Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Henry muhamad Bimantoro

Interferensi Bahasa: Pengaruh Media Sosial Whatsapp dan Lingkungan

Edukasi | Tuesday, 02 Jul 2024, 20:08 WIB

Bahasa merupakan alat komunikasi yang dinamis. Bahasa telah mengalami banyak perubahan, salah satunya melalui fenomena interferensi bahasa. Interferensi bahasa adalah bentuk kesalahan berbahasa atau suatu penyimpangan dari bahasa yang benar yang sering kali terlihat dalam kosakata, tata bahasa, dan pelafalan. Pada konteks bahasa gaul, interferensi bahasa terjadi karena pengaruh dari variasi bahasa dalam percakapan sehari-hari, terutama di kalangan remaja.

Banyak faktor penyebab terjadinya fenomena interferensi bahasa, salah satunya adalah lingkungan. Pada lingkungan remaja, fenomena interferensi bahasa seperti pengurangan dan pergantian huruf sering kali terjadi. Selain terjadi pada komunikasi secara lisan, fenomena ini juga sering kali terjadi di platform media sosial seperti Whatsapp. Berikut adalah beberapa contoh interferensi bahasa dalam komunikasi tulisan melalui media sosial:

Contoh Interferensi Bahasa Pada Grup Whatsapp "Event Ramadhan J&T"

 

  1. “bole, tgl 25 ya hehe”

“oksss”

Pada contoh pertama, terlihat pengurangan huruf “h” pada kata “bole” yang merupakan bentuk dari kata “boleh”. Tidak hanya pengurangan huruf, pada contoh tersebut terdapat pergantian huruf “s” yang terdapat pada kata “oksss” yang merupakan bentuk dari kata “oke” yang menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) merupakan kata untuk menyatakan setuju.

 

  1. “trs jatoh nyalahin gua”

Contoh berikutnya masih terdapat pergantian huruf “o” pada kata “jatoh” yang seharusnya merupakan kata “jatuh”. Selain pergantian huruf, pada contoh ini terdapat kata “nyalahin” merupakan interferensi morfologis yang seharusnya “menyalahkan”.

Kedua contoh tersebut merupakan interferensi bahasa yang terdapat pada sosial media Whatsapp. Masih banyak lagi interferensi bahasa yang terjadi pada platform media sosial lainnya. Fenomena inteferensi bahasa ini jelas memiliki dampak negatif, seperti kesulitan untuk memahami bahasa baku, terutama dalam konteks formal (sehari-hari). Namun, beberapa orang setuju bahwa fenomena ini menjadikan komunikasi menjadi efektif yang dapat mempercepat dan mempermudah komunikasi, terutama dalam konteks yang tidak formal.

Interferensi bahasa membawa tantangan tersendiri terhadap pelestarian bahasa baku dan identitas budaya. Penting untuk memahami fenomena ini dengan bijak, agar bahasa Indonesia tetap kaya tanpa kehilangan kehilangan jati dirinya.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image