Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Christof Alfaro Ndraha

Pudarnya Nilai-Nilai Kebudayaan Indonesia di Era Globalisasi

Pendidikan dan Literasi | Sunday, 16 Jun 2024, 23:30 WIB
Budaya Lompat Batu dari Kepulauan Nias, Sumatera Utara

“Orang yang tidak mengetahui sejarah, asal usul, dan budaya masa lalunya sama seperti pohon tanpa akar.” – Marcus Garvey.

Apa itu budaya atau kebudayaan? Menurut Clyde Kluckhohn dan William H. Kelly dalam bukunya The Concept of Culture, pengertian budaya adalah semua rancangan hidup yang diciptakan secara historis baik secara eksplisit, implisit, rasional, irasional, dan nonrasional pada waktu tertentu sebagai panduan potensial dalam perilaku manusia. Sedangkan, menurut antropolog Indonesia, Koentjaraningrat, budaya adalah sebuah sistem gagasan dan rasa, sebuah tindakan serta karya yang dihasilkan oleh manusia yang di dalam kehidupannya yang bermasyarakat. Dari kedua pengertian tersebut, penulis menyimpulkan bahwa budaya sangat dekat artinya dengan nilai dalam masyarakat.

Indonesia merupakan suatu negara yang kaya akan kebudayaannya. Begitu banyaknya budaya di Indonesia itu yang membuat bangsa ini beranekaragam. Keanekaragaman budaya Indonesia tidak kurang dari 470 suku bangsa dan sembilan belas daerah mempunyai hukum adat dan kurang lebih memiliki tiga ratus bahasa yang dipergunakan oleh masing-masing kelompok masyarakat di daerah. Dengan keanekaragaman yang dimiliki bangsa Indonesia ini adalah suatu keuntungan dan keunggulan yang patut menjadi suatu kebanggaan masyarakat Indonesia. Presiden RI, Joko Widodo dalam pidatonya pada acara Perayaan Natal Nasional 2018 mengatakan “Aset terbesar bangsa ini adalah persatuan, kerukunan, dan persaudaraan. Dan persatuan yang bersumber dari keragaman bangsa kita, Indonesia, adalah kekuatan kita, yang tidak mudah dikalahkan oleh siapa pun, karena persatuan kita sangat kuat.”

Globalisasi dan Pengaruhnya

Namun, seiring dengan perkembangan zaman yang pesat dan disertai oleh adanya arus globalisasi, nilai-nilai kebudayaan Indonesia semakin terkikis atau luntur tergerus oleh arus zaman. Di tengah-tengah arus globalisasi ini budaya kebarat-baratan (westernisasi) merupakan salah satu yang menyebabkan budaya Indonesia pudar. Hal ini disebabkan oleh banyaknya nilai-nilai budaya barat yang masuk ke dalam nilai-nilai budaya Indonesia. Nilai budaya dalam masyarakat Indonesia yang terus mengalami kemunduran akibat dari perkembangan zaman dan arus globalisasi di antaranya : nilai kejujuran, nilai patriotisme, nilai gotong royong, dan nilai kerja sama. Nilai-nilai budaya ini semakin lama semakin pudar dan bahkan hilang di tengah-tengah masyarakat.

Lalu, apa pengertian dari globalisasi? Anthony Giddens yaitu seorang sosiolog dari Inggris melihat globalisasi sebagai suatu proses peningkatan hubungan sosial ke tahap dunia yang lebih luas dari suatu tempat lokal ke tempat lain yang lebih jauh atau lebih dekat. Sementara itu, menurut seorang sosiolog asal Indonesia, Selo Soemardjan, globalisasi adalah proses terbentuknya sistem organisasi dan komunikasi antarmasyarakat di seluruh dunia yang bertujuan mengikuti sistem dan kaidah tertentu yang sama. Globalisasi ada karena seiring dengan kemajuan teknologi di bidang komunikasi dan transportasi.

Globalisasi ini juga mengakibatkan krisis moral di kalangan anak-anak hingga remaja. Krisis moral tersebut antara lain yaitu, pergaulan bebas yang sedang tren di kalangan remaja Indonesia sekarang ini. Mereka meniru budaya barat di mana pergaulannya sangat bebas. Menurut mereka itu merupakan hal yang keren dan tidak ketinggalan zaman. Jika kita lihat realitas yang terjadi sekarang ini, banyak generasi muda yang mengalami degradasi moral, di mana mereka terlena oleh indahnya modernisasi. Proses menirukan budaya barat ini ini telah mengakibatkan munculnya cultural shock (kegoncangan budaya) dan disfungsionalitas pada generasi muda yang umumnya itu terjadi pada pelajar dan mahasiswa. Akibatnya, tidak sedikit dari mereka yang lupa akan status dan peranannya di dalam masyarakat.

