Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image S.I. Nirvanea

Dari Aku, Erena

Sastra | Monday, 06 May 2024, 12:53 WIB

"Aku, masih saja sama Erena. setelah kau menerima pinangannya, aku tak bisa berkata dan berucap seperti sedia kala. hatiku rabun, samar memandang, menimbang dan memutuskan. pikiranku kacau, selalu dalam bayangan, nostalgia kita bersama" Aku, Erena.

***

"Mas! dimana?" serumu kala itu.

"Mas lagi di jalan, baru pulang kerja. gimana?" Aku berusaha membuatmu bicara. karena jika Kau tau Aku lelah, pasti Kau urungkan niatmu.

"Mas jemput Aku, tak tunggu di kos ya" jawabmu, cepat.

Aku, langsung saja memutar motor. Aku takut, kalau dikau benar-benar dalam keperluan mendesak. Larut benar malam itu, menjelajahi Jogja mengitari Ring Road dan pemukiman warga. Kos yang berada di Klaten kota, jauh dari kampusmu, kampusku, juga dari tempatku bekerja, karena di jogja banyak menyimpan cerita Erena, iya. Baik antara Angkringan dan Aku, juga Aku dan Kau.

Aku lewat depan bandara, sebelumnya gagah patung garuda AAU menyapa. kesatrian para perwira angkatan udara. oh, kau masih ingat Erena, sebelum kesatrian itu bukankah kita pernah menepi sejenak, menikmati hangatnya Ronde khas gunung merapi? iya, disitu Erena. yang katamu, Kau tak suka tapi tetap kupaksa. akhirnya, Kau menemukan nikmatnya. hahahaha, sampai-sampai Kau sering meronde dengan kawan lamamu, sekarang.

Aku melewati Ring Road, berteman awan dan angan, Erena. Dulu, selalu Aku menjemputmu dari Terminal Giwangan sampai mengantarmu ke Ring R Road Selatan, letak kos dan kampusmu itu. kau menjulukiku, pejuang ringroad jogja. hahaha, Aku suka saat itu.

"Mas, mau ngomong!" kau melabrakku sedetik saat aku di depan kosmu.

"lah, kenapa gak telpon aja?" pintaku

"Aku mau langsung, sekarang ayuk cari tempat!" paksamu lagi.

kutarik gas dan siaga dengan rem kaki dan tangan. motorku supra, kau tau itu Erena. tapi tak malu juga kau rupanya. aku memilih jalan dalam kota, takut kalau angin malam merayumu, aku takut cemburu. melewati makam pahlawan kusuma negara, tempat biasa aku mengisi gas portable untul kegiatan alamku. hal yang bisa membuatku meninggalkanmu. untung kai mengerti aku, Erena.

"helah, ngapain kesini ? putar balek aja, daerah uin banyak warung kopi murah"

sepertinya kau mulai tak sabar, baiklah aku menurutimu, memilih satu dari sekian warung-warung itu. kau mengambil kursi dan memesan secangkir coklat, aku masih setia dengan kopi pahit yang pekat.

"mas, serius sama aku?" pertanyaanmu memburu.

"kok?" aku gelagapan dengan itu.

"aku serius mas!"

"hem" tertunduk aku, kau tau erena, aku banyak tanggungan disini, tentang adikku juga aku sendiri, batinku.

"mas!" kau memburu lagi!

"......"

"bapak menanyakan lagi, sudah ada yang siap dengan aku. pilihan bapak dulu"

"oh, bagus lah, selamat" mataku binar

"3 hari lalu, aku juga di temui teman masa kecilku, dia ke jogja, mencariku."

"lalu?"

"dia, berniat meminangku. katanya bulan depan"

"oh, saat kau matikan ponselmu itu?" aku menyelidik.

"iya, maaf."

"berarti? 3 hari lagi?"

"he'em"

"baguslah, bukankah kita sudah berprinsip. Aku akan berusaha, dan Kau, tak bisa memutuskan bukan?"

"mas?" kali ini sinar matamu haru.

"pilihannya, ada di kamu, minta petunjuk Tuhan, agar tak tersesat jalan"

"...."

"..."

hening, sampai aku mengantarmu pulang. ketempat kawanmu, Aliya dibelakang UIN SuKa katamu.

****

beberapa pekan setelah itu, kau mengirim undangan digitalmu. aku haru Erena, aku bangga. kau akhirnya merdeka, aku mendoa akan kebaikanmu disana. rupanya, selepas wisudamu? kau melangsungkan akad janjimu, janji setia hidup bersama.

sejatinya, aku menangis. tapi aku bangga, aku cinta dan aku suka. kau memilih dia, maafkan aku yang sebelumnya mengenalmu, tapi tak mampu meminangmu.

Aku kembali erena!

hahahaha, selepas undangan dulu kau berikan padaku, aku melanjutkan studi-ku. pergi ke pulau seberang mencari penghidupan. berbekal keyakinan untuk melanjutkan cita juga merajut cinta kembali. aku datang sesuai undangan yang kau berikan. sengaja kusiapkan bekal untuk biaya acara besarmu, kunaiki kapal dan bus bergantian.

sampai....

aku tak merasakan kegaduhan! rumahmu sepi! apa aku salah jalan. sekiranya aku bertanya dan bertamu aku tak salah kan? aku menginjakkan kaki di rumahmu, erena. disambut hangat ayah dan ibumu, kitanya tentangmu mereka diam. sampai aku dituntun menuju rumahmu erena.

aku dituntun...

akhirnya aku bertemu dirimu.

***

batinku mendoa

"sepertinya, engkau lebih dicintaiNya. cintaku dan cinta kawan lamamu tak lebih dari prasasti usan weg yang berdebu. pantas saja aku lama tak mendengar tawamu. aku mencintaimu, begitu pula calon suamimu itu. tapi rupanya Dia, adalah cinta sejatimu. betapa kau kuat selama ini. maaf aku baru tau kabar tentangmu."

aku bahkan tak tau, kau telah terbujur kaku. kini didepan pusaramu, aku hanya bisa menangis pilu. dari aku, orang yang saat ini mencintaimu.

Klaten, 28 Okt 2019

Bing AI

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image