Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image isdie

Tuhan Izinkan Aku Menjadi Pelacur, Buku yang Dilematis Namun Realistis

Sastra | Friday, 12 Apr 2024, 15:24 WIB
" Biarlah aku hidup dalam gelimang dosa-dosa. Sebab terkadang melalui dosa yang dinikmati, seorang manusia bisa belajar dewasa"

Kalimat diatas merupakan penggalan dari salah satu halaman buku yang berjudul " Tuhan Izinkan Aku Menjadi Pelacur" karya Muhidin M Dahlan.

Kisah yang diuntaikan menggunakan kata-kata di dalam buku " Tuhan Izinkan Aku Menjadi Pelacur" oleh pengarangnya cukup renyah dan ringan dikonsumsi oleh siapapun sehingga dapat dicerna dengan mudah oleh para pembacanya.

Buku Tuhan Izinkan Aku Menjadi Pelacur mengulas tentang kehidupan dan pergaulan di lingkungan mahasiswa pada khususnya dan interaksi sosial pada umumnya, tokoh Kira. Sebagai pemeran utama dalam buku tersebut dapat dikategorikan tokoh yang mungkin ada di dunia nyata.

Sebagai seorang mahasiswa yang mempunyai berbagai dinamika pemikiran serta bersarang sifat kritis di dalam otaknya menjadikan Kiran terus berupaya menemukan tentang jalur hidup yang sebenarnya. Tanpa disadari kehidupan di lingkungan mahasiswa menggiring Kiran melakukan apapun yang membuat dirinya penasaran dan bertanya-tanya. Sampai Kiran berani mengkritisi Tuhan sebagai pencipta.

Bukan hanya sebatas itu saja lingkungan pergaulan lawan jenis menjadikan Kiran terbawa hidup hedonis kekinian dan tanpa sengaja ataupun disengaja Kiran mengakhiri kegadisannya demi kehidupan masa kini. Berawal dari itulah Kiran menjadikan syahwat birahi dan aurat yang dimilikinya menjadi senjata ampuh untuk memikat apapun termasuk dalam meloloskan ujian skripsinya.

Tidak hanya sampai disitu Kiran semakin menyelami mendalam dunia prostitusi demi menapaki kehidupan dan menggali tentang kebenaran dan kenyataan yang ada di dunia.

Buku Tuhan Izinkan Aku Menjadi Pelacur adalah buku yang sangat dilematis bagi kita karena disisi lain perlunya menjaga sebuah tatanan baik norma kesusilaan maupun agama akan tetapi terbentur sebuah tatanan kebutuhan manusia sehingga apapun dalihnya dianggap sebuah kelumrahan. Meskipun dilematis sekelumit kisah dalam buku ini memang dapat dikategorikan sebagai realitas kehidupan apapun yang memproses tentang kurang eloknya penggambaran dalam buku ini fakta membuktikan bahwa torehan penulis dalam buku ini memang sesuai kehidupan sekarang.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image