Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Rayhananda Seno Satria Pratama

Etanol Ramah Lingkungan yang Belum Sepenuhnya Bersahabat dengan Mesin Indonesia

Teknologi | 2025-11-10 15:20:20
source image: https://www.google.com/imgres?imgurl=https%3A%2F%2Flookaside.instagram.com%2Fseo%2Fgoogle_widget%2Fcrawler%2F%3Fmedia_id%3D3738775919541797865&tbnid=Ws_t7c2Y3s6ldM&vet=1&imgrefurl=https%3A%2F%2Fwww.instagram.com%2Fp%2FDPizOa2kh6i%2F&docid=dK-DcyNFsY5kFM&w=1440&h=1800&hl=id&source=sh%2Fx%2Fim%2Fm1%2F5&kgs=665b81b301d8fa75&shem=isst

Etanol, atau sering disebut bioetanol, telah lama diakui sebagai bahan bakar alternatif yang menjanjikan untuk mengurangi ketergantungan kita pada bahan bakar fosil. Diperoleh melalui proses fermentasi bahan organik melimpah seperti tebu, jagung, dan singkong, etanol menawarkan keunggulan lingkungan yang signifikan. Karena kadar oksigennya yang tinggi, pembakarannya cenderung lebih bersih dan sempurna dibandingkan bensin konvensional, menghasilkan emisi gas buang yang lebih rendah dan berkontribusi pada udara yang lebih sehat. Tak heran, di berbagai negara maju seperti Brasil, Amerika Serikat, dan sejumlah negara di Eropa, etanol telah menjadi pilar penting dalam transisi menuju energi yang berkelanjutan.

Kendala Teknis: Mesin Konvensional yang Belum Siap

Ironisnya, di Indonesia, jalan menuju adopsi etanol secara luas masih dipenuhi hambatan. Salah satu ganjalan terberat datang dari faktor teknis kendaraan. Mayoritas kendaraan di Indonesia, terutama model lama, belum memiliki spesifikasi mesin yang dirancang untuk menangani campuran etanol dalam konsentrasi tinggi. Berbeda dengan mobil flex-fuel di Eropa atau Amerika yang mampu beradaptasi dengan campuran seperti E10 (10% etanol) atau E85 (85% etanol), penggunaan etanol berlebih di mesin konvensional Indonesia dapat memicu berbagai masalah. Ini termasuk penurunan performa, risiko korosi pada komponen sistem bahan bakar, hingga kesulitan saat menghidupkan mesin. Kesiapan teknologi mesin domestik jelas menjadi batu sandungan yang harus segera diatasi.

Jalan ke Depan: Sinergi Menuju Kemandirian Energi

Etanol adalah aset strategis yang menawarkan manfaat ganda: lingkungan yang lebih bersih dan potensi kemandirian energi nasional dari sumber daya terbarukan. Namun, penerapannya tidak bisa dilakukan secara terburu-buru. Diperlukan strategi yang bijak dan bertahap yang disesuaikan dengan kemampuan teknologi dalam negeri, terutama karena belum semua mesin kendaraan memiliki kesiapan yang memadai terhadap etanol dalam konsentrasi tinggi. Mewujudkan ekosistem energi berkelanjutan membutuhkan sinergi kuat antara pemerintah dalam merevisi regulasi cukai, dan industri produksi (manufaktur) dalam melakukan riset dan pengembangan material antikarat atau komponen mesin yang lebih tahan korosi terhadap campuran etanol. Selain itu, akademisi perlu mengembangkan teknologi mesin yang adaptif, dan masyarakat perlu meningkatkan kesadaran dan penerimaan. Etanol dapat menjadi simbol kemandirian energi bangsa, asalkan kita semua berani menyalakan perubahan, selangkah demi selangkah, demi masa depan bumi dan negeri.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image