Kehilangan rumah dan harta benda lainnya dalam sekejap, berhari-hari tidur di tempat
pengungsian yang ramai, tanpa tahu kapan bisa pulang. Inilah kondisi para penyintas
bencana erupsi Semeru saat ini.
Salah satu korban paling terdampak adalah anak-anak, keceriaan mereka seolah turut
terkubur abu vulkanik. Kondisi fisik dan jiwa anak-anak berbeda dari orang dewasa,
tentu saja penanganan pasca bencana untuk anak-anak pun berbeda.
Dongeng Ceria Indonesia sejak Selasa pagi, 7 Desember 2021, telah hadir di salah
satu tempat pengungsian erupsi Semeru, tepatnya di Balai Desa Sumbermujur, di mana
700 penyintas mengungsi di sini, 121 di antaranya adalah anak-anak.
"Misi kami dalam setiap respon kebencanaan adalah Mengubah Tenda Pengungsian
Menjadi Bumi Perkemahan," ungkap Febri Yoga selaku pemegang komando lapangan
untuk tim Dongeng Ceria.
Beberapa kegiatan yang telah dipersiapkan oleh Dongeng Ceria Indonesia untuk anakanak penyintas erupsi Semeru, antara lain: Dongeng boneka, demo pembuatan mi
sehat, pendampingan trauma healing, penyerahan bantuan masker dan alas tidur, serta
edukasi Anak Indonesia Cerdas Bencana.
Pada Rabu, 8 Desember, pukul 20.00 WIB, juga akan digelar Dongeng Online via zoom
untuk penggalangan dana bagi para penyintas Semeru, live dari Bekasi dan Lumajang
Jawa Timur.
Diharapkan aksi Dongeng Ceria ini bisa menginspirasi anak-anak penyintas erupsi
Semeru untuk tetap 'belajar' dan beraktivitas positif meski dalam kondisi yang tidak
ideal seperti saat ini.
