Indonesia menjadi penyalahguna narkoba dan 50 orang meninggal setiap harinya karena narkoba.

Hati siapa yang merasa tenang jika kasus narkoba semakin meningkat tajam tanpa bisa dihentikan? mengapa berbagai regulasi dan upaya yang dikerahkan belum bisa menghentikan laju kasus narkoba bahkan menguranginya saja pun terasa sulit? mau dibawa kemana nasib generasi di negeri ini jika dirinya sendiri hanyut dalam lingkaran kasus narkoba? Tentu kita tidak boleh berputus asa di tengah derasnya kasus narkoba namun kita juga tetap membutuhkan penyelesaian tuntas agar masa depan generasi terhindar dari bahaya narkoba. Penyelesaian ini tentulah harus menyentuh akar masalah bukan hanya fokus menangkap pelaku atau merehabilitasi korban.

Masa Depan Generasi Tergadai

Narkoba merupakan zat adiktif berbahaya yang bisa menghancurkan syaraf manusia, membuat kecanduan, dan memiliki pengaruh yang besar bagi kesehatan fisik, mental dan emosional. Tentu kita semua telah menyadari akan bahaya narkoba, namun tidak semua menyadari apa akar masalah munculnya narkoba dan bagaimana menyelesaikan kasus ini agar tidak terulang kembali.

Kasus narkoba yang semakin meningkat setiap tahunnya tidak bisa dilepaskan dari penerapan sistem sekuler kapitalisme yang telah mendarah daging di negeri ini. Berbagai aturan yang dibuat penguasa seperti hukuman mati atau penjara seakan tidak mempan bagi para pelaku ataupun korban. Hal ini disebabkan karena sebagian besar rakyat yang minim pemahaman agama dan lemahnya pengawasan Negara dalam membentengi generasi dari narkoba. Kapitalisme telah menyebabkan suburnya kasus narkoba karena peredaran barang haram ini terbukti membawa keuntungan besar sehingga siapapun rela berkecimpung dalam bisnis ini hanya untuk mendapat untung sebanyak-banyaknya tanpa peduli halal dan haram. Asas kebebasan yang menjadi salah satu pilar kapitalisme inilah yang menyebabkan sebagian aparat penegak hukum tergiur akan bisnis haram narkoba.

Alhasil, kasus kejahatan narkoba tidak bisa dihentikan jika Negara ini masih kukuh menerapkan sistem sekuler kapitalisme. Berbagai bisnis haram yang merusak generasi seperti narkoba, miras dan sebagainya tentu akan terus ada jika solusi yang dihadirkan negara hanya sekedar solusi pragmatis tanpa menyentuh akar masalah. Sudah semestinya Negara mulai berfikir serius akan dampak bahaya narkoba bagi generasi dan mulai berbenah untuk mencari solusi tuntas nan komperehensif untuk menyelamatkan generasi. Tugas ini menjadi wajib dan mendesak karena jika Negara masih tutup mata dan lebih mementingkan cuan daripada nyawa, maka bisa dipastikan Negara ini akan mengalami kehancuran dan generasinya rusak binasa.

Islam Selamatkan Generasi

Dalam Islam narkoba merupakan sesuatu yang haram karena sifatnya yang memabukkan sebagaimana sabda Nabi dari Ibnu Umar ra. bahwa Rasulullah bersabda, “Setiap yang memabukkan adalah khamar, dan setiap yang memabukkan adalah haram.” (HR Muslim). Karena sifatnya haram untuk dikonsumsi maka Islam melarang keras peredaran barang ini di tengah-tengah masyarakat. Allah Ta’ala berfirman “Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah: "Pada keduanya terdapat dosa yang besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya" ) (TQS Al Baqarah ayat 121)

Dengan begitu, sudah dipastikan aturan Islam sangat mampu menjaga setiap insan dari barang-barang haram dan merusak seperti narkoba. Sistem Islam yang menerapkan seluruh hukum Islam akan menjamin setiap rakyatnya terjaga dan sejahtera sebagaimana hukum-hukum syariah yang Allah turunkan berfungsi untuk menjaga agama, menjaga jiwa, menjaga pikiran, menjaga harta dan menjaga keturunan.

Negara juga akan bertindak sebagai pengawas dan memberikan sanksi tegas bagi siapapun yang berani menjadikan narkoba sebagai ajang bisnis. Hal ini dilakukan karena pemimpin dalam sistem Islam memiliki rasa takut kepada Allah jika berani menzalimi hak-hak rakyatnya. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sungguh Imam (Khalifah) itu laksana perisai; orang-orang akan berperang di belakang dia mendukung dan berlindung dari musuh dengan kekuasaan-nya.” (HR Bukhari, Muslim, an-Nasa’i, Abu Dawud dan Ahmad).

Negara juga memastikan bagi setiap rakyatnya untuk selalu tunduk terhadap syariat sehingga tidak akan muncul generasi-generasi yang berperilaku bebas bermaksiat dan jauh dari agama. Peran masyarakat Islam yang beramar makruf nahi mungkar juga menjadi faktor pendukung dalam membentengi generasi dari narkoba sehingga jika ada yang berani melakukan kemaksiatan maka masyarakat akan berusaha menegur. Tidak seperti di zaman sekarang dimana masyarakatnya cenderung individualis.

Alhasil, penerapan sistem Islam dalam kehidupan menjadi sebuah kebutuhan yang mendesak karena jika umat Islam masih abai akan seruan ini, umat Islam akan tetap berada dalam keterpurukannya dan generasi muda penerus peradaban yang kita harapkan akan tenggelam dan berganti menjadi generasi perusak peradaban. Tidakkah kita merasa takut akan hal tersebut? Wallahu ‘alam bis shawab.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image