Apakah Lansia di Panti Jompo juga Merasa Kesepian?
Edukasi | 2024-07-26 19:50:59Usia tua bukanlah hal yang mudah untuk dijalani bagi setiap individu, sebab pada tahap lanjut usia (late adulthood) individu akan mengalami berbagai penurunan atau perubahan dalam hidupnya, seperti penurunan biologis, psikologis, dan kemampuan sosialnya. Saat tiga aspek kehidupan tersebut menurun, lansia akan berpotensi mengalami masalah kesehatan lainnya. Masalah kesehatan yang paling umum terjadi oleh individu yang beranjak usia 60 tahun keatas adalah demensia. Menurut Damayanti et al. (2023) demensia merupakan keadaan dimana individu mengalami kemerosotan dalam daya ingat dan berpikir. Gejala demensia dapat diketahui dengan adanya penurunan fungsi kognitif, perubahan emosi, dan tingkah laku seperti menjadi mudah tersinggung, meningkatnya kecurigaan, menjauhi diri dari aktivitas sosial, dan selalu menanyakan hal yang sama dalam jangka waktu yang berdekatan, sehingga hal tersebut mempengaruhi aktivitas kehidupan para lansia. Lansia juga mengalami perubahan fisik, perubahan fisik yang dialami para lansia biasanya seperti menurunnya aktivitas fisik, mudah lelah, rambut memutih sempurna, dan kulit mengeriput. Perubahan fisik dalam aspek berat dan tinggi badan biasanya sangat beragam pada lansia, beberapa lansia masih memiliki berat badan yang normal dan tinggi badan yang tidak terlalu pendek, dan beberapa lansia memiliki berat dan tinggi badan yang mulai menurun seiring bertambahnya usia.
Kebanyakan orang tidak sanggup untuk merawat lansia, karena terjadi berbagai penurunan fungsi biologis, psikologis, dan sosialnya sehingga lansia jadi sulit sekali untuk dirawat. Beberapa orang juga memutuskan untuk menyerahkan urusan merawat para lansia ke panti jompo atau panti wreda. Panti jompo merupakan tempat berkumpulnya para lansia baik secara sukarela maupun diserahkan oleh pihak keluarga untuk diurus segala keperluannya (Yentika, 2018). Layanan yang ditawarkan di panti jompo biasanya mencakup perawatan, pengawasan 24 jam, makan tiga kali sehari, dan bantuan untuk kegiatan sehari-hari.
Apakah para lansia menjadi kesepian saat ditempatkan di panti jompo?
Selama berada di panti jompo, para lansia diberikan banyak aktivitas atau kegitan rutin setiap hari agar mereka tidak bosan. Jika dibandingkan dengan lansia yang tinggal di rumah, kemungkinan mereka akan cepat mengalami rasa bosan. Mengapa? Karena tidak semua anggota keluarga dapat menemani lansia untuk beraktivitas secara teratur setiap harinya. Selain memiliki aktivitas yang teratur, para lansia juga dapat berinteraksi dan berkomunikasi dengan sesama lansia di panti jompo. Agar lansia menjadi lebih sehat, bahagia, dan tidak merasa kesepian, sangat penting untuk berkomunikasi dan menghabiskan waktu bersama orang lain. Masalahnya adalah seiring bertambahnya usia, semakin sulit menemukan orang seusianya untuk diajak bicara. (Hapsari, 2021). Panti jompo juga sering kali mendapatkan kunjungan dari beberapa organisasi atau institusi. Dengan melakukan kunjungan ke panti jompo, diharapkan dapat menghibur para lansia dari perasaan bosan dan mengatasi kesepian.
Lalu, apakah para lansia tidak pernah merasakan kesepian saat ditempatkan di panti jompo?
Tentu saja para lansia dapat merasakan kesepian (Loneliness) ketika berada di panti jompo. Kesepian yang dialami lansia di panti jompo dapat dilihat saat mereka tidak memiliki aktivitas, beberapa dari lansia hanya duduk dan diam saja tanpa bersosialisasi sama sekali. Para lansia yang sudah ditempatkan di panti jompo juga menjadi jarang dikunjungi oleh anggota keluarganya. Kurangnya kunjungan dari anggota keluarga menyebabkan kesehatan mental lansia menjadi mengkhawatirkan. Para lansia kemungkinan akan mengalami sulit tidur, susah makan, bahkan beberapa ingin meninggalkan panti jompo. Kurangnya kunjungan dari keluarga membuat para lansia menjadi cemas, mengalami kesepian, dan depresi sehingga lansia merasa tidak sejahtera akan hidupnya (Septina & Priyanto, 2017). Kesepian yang parah dapat memicu perasaan tidak aman dan terancam bagi mereka yang terkena dampaknya, sehingga orang yang kesepian dapat menganggap lingkungan sosialnya semakin tidak bersahabat. Akibatnya, motivasi individu untuk berinteraksi dengan orang lain semakin berkurang dan orang yang kesepian cenderung menarik diri dari komunitasnya. Penelitian telah menunjukkan bahwa pengalaman kesepian dapat menyebabkan penurunan aktivitas sosial pada orang dewasa yang lebih tua selama beberapa hari dan selama beberapa tahun (Huxhold & Henning, 2023).
Merawat orang lanjut usia memanglah tidak mudah, butuh kesabaran dalam menjalankannya. Jika memang ingin menitipkan lansia kepada pihak panti jompo, pastikan lansia juga setuju atas keputusannya dan tanpa ada paksaan. Penting juga bagi kita untuk memilih panti jompo dengan fasilitas terbaik agar para lansia merasa sejahtera akan kehidupannya.
Referensi
Damayanti, F. E., Izzah, U., & Rika, D. artini. (2023). Pengaruh terapi bermain puzzle terhadap lansia dengan demensia. Nursing Information Journal, 2(2), 57–61. https://doi.org/10.54832/nij.v2i2.300
Hapsari, A. (2021, April 22). Kenali kelebihan dan kekurangan panti jompo untuk lansia. Hallosehat.Com. https://hellosehat.com/lansia/perawatan-lansia/panti-jompo-untuk-lansia/
Huxhold, O., & Henning, G. (2023). The risks of experiencing severe loneliness across middle and late adulthood. The Journals of Gerontology: Series B, 78(10), 1668–1675. https://doi.org/10.1093/geronb/gbad099
Septina, A. B., & Priyanto, P. H. (2017). Loneliness (kesepian) pada lanjut usia di panti wreda Semarang. In P. H. Priyanto (Ed.), Psikologi Berbagi (pp. 63–80). Universitas Katolik Soegijapranata.
Yentika, Y. (2018). Konsep diri lansia di panti jompo. SCHOULID: Indonesian Journal of School Counseling, 3(2), 46. https://doi.org/10.23916/08431011
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.