Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Jurtawani

Berkarya Bersama Salah Satu Upaya Menggiatkan Literasi Siswa

Sastra | Tuesday, 08 Feb 2022, 21:02 WIB

Ucapan terima kasih dari orang tua siswa masuk berulang kali ke pesan WhatsApp saya. Mereka sangat bahagia kala sang anak membawa pulang buku hasil karya yang telah ditulis oleh anaknya. Ucapan terima kasih yang ditujukan ke saya karena telah membimbing anak-anaknya dalam menulis, sehingga wujud karya tulisan itu berupa buku yang ber-ISBN.

Jum’at (7/1/2022), Hilmiyati, S.Ag.,MA selaku Kepala Madrasah MIN 6 Kota Banda Aceh menyerahkan sertifikat penulis kepada enam orang siswa. Ke enam siswa tersebut adalah penulis yang tergabung dalam buku “Keajaiban pada Setiap Sisi Kehidupan” buku antologi pertama yang merupakan kolaborasi guru dengan siswa.

Wanita yang kerap disapa Ibu Hil, begitu antusias saat menerima buku karya siswa ini. Harapan besar beliau untuk menggalakkan kegiatan literasi menulis bagi siswa di lembaga pendidikan yang dipimpinnya akhirnya tercapai. “Sudah sangat lama saya menginginkan siswa mampu menulis sejak dini, akhirnya hari ini saya bisa melihat langsung hasil tulisan siswa di buku ini,” ucapnya di sela membagikan sertifikat kepada siswa.

Saya terharu sekaligus bangga, saat melihat siswa berfoto dengan kepala madrasah disertai buku karyanya. Wajah polos dari siswa yang kini menyandang titel penulis begitu kentara. Semangat mereka menulis di usia yang boleh dikatakan masih sangat belia patut diapresiasi, karena menulis merupakan kegiatan yang tidak semua orang mau melakoni. Apalagi mereka diajak berimajinasi dalam tulisannya berupa cerita dongeng yang kisahnya tidak pernah terjadi di dunia nyata.

Buku ‘Keajaiban pada Setiap Sisi Kehidupan’ adalah kumpulan cerita dongeng yang di tulis oleh guru dan siswa MIN 6 Kota Banda Aceh. Kenapa saya memilih dongeng sebagai rujukan dalam mengajarkan siswa menulis? Karena dongeng adalah cerita yang akrab dengan anak-anak. Di usia mereka yang duduk di bangku sekolah dasar masih menyenangi film-film kartun yang bernuansa imajinatif ataupun membaca cerita dongeng dari buku atau sumber lainnya. Sehingga mudah bagi saya membawa mereka menulis kisah hayalan bagi mereka yang pemula merangkai kata.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI Edisi V), dongeng merupakan cerita yang tidak benar-benar terjadi (terutama tentang kejadian zaman dulu yang aneh-aneh). Dongeng biasanya identik dengan cerita-cerita yang mendidik, karena nilai yang berkenaan dengan baik atau buruk akan diwakili oleh karakter tokoh. Sehingga anak-anak akan memilih nilai-nilai mana dari karakter tokoh tersebut yang sesuai dengan dirinya.

Selain itu dongeng juga mengajarkan anak-anak untuk mempertanggungjawabkan konsekuensi dari setiap perbuatan. Melalui cerita dongeng pula, anak-anak akan belajar tentang nilai-nilai moral dalam kehidupan. Dalam hal ini, siswa saya arahkan mencari ide tulisan dari kehidupan sehari-hari, yang nantinya cerita yang dihasilkan dibumbui imajinasi.

Langkah awal yang saya lakukan dalam mengumpulkan penulis dari kalangan siswa adalah membuat pengumuman pembimbingan siswa yang mau menulis. Pengumuman itu saya bagikan kepada wali kelas tingkat atas yaitu kelas lima dan enam yang nanti akan diteruskan via group WhatsApp masing-masing kelas. Sehari setelah pengumuman disebarkan, siswa yang bersedia langsung mendatangi saya.

“Pernahkah kalian melihat film kartun yang mengisahkan tentang kerajaan yang ada pangeran dan putri yang memiliki dayang-dayang berupa peri?” Pertanyaan ini saya lontarkan saat awal membimbing mereka menemukan ide tulisan. Tentu jawabannya beragam, cerita mereka pun mengalir indah mengenai film yang mereka sukai. Dari cerita siswa ini, saya meminta mereka untuk membuat cerita tersebut dalam bentuk tulisan.

Alhasil, mereka mampu menulis dengan baik. Walaupun tata cara penulisan masih banyak yang keliru. Namun, saya telah mendapatkan kemampuan mereka dalam bercerita, sehingga saya langsung mengarahkan mereka untuk menulis cerita dongeng yang serupa dan memberi peringatan agar tidak melakukan penjiplakan karya orang yang menjurus plagiasi.

Bagi saya, mereka para siswa ini bagaikan mutiara di dalam lumpur. Bakat mereka dalam menulis telah ada, mereka butuh arahan dan bimbingan agar bakat mereka terarah dengan sempurna. Bakat merupakan salah satu karunia Allah yang diberikan kepada setiap orang, sehingga bakat itu harus diberdayakan dan diasah dengan sebaik mungkin. Bakat siswa dalam menulis terlihat dari tulisan yang dihasilkan.

Cerita dongeng yang mereka tulis begitu indah, ide mereka mengalir sempurna. Saya pun terkesima membacanya, seolah tidak percaya bahwa itu karya mereka. Benar adanya bahwa dunia anak adalah dunia penuh imajinasi. Kini imajinasi positif itu telah mereka keluarkan melalui tulisan.

Tentunya dalam menemukan ide cemerlang dalam menulis tidak serta merta lahir begitu saja. Mereka yang rajin membacalah yang mendapatkan ide terbaik dalam menulis.

“1) Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang telah menciptakan. (2) Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. (3) Bacalah, dan Tuhanmu adalah Maha Pemurah (4) yang mengajar (manusia) dengan perantaraan qalam (alat tulis) (5) Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya”. (QS. Al ‘Alaq)

Surat Al ‘Alaq di atas menegaskan bahwa betapa pentingnya membaca yang merupakan salah satu dari enam literasi dasar yang harus dimiliki oleh pelajar, termasuk siswa sekolah dasar. Literasi baca tulis adalah kemampuan memahami isi teks tertulis, baik yang tersirat maupun tersurat. Kemampuan ini juga dibutuhkan saat menuangkan ide ke dalam tulisan.

Oleh karena itu, pemahaman dan penerapan literasi diperlukan untuk melahirkan produk literasi sekolah. Berkarya bersama siswa merupakan salah satu produk literasi sekolah yang nyata. Sehingga Ibu Kepala Madrasah menantang siswa yang terhimpun dalam penulis buku “Keajaiban pada Setiap Sisi Kehidupan” untuk kembali bisa menghasilkan karyanya. Kalau bisa karya mandiri berupa buku tunggal yang ditulis oleh siswa.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image