Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Izza Safarina Maulidiya

Mengulas Terkikisnya Akhlak pada Anak dan Peranan Orang Tua

Pendidikan dan Literasi | Thursday, 01 Aug 2024, 10:54 WIB

Berbicara mengenai akhlak. Menelisir pengertian akhlak. Akhlak menurut Hamzah Ya’qub berasal dari bahasa Arab, bentuk jamak dari lafadz “khuluqun”, yang artiya tindakan. Kata “khuluqun” setara dengan kata “khalqun”, artinya kejadian dan kata “khaliqun”, artinya pencipta dan kata “makhluqun”, artinya yang diciptakan. Dalam Ensiklopedia Islam akhlak adalah sifat yang telah tertanam dalam jati diri seseorang yang dimana sifat tersebut dapat berubah menjadi perbuatan yang tidak membutuhkan pemikiran yang panjang.

Sifat yang tentunya setiap hari kita telah melakukannya. Selain itu, akhlak juga bisa membentuk dasar etika seorang dalam kehidupan sehari-hari. Seperti halnya kejujuran, sifat sopan santun, rasa empati yang tinggi, begitu pula keharmonisan dalam menjalin tali silaturahmi dengan masyarakat. Perbedaanya hanya jika sifat yang kita lakukan itu bernilai baik, maka disebut dengan akhlaq mahmudah. Dan sebaliknya, jika yang kita lakukan itu bernilai buruk, maka disebut dengan akhlaq madzmumah. Ini akan menjadi suatu kebiasaan jika hal itu ditanamkan kepada anak sejak umur dini.

Saat ini, banyak sekali anak kecil bahkan usia dewasa, baik remaja telah terpisah jauh dari yang namanya akhlak. Tepatnya di kehidupan sosial. Baik dalam lingkungan sekolah, tetangga, tempat kerja, bisa juga lingkungan keluarga terdekat kita. Krusialnya, mengapa di kehidupan saat ini banyak orang tua yang semena-menanya tidak mengajarkan akhlak pada anaknya. Padahal, orang tua sangat berpengaruh terhadap pendidikan karakter anak. Mengenai hal yang sepele, seperti contoh ketika seorang murid berpapasan dengan gurunya di sekolah. Yang seharusnya terlebih dahulu menyapa, bersalaman, menundukkan kepala, atau bisa bertukar senyum.

Justru sebaliknya, mereka dengan spontannya malah berlari-larian di depannya, berkata kotor sampai terdengar guru. Berpindah pada lingkungan terdekat kita. Lingkungan rumah misalnya. Seorang anak yang sedang asiknya bermain gawai, tiba-tiba di mintai pertolongan oleh orang tuanya, yang seharusnya dia melaksanakan perintah itu, tapi malah berkata “ah” kepada orang tuanya. Nah, kebiasaan seperti ini jika di biasakan sejak kecil maka akan terbiasa kedepannya.

Di tambah lagi dengan situasi saat ini. Dimana kita berada dalam generasi Z. Banyak anak yang cenderung lebih memilih gadget daripada kedekatan dengan orang tua. Gawai sangat berpengaruh negatif terhadap kegiatan anak-anak. Selain itu, gadget juga menghambat perkembangan nilai agama, kognitif, bahasa, sosio-emosional dan moral pada anak. Ketika anak sudah memegang gadget, biasanya perkembangan komunikasi anak dengan teman sebayanya semakin merosot. Juga dilihat dengan langsung di lingkungan masyarakat, anak yang sering bermain gadget dapat mengakibatkan anak kurang peduli dengan lingkungan sosialnya. Dia akan senang bermain menggunakan gadget daripada bermain dengan teman-temannya.

Sebenarnya, gadget memiliki dua sisi tergantung cara menggunakannya. Jika anak terbiasa menggunuakan dengan baik maka tidak memungkinkan akan memunculkan hal-hal positif terhadap perkembangan anak. Namun sebaliknya, jika digunakan dengan cara yang salah, tidak teratur, maka akan berdampak buruk juga terhadap perkembangannya.

