Transformasi Limbah Kulit Pisang Menjadi Nata Bernilai Gizi sebagai Alternatif Pangan Berkelanjutan
Pendidikan dan Literasi | 2025-10-11 13:53:44
Limbah kulit pisang yang selama ini dianggap tak bernilai kini menjelma menjadi bahan pangan fungsional bernilai gizi tinggi. Melalui penelitian inovatif, Raudhatul Fadhilah, dosen Universitas Muhammadiyah Pontianak (UMP), berhasil mengolah kulit pisang menjadi nata kaya serat yang berpotensi mendukung ketahanan pangan nasional.
Penelitian ini berangkat dari fakta bahwa Indonesia menghasilkan limbah kulit pisang dalam jumlah besar setiap harinya, terutama dari sektor rumah tangga dan industri olahan makanan. Kulit pisang ternyata mengandung selulosa dan pektin dalam kadar tinggi, menjadikannya bahan potensial untuk pembuatan nata melalui proses fermentasi bakteri Acetobacter xylinum.
“Kami ingin menunjukkan bahwa bahan yang dianggap limbah sebenarnya bisa menjadi sumber pangan alternatif yang bergizi dan ramah lingkungan,” jelas Raudhatul, yang juga tengah menempuh studi Program Doktor Ilmu Pertanian di Universitas Muhammadiyah Malang.
Dalam proses penelitian, cairan hasil ekstraksi kulit pisang difermentasi selama sekitar sepuluh hari hingga terbentuk lembaran nata dengan tekstur kenyal dan transparan. Hasil analisis laboratorium menunjukkan bahwa nata dari kulit pisang memiliki kadar serat tinggi, rendah lemak, dan aman dikonsumsi, sehingga berpotensi menjadi bahan pangan fungsional untuk masyarakat luas.
Lebih dari sekadar temuan laboratorium, penelitian ini memberi kontribusi nyata bagi ketahanan pangan berkelanjutan. Pemanfaatan limbah kulit pisang tidak hanya mengurangi beban lingkungan, tetapi juga menghadirkan alternatif pangan lokal dengan nilai tambah ekonomi.
“Ketahanan pangan bisa dimulai dari kreativitas memanfaatkan potensi lokal. Kulit pisang adalah contoh nyata bahwa inovasi sederhana dapat berkontribusi besar bagi kemandirian pangan,” ujarnya.
Inovasi ini sejalan dengan arah kebijakan nasional dalam mewujudkan pangan berkelanjutan dan ekonomi sirkular, sekaligus mendukung pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), terutama poin 2 (Zero Hunger) dan poin 12 (Responsible Consumption and Production).
Melalui riset ini, Universitas Muhammadiyah Pontianak menegaskan komitmennya dalam mengembangkan penelitian terapan yang berpihak pada masyarakat, lingkungan, dan masa depan pangan Indonesia.
Penulis : Raudhatul Fadhilah
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
