Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Rayhan Hafiz Bagaskara

Sejarah Panjang Perang Rusia - Ukraina

Sejarah | 2025-12-16 13:14:33

Terbentuknya Negara Rusia - Ukraina

Saat abad-9 – abad-12, Russia dan Ukraina menjadi satu dengan nama negara Rus Kiev. Dikarenakan adanya invasi Bangsa Mongol, Rus Kiev runtuh. Hingga pada abad ke-17, Wilayah Ukraina secara perlahan masuk ke Kekaisaran Rusia, karena memiliki kesamaan budaya, bahasa, dan agama. Di masa akhir abad-18, seluruh wilayah Ukraina telah menjadi bagian dari Kekaisaran Rusia. Namun, Kekaisaran Rusia harus hancur karena adanya Revolusi Bolshevik.

Peristiwa Revolusi Bolshevik yang dilakukan oleh golongan Bolshevik yang dipimpin oleh Vladimir Lenin. Peristiwa ini terjadi pada 7 November 1917 menurut kalender Gregorian. Namun, menurut penanggalan Julian revolusi ini terjadi pada 25 Oktober 1917. Sumber gambar : Russia Beyond (https://id.rbth.com/sejarah/79369-yang-perlu-diketahui-tentang-revolusi-rusia-syx)

Kemudian Ukraina membentuk pemerintahan sementara pada federasi Rusia yang memproklamirkan Ukraina sebagai negara republik yang berada pada federasi Rusia. Saat Lenin menjabat di kekuasaan saat November 1917, tak lama kemudian Ukraina mendeklarasikan negaranya dari Uni Soviet pada tanggal 25 Januari 1918. Setelah mendeklarasikan kemerdekaannya, Ukraina mengalami kesulitan, dimana Ukraina harus menghadapi oposisi Bolshevik dan aktivitas kontra-revolusioner di dalam negeri.

Pada masa – masa kesulitan inilah, Ukraina sempat mendapatkan bantuan dari Jerman dan Austria, namun mereka harus menyingkir karena kalahnya mereka di Blok Sentral. Alhasil, Ukraina harus mengalami perang saudara pada tahun 1918-1920, setelah mengalami perang saudara tersebut, Ukraina kembali ke Uni Soviet.

Setelah Perang Dunia II (1939-1945) usai, Amerika Serikat dan Uni Soviet merupakan kedua kekuatan besar dengan masing – masing ideologinya. Sehingga munculah Perang Dingin (1947-1989). Setelah sekian lama, perang dingin antara Amerika Serikat dan Uni Soviet dimenangkan oleh Amerika Serikat sekaligus meruntuhkan/menghancurkan Uni Soviet pada tahun 1991. Dengan runtuhnya Uni Soviet saat 1991, Ukraina kemudian mendeklarasikan kemerdekaannya pada tahun 24 Agustus 1991 yang disetujui oleh presiden Rusia saat itu, Boris Yeltsin.

Pada tahun 1991, Rusia, Ukraina, dan Belarusia membuat organisasi CIS (Commonwealth of Independent States). Fungsi dibentuknya CIS yaitu :

a. Sebagai stabilisator bidang politik dan keamanan.

b. Sebagai katalisator bagi kerjasama ekonomi diantara anggotanya.

Karena hancurnya Uni Soviet, Rusia dan Ukraina menjadi negara yang terpisah dan tersendiri. Pada tanggal 14 Februari 1992, Rusia – Ukraina menjalankan hubungan diplomatik yang berujung dengan kesepakatan Perjanjian Persahabatan, Kerjasama, dan Kemitraan antara Rusia dan Ukraina tahun 1997.

Awal Terjadinya Konflik

Pada tahun 1999, Leonid Kuchma terpilih kembali menjadi Presiden setelah periode 1994-1949. Leonid Kuchma terpilih kembali pada saat itu, namun para pengawas meragukan pemilihan tersebut karena diduga terdapat penyelewengan perhitungan suara. Tahun 2001, ia sempat diberhentikan karena adanya mosi tidak percaya, Tahun 2002 oposisi menyerukan penjatuhan dakwaan Kuchma setelah diketahui adanya rekaman audio pembunuhan jurnalis pada tahun 2000, yaitu George Gongadze yang kasusnya dinaikkan kembali pada tahun 2011 namun dibatalkan dan adanya dugaan korupsi terhadap Kuchma seperti memberi izin penjualan sistem radar kepada Irak yang dibuktikan dengan adanya rekaman audio Kuchma saat itu yang dimiliki oleh mantan pengawal pribadi Kuchma. Pada PEMILU 2004, Kuchma mendukung PM Victor Yanukovych melawan Victor Yuschenko. Kemenangan diraih pihak Yanukovych, namun terjadi protes besar – besaran untuk memaksa Yuschenko sebagai presiden, yang memunculkan gerakan Revolusi Oranye. Kedua kandidat ini juga memiliki pemikiran yang berbeda, Yuschenko lebih pro terhadap barat dan Yanukovych lebih pro Rusia. Masyarakat Ukraina juga menginginkan hal untuk lepas dari bayang – bayang Rusia dan lebih memilih pemerintahan pro barat.