Nah, dari poin inilah sangat dibutuhkan peran orang tua sebagai pengawas demi pertumbuhan dan perkembangan anak dapat berjalan dengan baik dan tidak mengecewakan orang tua ketika besar nantinya. Suatu peran yang paling penting bagi mereka yakni didikan dan dedikasi dari orang tua kepada anaknya. Orang tua harus bisa memahami kemampuan anaknya. Begitupun sebaliknya, anak juga harus bisa memahami apa yang di inginkan oleh orang tuanya. Orang tua merupakan faktor utama dalam mengurus anak. Orang tua juga harus memiliki konsep atau gaya mengenai pola asuh anak. Mengerti sifat kelemahan dan kekurangan anaknya.

Supaya anak tidak cenderung terpengaruh terhadap gadget, kita sebagai orang tua bisa menerapkan hal-hal berikut:

Ø Orang tua butuh waktu yang luang untuk mengajak diskusi dengan anak mengenai segala hal, terutama hal-hal yang disukai anak.

Ø Kita bisa mengajaknya untuk bermain di luar rumah atau out dor.

Ø Berikan permainan yang bersifat tradisional yang tentunya ramah anak dan tentunya bermanfaat baginya.

Ø Kemudian, orang tua juga perlu membuat jadwal bermain gadget, agar anak tidak kecanduan dengan gadget. Misalnya, 1 jam di siang hari atau malam hari.

Ø Sisipkan waktu untuk bertamasya dengan keluarga. Selain mengurangi rasa jenuh terhadap anak dan keluarga, hal ini juga dapat mencegah anak cenderung memilih gadget setiap harinya.

Dr. John gottman, psikolog yang termasyhur, berkata bahwa orang tua harus memberikan rasa kasih sayang, cinta, juga memberikan semangat atau dukungan kepada anaknya. Dengan demikian ketika mengaplikasikan didikan yang baik kepada anak, tidak menutup kemungkinan anak akan mengikuti ajaran yang telah di berikan oleh orang tua. Seperti kedisplinan waktu, rasa percaya diri dalam menghadapi segala hal yang anak-anak lalui. Tergantung kepada kita yang mendidiknya. Kita sebagai orang tua yang wajib mendidik dan memberi motivasi kepada anaknya. Kita bisa melakukan hal-hal berikut ini: Jangan berkata kotor saat di depan anak.

Karena anak secara otomatis akan mengikuti apa yang orang tua katakan ataupun lakukan. Berilah motivasi terhadap anak, kita bisa melakukannya dengan cara bercerita. Berikutnya, latihan dan pembiasaan. Mengajarkan adab makan dan minum yang baik. Tata cara wudhu dan sholat sebagai kewajiban seorang muslim. Seperti yang diajarkan nabi muhammad kedapa turunannya. Bertutur kata yang baik saat berbicara dengan masyarakat terdekat. Kenalkan hal-hal positif kepada anak. Jangan terlalu sering meminjamkan handphone pada anak. Akan lebih baik jika di jauhkan.

Selain cara-cara di atas, kita sebagai orang tua juga bisa memberikan strategi dalam mendidik anak dengan strategi berikut ini:

1. Kita selalu memperhatikan tingkah laku dan kepribadian anak sesuai dengan yang mereka harapkan.

2. Kita harus dengan tepat memilih pendekatan mendidik anak sesuai dengan pandangan hidup.

3. Membuat dan menetapkan prosedur-prosedur dalam menjaga tingkah laku anak secara tepat.

4. Menetapkan norma-norma atau peraturan dan batas kesuksesan sehingga dapat di jadikan acuan oleh kita sebagai orang tua dalam melaksanakan evaluasi, yang kemudian bisa dijadikan umpan balik untuk penyempurnaan.

Biodata penulis:

Nama : Ma’rifatul Nur Latifah

Status : Mahasiswa Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas KH. Mukhtar Syafaat, Darussalam Blokagung Banyuwangi.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image