Waspada Isi Bensin: Ratusan Motor di Jawa Timur Rusak Usai Isi Pertalite
Info Terkini | 2025-11-15 00:30:23
Beberapa hari terakhir, masyarakat di berbagai daerah di Jawa Timur dihebohkan dengan laporan ratusan motor yang tiba-tiba mengalami kerusakan setelah mengisi bahan bakar jenis Pertalite di sejumlah SPBU. Berbagai keluhan muncul, mulai dari mesin yang tidak mau menyala, suara motor yang kasar, hingga kerusakan serius pada sistem pembakaran. Fenomena ini menimbulkan keresahan luas di kalangan pengguna kendaraan bermotor, mengingat Pertalite merupakan bahan bakar yang paling banyak digunakan oleh masyarakat menengah ke bawah karena harganya yang terjangkau.
Permasalahan ini memunculkan berbagai dugaan, seperti adanya penurunan kualitas bahan bakar, pencampuran dengan zat lain yang tidak sesuai standar, hingga kesalahan distribusi dari pihak SPBU. Kondisi tersebut menunjukkan pentingnya pengawasan ketat terhadap kualitas bahan bakar minyak (BBM) yang beredar, karena dampaknya tidak hanya merugikan pengguna kendaraan, tetapi juga dapat menimbulkan kerugian ekonomi secara luas.
Menurut Rinanda (2025) kasus ini muncul pertama kali di daerah Bojonegoro dan Tuban, dimana sedikitnya mekanik bengkel menerima 45 unit motor dengan keluhan tersendat, tarikan berat, hingga busi cepat mati. Kemudian meluas ke Sidoarjo, Gresik, Surabaya, Malang, dan Lamongan dimana para pengendara motor juga melaporkan mogok mendadak dan kehilangan tenaga setelah pengisian BBM. Fenomena ini menjadi perhatian khusus bagi masyarakat, pemerintah, dan pihak Pertamina. Kasus ini mencerminkan adanya celah dalam pengawsan mutu bahan bakar yang beredar di pasaran. Sebagai produk yang paling banyak dikonsumsi masyarakat, Pertalite seharusnya memiliki standar kualitas yang dijaga ketat agar tidak menimbulkan kerugian, baik secara ekonomi maupun keselamatan.
Dari sisi masyarakat, kejadian ini menimbulkan keresahan dan menurunkan tingkat kepercayaan terhadap kualitas BBM bersubsidi. Banyak pengguna motor merasa dirugikan karena harus menanggung biaya perbaikan motor yang tidak sedikit. Hal ini menunjukkan pentingnya edukasi masyarakat untuk lebih waspada dalam memilih tempat pengisian bahan bakar, serta segera melapor apabila menemukan indikasi bahan bakar yang tidak sesuai standar.
Sementara itu, dari sisi pemerintah dan pertamina, kejadian ini seharusnya menjadi momentum untuk memperkuat sistem pengawasan distribusi BBM, mulai dari kilang, terminal, hingga SPBU. Investigasi menyeluruh perlu dilakukan untuk memastikan apakah penyebab kerusakan berasal dari teknis, faktor distribusi, atau adanya pelanggaran oleh oknum tertentu yang mencampur bahan bakar dengan zat lain. Melalui Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia sudah menurunkan tim untuk melakukan verifikasi fakta terkait banyaknya keluhan pengguna sepeda motor brebet di Jawa Timur (Billiocta, 2025). Transparansi hasil uji laboratorium dan langkah penanganan di lapangan menjadi kunci untuk memulihkan kepercayaan publik.
Kasus rusaknya ratusan motor setelah mengisi Pertalite di berbagai daerah di Jawa Timur merupakan bukti nyata bahwa persoalan kualitas bahan bakar di Indonesia belum sepenuhnya terjamin. Dalam pandangan saya, kejadian ini tidak hanya sekadar insiden teknis, tetapi juga mencerminkan lemahnya sistem pengawasan terhadap distribusi dan standar mutu BBM di lapangan.
Pertalite selama ini menjadi bahan bakar utama bagi masyarakat kelas menengah ke bawah. Oleh karena itu gangguan pada kualitasnya berdampak langsung terhadap mobilitas dan perekonomian rakyat kecil. Banyak pengguna motor menggantungkan penghasilan mereka pada kendaraan, seperti ojek online, kurir, atau pedagang keliling. Jika kendaraan mereka rusak karena bahan bakar yang diduga bermasalah, maka kerugian yang dialami bukan hanya materiil, tetapi juga sosial dan ekonomi.
Kasus rusaknya ratusan motor di Jawa Timur setelah pengisian Pertalite, menunjukkan bahwa masih ada persoalan serius dalam rantai distribusi dan pengawasan mutu bahan bakar di Indonesia. Transparansi informasi, keterlibatan masyarakat, serta tanggung jawab moral dari pihak terkait menjadi kunci dalam memulihkan kepercayaan publik. Pemerintah, Pertamina, dan lembaga pengawas harus bersinergi memastikan bahwa bahan bakar yang sampai ke tangan konsumen benar-benar aman dan sesuai standar. Di sisi lain,masyarakat juga perlu lebih kritis dan aktif melaporkan apabila menemukan indikasi pelanggaran di lapangan.
Fenomena ini tidak hanya sekadar masalah teknis, melainkan juga ujian bagi integritas dan profesionalitas dalam pengelolaan energi nasional. Meski hasil pemeriksaan awal menyatakan kualitas BBM masih sesuai standar, proses distribusi dan penggunaan nyata di lapangan tetap menjadi sorotan utama. Konsumen perlu lebih waspada, dan pihak berwenang harus lebih transparan dalam pengecekan serta penanganan agar kepercayaan publik tetap terjaga. Jika transparansi, pengawasan, dan tanggung jawab bersama dapat ditegakkan, maka kepercayaan publik terhadap Pertalite dan energi nasional dapat pulih. Namun, bila dibiarkan tanpa solusi nyata, maka insiden ini akan terus menjadi cermin lemahnya perlindungan terhadap hak konsumen. Pada akhirnya, energi yang baik bukan hanya terjangkau, tetapi juga yang terpercaya.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