Revolusi Oranye (22 November 2004 - 23 Januari 2005) merupakan demonstrasi besar-besaran di Kiev yang memprotes kecurangan dalam pemilu yang menguntungkan pemerintah saat itu. Sumber gambar : stratejikortak (https://stratejikortak.com/2021/07/orange-revolutions-in-ukraine.html)

Semasa kepemimpinan Victor Yuschenko menjabat, hubungan Ukraina – Rusia sedang mengalami pasang surut karena Yuschenko lebih membawa negaranya ke arah barat, bukan lagi dengan Rusia. Kemudian, Yuschenko membuat kebijakan untuk bergabung dengan Uni Eropa.

Pada tahun 2005 masalah Rusia – Ukraina dimulai, dimana terjadi perselisihan terkait masalah harga gas dan biaya transit. Untuk menentukan harga gas maka dilakukan pertemuan negosiasi pada tahun 2005. Namun negosiasi antara Gazprom(milik Rusia) dan Naftogaz(milik Ukraina tidak menemukan titik terang dan pada tanggal 1 Januari 2006, Gazprom memutus pasokan gas Uni Eropa melalui Ukraina. Tetapi pada 4 Januari 2006, terbentuk kesepakatan yang berakhir pada tanggal 11 Jnuari 2006 dengan Vladimir Putin dan Victor Yuschenko menyatakan konflik telah selesai.

Pada tahun 2008, terjadi konflik yang sama namun disebabkan oleh hutang dan kegagalan dalam membuat kesepakatan untuk harga gas pada tahun 2009. Ukraina mempunyai hutang sebesar $2,4 Milliar kepada Gazprom. Ukraina telah membayar sebagian besar dari hutangnya sebesar $1,5 Milliar kepada Gazprom. Namun, saat dilakukannya kesepakatan untuk tahun 2009, mengalami kegagalan kesepakatan kembali. Sehingga pada 1 Januari 2009, Rusia menghentikan ekspor gas ke Ukraina, tetapi masih melakukan ekspor ke UE sebesar 300 juta m3. Tak sampai disini juga, pihak UE merasa bahwa pasokan gas dari Rusia menurun, sehingga komisi UE mengirimkan perwarkilannya ke Rusia, untuk membicarakan penghentian perselisihan sengketa gas Ukraina – Rusia. Namun, Ukraina – Rusia tetap saja saling tuduh menuduh, Rusia dianggap menurunkan pasokan gasnya dari 230 juta m3 menjadi 221 juta m3, dan Ukraina dianggap telah menutup tiga dari empat pipa yang melintasi negaranya untuk kegiatan ekspor.

Sampai akhirnya, pada tanggal 18 Januari 2009 Rusia mau untuk mengekspor kembali gas ke Ukraina, karena negara – negara Eropa Timur mengalami krisis energi pada tanggal 6 Januari 2009. Tak hanya untuk Ukraina, melainkan untuk Uni Eropa juga. Pada tahun 2008, sebenarnya NATO telah mengajak Ukraina untuk bergabung dengan aliansi pada KTT di Bulgares. Hal ini memicu marahnya Rusia seiring konflik mereka dengan Ukraina tentang sengketa gas 2006-2009.

Kemudian tahun 2010, dilakukan PEMILU presiden yang dimenangkan kembali oleh Victor Yanukovych. Pada November 2013, Victor Yanukovych menolak perjanjian dengan Uni Eropa dan lebih memilih berhubungan erat dengan Rusia. Kebijakan Victor Yanukovych yang lebih pro Rusia ini menyebabkan demonstrasi besar – besaran. Ukraina berupaya menggulingkan pemerintahan Yanukovych, karena Rusia terus menarik Ukraina dengan menawarkan perjanjian dagang, menawarkan talangan hutang dan memberikan harga diskon gas alam. Ukraina berhasil melengserkan pemerintahan Yanukovych pada Februari 2014 dan Yanukovych langsung saat itu meninggalkan Ukraina. Selain itu, saat itu Ukraina terbagi menjadi dua wilayah, bagian barat pro Uni Eropa dan bagian timur pro Russia. Wilayah pro Uni Eropa menginginkan jaminan keamanan untuk lepas dari pengaruh Rusia, karena itu mereka ingin bergabung ke Uni Eropa. Demonstrasi besar – besaran inilah yang disebut Revolusi Maidan.

