Yohanis Bero: Mahasiswa dari Indonesia Timur dengan Semangat Perubahan
Pendidikan dan Literasi | 2025-10-22 20:39:08
Yohanis Bero, merupakan seorang mahasiswa Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta Utara dengan mengambil program studi ilmu Pemerintahan. Ia berasal dari Nusa Tenggara Timur (NTT), merupakan sosok anak muda yang memancarkan semangat perubahan bagi tanah kelahirannya.
Menurut Yohanis, pendidikan adalah kunci untuk menciptakan perubahan besar yang tidak hanya mempengaruhi dirinya, tetapi juga masa depan seluruh masyarakat. Meski berasal dari daerah yang sering kali terabaikan dalam hal pembangunan dan perhatian pemerintah, Yohanis memiliki visi yang kuat tentang bagaimana pendidikan seharusnya dipandang sebagai prioritas utama.
Sebagai seorang yang lahir dan besar di Nusa Tenggara Timur, tepatnya Desa Wailibo, Kecamatan Lemboya, Kabupaten Sumba Barat. Hal ini membuatnya sadar bahwa banyak daerah tersebut yang masih tertinggal jauh dalam berbagai sektor, terutama pendidikan. Keadaan ini, menurutnya, bukan hanya akibat dari kurangnya akses terhadap fasilitas pendidikan, tetapi juga dari pola pikir sebagian masyarakat yang tidak menyadari pentingnya pendidikan untuk kemajuan sosial dan ekonomi.
Bagi Yohanis, ketidakpedulian terhadap dunia pendidikan merupakan salah satu faktor yang memperburuk keadaan daerahnya, apalagi bila ditambah dengan kualitas pejabat pemerintahan yang tidak memiliki latar belakang pendidikan yang memadai.
Yohanis selalu menyoroti fenomena yang sering kali terjadi di kampung halamannya, yaitu banyaknya pejabat yang duduk di kursi pemerintahan meskipun mereka bukan lulusan dari perguruan tinggi atau tidak memiliki keahlian dalam bidang yang mereka geluti. Baginya, fenomena ini sangat menyedihkan.
Bagaimana mungkin suatu daerah dapat berkembang dengan baik jika orang-orang yang mengurusnya tidak memiliki kapasitas yang cukup untuk mengambil keputusan yang bijaksana dan berdampak positif.
"Disana itu banyak sekali pejabat yang bukan lulusan dari kuliah, bahkan ada yang lulusan SMP yang duduk di pemerintahan sampai anggota dewan", ungkap Yohanis dengan penuh keyakinan.
Namun, bukan hanya soal kualitas pemerintahan yang menjadi perhatiannya. Selain itu ia juga sering mengkritik budaya sosial yang masih berkembang di masyarakat daerah tempat tinggalnya, terutama dalam hal pernikahan adat. Sebagai seorang yang berpikir kritis, Yohanis merasa bahwa pernikahan adat yang masih banyak dilakukan di daerahnya, sering kali memberatkan kalangan masyarakat bawah yang berjuang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Pernikahan adat di tempat tinggalnya dikenal memiliki banyak prosesi dan biaya yang cukup besar, seperti pemberian Belis (mas kawin) yang tidak sedikit jumlahnya. Bagi Yohanis, hal ini bukan hanya menjadi beban finansial, tetapi juga membatasi kebebasan sosial masyarakat, terutama anak muda yang ingin membangun keluarga dengan cara yang lebih sederhana. Ia menyadari bahwa adat merupakan bagian dari identitas budaya, namun menurutnya, ada banyak aspek dalam adat yang perlu dipertimbangkan kembali agar tidak menjadi hambatan bagi kesejahteraan masyarakat.
“Adat memang penting, tapi kita harus mempertimbangkan juga. Pernikahan adat yang terlalu memberatkan ekonomi, khususnya masyarakat kalangan bawah justru akan membuat keadaan menjadi kurang baik. Sebaiknya, ada perubahan dalam cara pandang kita tentang adat dan budaya, agar bisa lebih diterima bagi semua kalangan,” jelas Yohanis.
Bagi Yohanis, perubahan tidak harus datang dalam bentuk gerakan besar, tetapi bisa dimulai dengan hal-hal kecil yang berdampak langsung kepada kehidupan masyarakat sehari-hari. Ia percaya bahwa dengan menyuarakan pentingnya pendidikan, reformasi dalam birokrasi pemerintahan, dan penguatan kembali nilai-nilai adat yang lebih berpihak pada kesejahteraan, perubahan tersebut bisa tercipta secara berkesinambungan.
Visi Yohanis untuk membawa perubahan besar di kampung halamannya memang penuh tantangan, namun ia tidak gentar untuk terus berjuang dengan semangat belajar. Dalam benaknya, ia tahu bahwa untuk mencapainya, ia harus terus belajar dan menimba ilmu, memperluas wawasan, dan memperkuat jaringan yang akan membantunya merealisasikan harapannya tersebut. Ia juga meyakini bahwa perubahan sejati dimulai dari individu yang memiliki kesadaran dan komitmen kuat terhadap kemajuan daerah dan bangsa.
“Pendidikan itu sangat penting. Saya ingin agar anak-anak di kampung saya bisa mendapatkan pendidikan yang layak dan bisa bersaing di dunia luar. Jika mereka sukses, daerah kami pun akan lebih berkembang,” tuturnya penuh semangat.
Yohanis Bero adalah contoh nyata dari sosok pemuda yang memiliki semangat untuk merubah nasib dan memperjuangkan hak-hak pendidikan untuk generasi mendatang. Dengan tekad yang kuat dibarengi visi yang jelas, ia berharap bisa menjadi inspirasi bagi banyak orang di sekitarnya dan bahkan Indonesia, untuk berpikir kritis dan berani memperjuangkan perubahan demi kemajuan yang merata.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
