Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Bhenu Artha

Urutan Kelahiran dan Kepribadian Pemimpin

Sinau | 2025-08-19 09:50:37
Bhenu Artha, Dosen Prodi Kewirausahaan Universitas Widya Mataram

Urutan kelahiran dapat memengaruhi kepribadian seseorang. Hal tersebut nggak hanya berlaku dalam kehidupan sehari-hari, tapi juga dapat berdampak besar di dunia kerja—terutama dalam dunia manajemen dan investasi.

Penelitian menunjukkan bahwa manajer yang lahir belakangan dalam keluarga (anak tengah atau bungsu) cenderung lebih berani ambil risiko. Mereka suka mencoba strategi yang ekstrem, memilih saham yang potensi untung besar tapi juga bisa zonk, dan sering gonta-ganti portofolio. Tapi sayangnya, keberanian ini nggak selalu berbanding lurus dengan hasil. Justru, performa mereka sering kali lebih rendah dibandingkan manajer yang lahir lebih awal.

Manajer “anak bungsu” ini punya gaya yang bisa dibilang nekat. Mereka nggak takut ambil keputusan yang beda dari arus utama. Misalnya, mereka lebih sering memilih saham yang punya peluang untung besar tapi juga risiko tinggi. Selain itu, mereka juga lebih sering melakukan pergantian strategi atau portofolio, yang bisa bikin biaya transaksi membengkak dan hasil investasi jadi nggak stabil.

Tapi kenapa mereka begitu? Salah satu penjelasannya adalah karena mereka tumbuh dalam lingkungan yang penuh persaingan antar saudara. Anak yang lahir belakangan sering kali harus “berjuang” untuk dapat perhatian orang tua, apalagi kalau jarak usia antar saudara dekat dan sumber daya keluarga terbatas. Akibatnya, mereka terbiasa bersaing dan berusaha tampil beda—dan itu terbawa sampai ke dunia kerja.

Efek ini makin terasa kalau orang tua punya sumber daya terbatas—baik secara finansial maupun waktu. Dalam keluarga seperti ini, anak-anak yang lahir belakangan sering kali dapat perhatian dan bimbingan yang lebih sedikit. Kalau jarak usia antar saudara juga dekat, persaingan makin intens. Bayangkan dua anak yang tumbuh hampir bersamaan, berebut perhatian, mainan, dan pujian. Rivalitas ini bisa membentuk karakter yang kompetitif, tapi juga impulsif.

Rivalitas antar saudara bukan hal baru. Tapi dampaknya terhadap perilaku profesional sering kali luput dari perhatian. Dalam dunia manajemen, rivalitas ini bisa jadi bahan bakar untuk ambisi dan keberanian. Tapi kalau nggak dikendalikan, bisa berujung pada keputusan yang gegabah dan hasil yang kurang maksimal.

Manajer yang tumbuh dengan pola pikir “harus lebih hebat dari kakak” mungkin akan lebih agresif di tempat kerja, lebih cepat ambil keputusan tanpa pertimbangan matang, dan lebih fokus pada hasil jangka pendek daripada keberlanjutan jangka panjang.

Buat perusahaan, memahami latar belakang psikologis seperti urutan kelahiran bisa jadi kunci untuk membentuk tim yang lebih solid. Bukan berarti anak bungsu nggak cocok jadi manajer, tapi mereka mungkin butuh pendekatan yang berbeda—misalnya pelatihan tentang pengambilan keputusan yang lebih terukur, atau mentoring yang bisa membantu mereka menyalurkan semangat kompetitif ke arah yang positif.

Buat institusi pendidikan, ini juga bisa jadi bahan refleksi. Mungkin sudah saatnya kurikulum manajemen nggak cuma fokus pada teori dan angka, tapi juga pada aspek psikologis dan sosial yang membentuk gaya kepemimpinan seseorang.

Keberanian anak bungsu bisa jadi aset berharga, asal dibarengi dengan strategi yang matang dan etika yang kuat. Karakter memang dibentuk sejak kecil, tapi bukan berarti nggak bisa diolah. Dengan bimbingan yang tepat, manajer dari berbagai latar belakang bisa jadi pemimpin yang hebat—baik anak sulung yang penuh tanggung jawab, anak tengah yang fleksibel, maupun anak bungsu yang penuh semangat.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image