Setelah lengsernya Yanukovych, beberapa waktu kemudian pada 20 Februari 2014, beberapa orang bersenjata tanpa identitas meledakkan Bandara Kota Sevastopol. Kemudian orang – orang bersenjata ini pergi ke Gedung Parlemen Krimea dan mengibarkan bendera Russia. Kemudian anggota parlemen pro Russia membubarkan pemerintahan saat itu dan mengangkat Sergey Aksyonov sebagai PM Krimea baru.

Hal ini diakibatkan masyarakat pro Rusia yang berada di Krimea. Karena, mayoritas warga Krimea merupaka warga Rusia dan berbahasa Rusia. Selain itu, minoritas disana yaitu umat muslim Tatar Crimea pernah dideportasi oleh Joseph Stalin karena dianggap bersekongkol dengan penyusup NAZI. Gerakan pro Russia di Krimea mengakibatkan beberapa gerakan separatisme. Separatis di Krimea memilih bergabung dengan Rusia pada Maret 2014. Saat pemilihan presiden, rata rata warga Krimea mendukung Yanukovych sebagai pemenang karena ia adalah seorang pro Russia.

Krimea sebenarnya telah menjadi bagian dari Uni Soviet, namun pada tahun 1954 Nikita Khruschev memberikan wilayah Krimea ke Ukraina. Sebelum penyerahan Krimea ini sebenarnya juga terjadi bencana Kelaparan Holodomor pada tahun 1933.

Selanjutnya, Ukraina menuduh Rusia bahwa pasukan bersenjata di Krimea merupakan pasukan Russia. Russia pun mengakui telah mengirim pasukannya ke Krimea dan menandatangani UU perjanjian dan hukum konstitusional tentang aneksasi Krimea dan Sevastopol ke Rusia sebagai anggota federasi pada tanggal 21 Maret 2014. Aneksasi Krimea ini juga didukung masyarakat Krimea dan Sevastopol saat dilakukaannya referendum, rata – rata memilih berpihak ke Rusia.

Namun referendum ini dianggap illegal oleh Ukraina, Amerika Serikat, dan Uni Eropa. Serta aneksasi yang dilakukan Rusia juga tidak diakui oleh PBB.

Pada Februari 2015, dilakukan Kesepakatan Minks yang dihadiri oleh Prancis, Jerman, Ukraina, dan Rusia. Kesepakatan ini berisi gencatan senjata di daerah konflik di Ukraina. Ada juga Normandy Format yang dihadiri Prancis, Jerman, Rusia, dan Ukraina untuk menyelesaikan konflik di Donbass. Terhitung terdapat 6 kali pertemuan sejak 2014-2019, pada tahun 2020 ditunda karena adanya Pandemi Covid-19. Meskipun berulang kali melakukan perundingan, sejauh ini perundingan belum membuahkan hasil.

Awal Jalannya Perang

Peta Wilayah Invasi Rusia ke Ukraina. Sumber gambar : BBC (https://www.bbc.com/indonesia/dunia-61240617)

Banyak pihak yang mengatakan Ukraina sebenarnya tak dapat dipisahkan dari Rusia salah satunya Vladimir Putin. Dari segi sejarah, Ibukota Ukraina, Kiev, sebenarnya muncul akibat kemunculan Kievan Rus di Kota Kiev. Kievan Rus merupakan cikal bakal dari Rusia. Pada tahun 2005, Vladimir Putin berpidato bahwa pecahnya Uni Soviet merupakan bencana geopolitik terbesar pada abad ini.

Kembali ke masa sekarang, pemerintahan saat ini, Volodymyr Zelensky yang pro-barat dan bagian – bagian pemerintahan Ukraina didominasi oleh kelompok pro-barat. Pemerintahan pro-barat inilah yang membuat Ukraina semakin dekat dengan NATO dan membuat Rusia tidak senang.