Globalisasi dan Kebudayaan

Hubungan antara globalisasi dan kebudayaan menurut seorang professor asal Swedia yang bernama Jan Aart Scholte mengamati proses globalisasi lewat 5 indikator : (1) internasionalisasi, (2) liberalisasi ekonomi, (3) westernisasi, (4) demokratisasi, dan (5) deteritorialisasi. Di dalam indikator tersebut, tulisan ini fokus terhadap konsep internasionalisasi, westernisasi, serta deteritorialisasi. Internasionalisasi tertuju pada peristiwa di sesuatu wilayah yang dapat memengaruhi peristiwa di sebagian wilayah yang lain. Bersamaan dengan pertumbuhan teknologi informasi dan komunikasi, globalisasi yang beriringan dengan modernisasi menyebar ke segala penjuru dunia menjadi proses yang tidak terelakkan. Globalisasi yang didorong oleh sesuatu teknologi informasi sedang melaksanakan fungsi selaku revolusi sosial yang merambah seluruh sudut kehidupan. Ia melenyapkan batas-batas tradisional yang membedakan bisnis, media dan pembelajaran. Ia juga merombak struktur dunia usaha, serta mendorong pemaknaan ulang perdagangan dan investasi, kesehatan, hiburan, pemerintahan, pola produksi bahkan pola kedekatan antarindividu. Inilah tantangan untuk seluruh bangsa dan masyarakat dunia.

Pudarnya Nilai-nilai Budaya Bangsa

Budaya asing yang sangat dominan sudah memengaruhi budaya lokal kita sehingga berdampak pula pada nilai-nilai budaya bangsa. Seperti gaya hidup, musik, gaya berpakaian, teknologi, dan lain lain. Nilai atau sikap patriotisme masyarakat Indonesia hampir hilang di tengah-tengah kehidupan berbangsa dan bernegara apalagi di kalangan anak-anak muda dan remaja. Patriotisme sendiri merupakan sikap cinta tanah air dan rela berkorban demi kepentingan bangsa dan negara. Salah satu perilaku yang mencerminkan nilai itu sendiri adalah dengan menyaring budaya dari luar yang begitu cepat masuk ke Indonesia mengikuti arus globalisasi.

Namun kenyataanya, banyak sekali budaya asing yang diterima mentah-mentah oleh masyarakat Indonesia. Contohnya dari cara berpakaian zaman sekarang. Banyak anak-anak muda bahkan orang dewasa di Indonesia yang lebih dominan meniru cara berpakaian orang asing yang kurang sopan dan tidak sesuai dengan budaya bangsa kita. Hal ini karena sangat berbeda dengan budaya berpakaian kita yang sederhana dan tertutup. Sekarang juga banyak anak-anak muda atau remaja yang hidupnya itu hedonisme. Mereka ingin kehidupannya seperti orang di luar negeri. Contohnya saja yaitu, banyak anak muda sekarang ini pergi malam hari ke bar-bar hanya untuk nongkrong tanpa tujuan ataupun bersenang-senang saja.

Selain itu juga, masyarakat Indonesia sekarang lebih menyukai makanan-makanan cepat saji yang berasal dari luar negeri. Walaupun ada beberapa yang memadukan antara makanan tradisional dengan makanan asing, tetapi tetap saja yang lebih mendominan adalah makanan yang dari luar. Kebanyakan anak muda zaman sekarang juga lebih memilih makanan yang cepat saji dibandingkan dengan makanan tradisional. Menurut mereka makanan cepat saji lebih enak dan praktis dibandingkan dengan makanan tradisional. Pengaruh golbalisasi terhadap nilai-nilai kebudayaan bangsa kita sangatlah besar khususnya di kalangan anak-anak muda dan remaja.

Semakin hari arus globalisasi makin deras masuk ke negara kita ini. Jika kita tidak mampu menyeleksi mana yang sesuai dengan yang tidak sesuai, maka kita akan tergerus oleh arus globalisasi ini. Dampaknya juga bisa ke nilai-nilai budaya bangsa kita. Hal itu akan menyebabkan budaya kita hilang terkikis oleh arus ini. Menolak atau menghindari globalisasi bukanlah hal yang tepat, karena itu berarti dapat menghambat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Maka dari itu, yang kita butuhkan adalah suatu strategi untuk meningkatkan daya tahan nilai-nilai budaya bangsa dalam menghadapi arus globalisasi tersebut.

Hal yang dapat kita lakukan agar kebudayaan bangsa ini tidak pudar adalah dengan membangun jati diri bangsa, misalnya dengan menanamkan nilai-nilai kearifan lokal sejak dini kepada generasi muda. Kita juga bisa memanfaatkan teknologi informasi untuk memperkenalkan budaya bangsa kita ini. Ini adalah merupakan salah satu dari pemanfaatan globalisasi yang positif.

Upaya-upaya pembangunan jati diri bangsa Indonesia, termasuk di dalamnya penghargaan pada nilai budaya dan bahasa, nilai-nilai solidaritas sosial, kekeluargaan dan rasa cinta tanah air dirasakan semakin memudar, maka dari itu kita harus membangun jati diri bangsa kita menjadi kokoh dan diinternalisasikan lebih mendalam lagi. Kebudayaan bangsa kita tidak boleh tertinggal apalagi hilang tergerus oleh derasnya arus globalisasi. Maka dari itu kita harus tanamkan dalam diri kita untuk mencintai dan melestarikan budaya bangsa kita.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image