Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image kalila fayza

Siapkah Indonesia Menangani Cedera Atlet Kelas Dunia?

Olahraga | 2025-10-12 18:49:37

MotoGP Mandalika 2025 berlangsung pada 3-5 Oktober, dengan balapan utama yang dijadwalkan pada 5 Oktober 2025. Balapan ini merupakan bagian dari seri ke-18 MotoGP dan dijadwalkan di Sirkuit Internasional Pertamina Mandalika, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat. Pembalap terkenal Ducati Lenovo, Marc Márquez, menempati posisi pertama kelas dunia 2025 MotoGP dengan 545 poin (sejak 12 Oktober 2025).

Tetapi lagi-lagi Mandalika belum bersahabat untuk Marc Márquez. Pembalap Ducati Lenovo ini tidak berhasil menyelesaikan balapan di sirkuit Mandalika. Bertabrakan dengan Bezzecchi di Tikungan 7 Sirkuit Mandalika pada lap pertama balapan. Marc Márquez terlempar dari motornya dan terlihat berguling-guling di tanah. Mimpi indah di hari Sabtu menjadi mimpi buruk di hari Minggu bagi Bezzecchi dan Márquez.

Setelah terlempar dari motor oranye, Márquez terlihat kesakitan di lengan kanannya. Penonton dan Tim Honda mencurigakan cedera yang serius. Untuk memastikan tingkat intensitas cedera, Marquez dijadwalkan menjalani pemindaian Computerized Tomography (CT) di Rumah Sakit Ruber Internasional di Madrid, Spanyol. Pemeriksaan medis di Madrid dilakukan pada Senin malam, (6 Oktober 2025).

Insiden Marc Márquez menumbuhkan beberapa pertanyaan, seperti apa yang akan terjadi jika dia tidak dilarikan ke rumah sakit di Madrid tetapi ke rumah sakit yang ada di Indonesia, atau bahkan rumah sakit yang ada di Mandalika, Lombok Tengah, NTB? Apakah Márquez akan mendapatkan perawatan yang sama seperti jika ia dirawat di Madrid? Indonesia sudah memiliki Rumah Sakit Olahraga Nasional (RSON) dan klinik olahraga di universitas top di Indonesia. Namun, apakah fasilitas dan tim medis baik di Jakarta maupun di daerah seperti Mandalika cukup memadai untuk menangani cedera atlet kelas dunia seperti Marc Márquez?

Gambar Marc Márquez diambil dari Pixabay

Sebelum kita membahas perawatan yang mungkin akan didapatkan Marc Márquez jika dia dirawat di Indonesia, kita harus mempertimbangkan berbagi faktor yang menjadi penyebab Márquez untuk diterbangkan ke Madrid oleh timnya. Menurut laporan dari El País dan AS Sports (6 Oktober 2025), hasil MRI di Madrid menunjukkan bahwa Márquez mengalami retakan pada pangkal prosesus korakoid atau yang lebih dikenal dengan tulang belikat dan cedera pada ligamen bahu kanan.

Tenaga medis di Rumah Sakit Ruber mengatakan bahwa tidak diperlukan operasi, tetapi rehabilitasi intensif perlu dilakukan untuk mengoptimalkan pemulihan Márquez. Ruber Internacional Hospital yang terletak di Madrid, Spanyol telah dikenal dalam skala internasional dan menerima pasien lebih dari 176 negara. Fraktur pangkal prosesus korakoid tulang belikat kanan dan cedera ligamen di bahu kanan menandakan bahwa Márquez memerlukan tim dokter dari berbagai spesialisasi, seperti ortopedi, bedah saraf, neurologi, fisioterapi dan rehabilitasi, radiologi, dan anestesiologi.

Spesialisasi yang telah disebutkan sudah memiliki pengalaman di Rumah Sakit Ruber di Madrid. Berdasarkan majalah Spanyol Robb Report, Rumah Sakit Ruber terkenal sebagai “Rumah sakit swasta terbaik di Spanyol” dengan kualitas tinggi yang telah dikonfirmasi oleh Internasional Organization for Standardization (ISO) 9001 dan ISO 140001 sertifikat. Rumah Sakit Ruber juga lengkap dengan fasilitas canggih seperti, MRI 3 Tesla, CT-scan resolusi tinggi, dan sistem navigasi bedah ortopedi yang memungkinkan penanganan cepat dan diagnosis akurat.

