Mengapa Dukungan Sosial Saja Tidak Cukup: Pentingnya Integritas Ego pada Lansia
Edukasi | 2024-06-22 17:10:47Erik Erikson, seorang psikolog terkenal, mengembangkan teori perkembangan psikososial yang menekankan pentingnya delapan tahap perkembangan dalam perjalanan hidup manusia. Salah satu tahap yang paling signifikan adalah tahap terakhir, yaitu tahap "Maturity" atau "Kedewasaan" yang terjadi pada usia 65 tahun ke atas. Pada tahap ini, individu diharapkan mencapai kebijaksanaan melalui refleksi hidup dan penerimaan diri.
Erikson menyebut tahap kedelapan ini sebagai tahap "Ego Integrity vs Despair" (Integritas Ego vs Keputusasaan). Pada tahap ini, individu dihadapkan pada tantangan untuk merefleksikan kehidupan mereka dan menemukan makna serta kepuasan dalam pencapaian mereka. Ketika mereka merasa puas, mereka akan mencapai "integritas ego", yang berarti mereka dapat menerima hidup mereka apa adanya, termasuk kegagalan ataupun kesuksesan mereka. Sebaliknya, jika mereka dipenuhi dengan penyesalan dan ketidakpuasan, mereka akan mengalami "keputusasaan".
Ego Integrity vs Despair
Konflik antara integritas ego dan keputusasaan adalah inti dari tahap kedelapan ini. Lansia yang mencapai integritas ego akan merasa bahwa hidup mereka memiliki makna dan bahwa mereka telah menjalani kehidupan yang berharga. Mereka dapat menerima kenyataan bahwa mereka telah melakukan yang terbaik yang mereka bisa, dan ini memberikan mereka rasa damai dan kebijaksanaan.
Sebaliknya, lansia yang tidak mencapai integritas ego akan merasa hidup mereka penuh dengan penyesalan dan ketidakpuasan. Mereka mungkin merasa bahwa mereka belum mencapai apa yang mereka inginkan atau bahwa mereka telah melakukan banyak kesalahan yang tidak dapat diperbaiki. Perasaan ini bisa menyebabkan keputusasaan, yang ditandai dengan rasa putus asa dan ketidakberdayaan.
Keresahan Pada Tahap Maturity
Namun, realitas menunjukkan bahwa banyak orang lanjut usia tidak selalu mencapai integritas ego. Berdasarkan observasi, beberapa lansia terus-menerus merasa tidak puas dan menyesal meskipun hidup mereka secara objektif cukup stabil. Mereka sering kali masih terjebak dalam keinginan dan ambisi yang tidak terpenuhi dari masa lalu, yang menghalangi mereka untuk menikmati masa tua mereka.
Sebagai contoh, sesuai observasi, seorang lansia merasa hidupnya selalu kurang meskipun sudah mendapatkan dukungan penuh dari anak-anaknya. Mereka mungkin merasa tidak cukup berharga atau masih terjebak dalam bayangan kegagalan masa lalu. Hal ini diperparah oleh kondisi kesehatan yang menurun, yang seringkali menyebabkan mereka merasa semakin tidak berdaya.
Peran Dukungan Sosial dan Internal
Dukungan sosial, seperti perhatian dari keluarga, sangat penting bagi kesejahteraan psikologis lansia. Namun, itu saja tidak cukup. Lansia juga perlu memiliki semangat dan penerimaan diri dari dalam.
Mereka yang tidak dapat membangun semangat untuk diri mereka sendiri cenderung merasa kurang, meskipun ada dukungan eksternal yang melimpah. Ini menunjukkan bahwa integritas ego lebih dari sekedar kondisi eksternal; itu adalah pencapaian internal yang harus dicapai melalui refleksi dan penerimaan diri .
Kesimpulan
Tahap kedewasaan dalam teori perkembangan psikososial Erikson adalah saat-saat yang krusial bagi kesejahteraan psikologis lansia. Meskipun banyak lansia yang berhasil mencapai integritas ego, masih banyak yang terjebak dalam keputusasaan dan ketidakpuasan.
Dukungan sosial sangat penting, tetapi yang lebih penting adalah kemampuan lansia untuk menerima diri mereka dan menemukan makna dalam hidup mereka. Pemberian pengertian dan penyampaian dukungan psikologis yang tepat akan dapat membantu lansia mencapai integritas ego dan menikmati masa tua mereka dengan damai.
Daftar Pustaka
Schultz, D.P., & Schultz, S.E. (2016). Theories of Personality. Cengage Learning.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.