Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Adinda Thalia Salsabilla

Isu Lingkungan sebagai Tantangan Strategis bagi Negara-Negara Berkembang

Politik | 2025-12-07 16:36:13

Dalam beberapa dekade terakhir, isu lingkungan tidak lagi dipandang semata sebagai persoalan ekologis, melainkan telah berubah menjadi tantangan strategis yang memengaruhi stabilitas politik, keberlanjutan ekonomi, serta ketahanan sosial negara-negara berkembang. Perubahan iklim, degradasi sumber daya alam, polusi industri, dan bencana ekologis semakin memperkuat kerentanan struktural yang sebelumnya sudah melekat pada negara-negara dengan kapasitas institusional terbatas. Di tengah dinamika global yang bergerak cepat, negara-negara berkembang menghadapi tekanan berlapis yang menuntut respons kebijakan yang jauh lebih adaptif dan terintegrasi.

Salah satu tantangan paling mencolok adalah meningkatnya frekuensi dan intensitas bencana alam akibat perubahan iklim. Negara-negara berkembang sering kali berada pada lokasi geografis yang rentan terhadap banjir, kekeringan, badai tropis, dan kenaikan permukaan laut. Kondisi ini diperburuk oleh kurangnya infrastruktur mitigasi, sistem peringatan dini yang tidak memadai, serta kapasitas adaptasi yang rendah. Dampaknya tidak hanya menyerang sektor lingkungan, tetapi juga mengganggu produktivitas masyarakat, distribusi pangan, hingga stabilitas fiskal nasional. Bagi negara berkembang, setiap bencana ekologis kerap menjadi titik awal spiral krisis yang sulit dihentikan.

Selain itu, isu lingkungan juga terkait erat dengan tantangan pembangunan ekonomi. Negara-negara berkembang berada dalam dilema antara mengejar pertumbuhan industri dan menjaga keberlanjutan ekologis. Model pertumbuhan yang masih bertumpu pada eksploitasi sumber daya alam—mulai dari penambangan, pembukaan lahan, hingga ekspansi pertanian intensif—sering kali menghasilkan tekanan lingkungan yang memperparah kerusakan ekosistem. Sementara itu, transisi menuju ekonomi hijau menghadapi keterbatasan pendanaan, teknologi, dan kapasitas sumber daya manusia. Alhasil, meskipun kebutuhan akan transformasi ekonomi berkelanjutan sangat mendesak, negara-negara berkembang belum memiliki daya tumpu yang memadai untuk bergerak secara cepat dan konsisten.

Isu lingkungan juga memiliki dimensi sosial yang signifikan. Degradasi lahan, polusi air, dan kualitas udara yang memburuk menyebabkan masalah kesehatan publik yang berulang dan berkepanjangan. Masyarakat berpendapatan rendah menjadi kelompok paling rentan karena tinggal di wilayah dengan infrastruktur minim, sanitasi buruk, dan akses kesehatan terbatas. Ketidaksetaraan ini memperbesar potensi ketegangan sosial, memicu konflik sumber daya, serta mendorong mobilitas penduduk secara paksa. Dalam konteks ini, lingkungan bukan hanya tantangan ekologis, tetapi juga faktor penentu kestabilan sosial di negara-negara berkembang.

Di sisi lain, kerentanan lingkungan dapat membuka celah bagi masalah keamanan. Ketika sumber daya alam semakin terbatas, kompetisi antaraktor, baik antarkelompok masyarakat maupun antarsektor industri dapat meningkat drastis. Konflik agraria, perebutan sumber air, hingga perselisihan terkait akses lahan menjadi fenomena yang semakin umum. Selain itu, kondisi lingkungan yang tidak stabil dapat dimanfaatkan oleh kelompok kriminal atau non-negara untuk memperluas pengaruhnya di wilayah-wilayah yang rawan. Dalam perspektif keamanan non-tradisional, isu lingkungan jelas terkait dengan risiko yang lebih luas dan kompleks.

Sementara itu, posisi negara-negara berkembang dalam negosiasi lingkungan global juga sering kali kurang menguntungkan. Ketergantungan terhadap pendanaan internasional dan teknologi dari negara maju menciptakan asimetri kekuasaan dalam forum multilateral. Komitmen global seperti Paris Agreement memang memberi ruang bagi negara berkembang untuk mengartikulasikan kepentingannya, tetapi implementasinya sering terkendala oleh janji pendanaan yang tidak terpenuhi, mekanisme transfer teknologi yang lambat, serta ketidakseimbangan kapasitas nasional. Akibatnya, respons negara-negara berkembang terhadap isu lingkungan tetap berada dalam batas kemampuan domestik yang terbatas.

Dengan kompleksitas yang demikian luas, isu lingkungan perlu dipahami sebagai tantangan strategis yang tidak boleh dipisahkan dari agenda pembangunan nasional dan kebijakan luar negeri. Negara-negara berkembang memerlukan pendekatan yang lebih komprehensif, mengintegrasikan kebijakan lingkungan, ekonomi, sosial, dan keamanan dalam satu kerangka tata kelola. Penguatan institusi, percepatan inovasi teknologi, diversifikasi ekonomi, serta kerja sama internasional yang lebih setara menjadi prasyarat penting untuk menghadapi dinamika lingkungan global yang semakin intens.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image