Sekitar waktu Musim Semi 2021, Rusia mengerahkan pasukannya ke arah perbatasan Ukraina lengkap dengan senjata, alat, kendaraan dan roket. Hal ini dibuktikan dengan adanya penampakan tersebut yang dapat dilihat dari citra satelit yang menunjukkan adanya penumpukan pasukan di perbatasan Ukraina.

Kemudian, Vladimir Putin mengatakan bahwa para pasukannya hanya sedang melakukan latihan militer saja. Vladimir Putin mengatakan bahwa ia tidak mau adanya kekerasan dan sempat menarik pasukannya dari perbatasan Ukraina. Ukraina pun menuduh Russia telah memobilisasi pasukannya dan peletakan pasukan Rusia di perbatasan Ukraina mendapat perhatian dari Presiden AS yaitu Joe Biden. Joe Biden mengancam, jika tetap menyerang Ukraina maka Rusia akan ditangguhkan sanksi ekonomi.

Militer Ukraina dan Kelompok Separatis pro-Russia mengalami konflik di dua wilayah Ukraina, yaitu Donetsk dan Luhansk. Konflik ini menyebabkan kemerdekaan bagi masing – masing wilayah, sehingga pada 2014 Donetsk menjadi Donetsk People Republic dan Luhansk menjadi Luhansk People Republic. Pada 21 Februari 2002, pihak Rusia mengakui kedua wilayah ini sebagai wilayah merdeka yang membuat tensi kedua negara menjadi tinggi.

Kemudian Rusia mengajukan permintaan yang sedikit memaksa kepada NATO, yaitu :

 

  • NATO tidak diperbolehkan memperluas wilayahnya hingga ke Eropa Timur.
  • NATO diharuskan menarik pasukannya dari wilayah Eropa Timur.
  • Amerika tidak diperbolehkan memberi bantuan/perlindungan pada negara sekutu.

Maka dari itu, untuk membuktikan pernyataannya, Vladimir Putin mengerahkan pasukannya ke perbatasan Ukraina. Kemudian terjadilah diskusi diplomatik, antara Rusia dan AS di Jenewa namun masih belum menemukan hasil, karena Rusia masih tetap pada tuntutannya terhadap NATO.

Pada 14 Januari 2022, Rusia melakukan serangan cyber ke Ukraina yang berisi “takut dan mengharapkan yang terburuk” yang ditujukan kepada situs web Ukraina. Sehingga pada 26 Januari NATO mengerahkan pasukannya di Eropa Timur sembari menambah kapal dan jet tempur. Beberapa negara Barat mulai mengevakuasi staf kedutaan yang tidak begitu penting dari Ukraina. Serta, Amerika menempatkan 8.500 tentara dalam siaga di Eropa Timur. Vladimir Putin tetap saja membantah bahwa ia ingin melakukan invasi dan menuduh AS yang mengabaikan tuntutan keamanan di negaranya.

Sehingga pada tanggal 24 Februari 2022, Rusia mulai menyerang Ukraina. Rusia menyerang Ukraina melalui 3 arah, pertama dari utara melalui Belarus, kedua dari timur melalui Donetsk dan Luhansk serta ketiga dari selatan melalui Krimea. Russia mulai mengerahkan pasukannya ke arah Ukraina kembali. Di sisi lain, Ukraina belum menerima bantuan sedikitpun dari NATO karena ancaman yang dilayangkan Rusia, pihak NATO menakutkan dampak yang terjadi jika mereka melanggarnya. Sehingga Ukraina, merasa mereka berperang sendirian melawan militer besar dari Rusia.

Meskipun tentara dari negara barat sudah banyak yang dipersiapkan, mereka hanya dalam status siaga apabila terjadi dampak yang lebih dari perang di Ukraina tersebut. Di awal penyerangan, Rusia telah menduduki Chernobyl. Chernobyl yang dikenal wilayah yang memiliki zat radioaktif tinggi dinilai strategis bagi Rusia. Karena Chernobyl merupakan jalur cepat dari Belarusia menuju ke Kiev. Selain sebagai rute strategis, Rusia dapat mempersiapkan lebih militernya sebelum ke Ukraina. Dikatakan, bahwa Rusia mengambil zat radioaktif di Chernobyl dengan cara mengambil gumpalan tanah yang terpapar zat radioaktif lalu dihirup pada masing – masing pasukan. Senjata mereka juga terpapar zat tersebut. Selain sebagai konsumsi, Rusia dikatakan juga ingin mengendalikan reaktor nuklir di wilayah Chernobyl untuk mengancam NATO.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image