Tidak hanya fasilitas canggih di Madrid, Márquez juga memiliki riwayat cedera kepala pada tahun 2020 dan 2021, yang menyebabkan diplopia (penglihatan ganda) akibat kerusakan saraf mata. Oleh karena itu, keputusan untuk terbang ke Madrid juga mempertimbangkan risiko komplikasi neurologis, yang sebelumnya sudah pernah ditangani di Rumah Sakit Ruber sebelumya.

Jika dibandingkan dengan rumah sakit yang ada di Indonesia, seperti Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) di kawasan Lombok Tengah, tentu mereka mampu memberikan perawatan awal atau stabilisasi kondisi. Rumah Sakit Mandalika Provinsi NTB menyediakan layanan Instalasi Gawat Darurat (IGD) yang beroperasi 24 jam setiap hari dan memiliki poliklinik ortopedi dan traumatologi dengan fasilitas seperti CT-Scan, C-Arm, X-Ray, dan laboratorium terintegrasi. Namun apakah kualitas yang ditawarkan sudah memiliki standar yang lebih baik atau bahkan memiliki standar yang sebanding seperti rumah sakit swasta terbaik di Spanyol (berdasarkan Robb Report), Rumah Sakit Ruber?

Sayangnya kualitas Rumah Sakit di Lombok masih tengah berkembang untuk menaikkan standar kualitas pelayanan kesehatan mereka. Meskipun pelayanan yang masih berkembang belum sebanding dengan rumah sakit yang ada di Madrid, Indonesia telah memiliki Rumah Sakit Olahraga Nasional (RSON) di Jakarta Timur. RSON didirikan dengan tujuan untuk menangkal masalah rendahnya pengetahuan mengenai cara penanganan cedera dan mahalnya biaya untuk mengobati para atlet. RSON kini tengah dihidupkan kembali oleh Kementerian Kesehatan agar menjadi pusat layanan kedokteran olahraga modern. Pada tahun 2024 Wakil Menteri Kesehatan Indonesia, Dante Saksono Harbuwono, menyatakan bahwa RSON dirancang untuk “mendukung perawatan atlet nasional dan menjadi rumah sakit rujukan olahraga berstandar internasional dengan fasilitas fisioterapi, ortopedi, dan rehabilitasi terpadu” (Kemenkes.go.id, 2024).

Selain RSON, sejumlah rumah sakit besar seperti RS Premier Bintaro dan RS Universitas Indonesia juga telah membuka klinik kedokteran olahraga yang menyediakan layanan diagnosis trauma olahraga, rehabilitasi, dan analisis gerak tubuh. Namun, layanan tersebut masih terpusat di di wilayah perkotaan dan belum menjangkau daerah terpencil atau bahkan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) pariwisata seperti Mandalika. Sudah seharusnya fasilitas kesehatan di Indonesia memiliki standar yang tinggi dan merata jika ajang pertandingan kelas dunia diadakan di Indonesia, seperti MotoGP di Mandalika.

Andai Marc Márquez diberikan dua opsi untuk terbang ke Jakarta atau terbang ke Madrid, kemungkinan besar Márquez akan memilih untuk terbang ribuan kilometer ke Madrid. Di Madrid Márquez sudah akrab dengan tim medisnya, protokol yang dijalani untuk rehabilitasi, dan standar pelayanan tinggi yang konsisten. Bagi atlet kelas dunia seperti Márquez, jarak bukanlah sebuah tantangan, yang perlu ditekankan adalah kualitas pelayanan kesehatan yang dapat mengembalikan kondisi optimal atlet.

Menerbangkan Marc Márquez ke Madrid bukan hanya soal pulang kampung ke Spanyol bagi Márquez melainkan juga soal akses terhadap fasilitas neurologi, ortopedi, dan sport medicine yang terintegrasi, serta pengalaman menangani cedera berisiko tinggi pada atlet profesional. Sistem kesehatan di Indonesia seperti Rumah Sakit Olahraga Nasional di Jakarta masih dalam tahap perkembangan dan belum memiliki standar yang sebanding seperti rumah sakit terkenal di luar negeri. Selain itu, kesenjangan fasilitas antara pusat dan daerah masih menjadi tantangan besar.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image