Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Ceisyafira Anindita Azzahra

Kehadiran Zeigarnik Effect yang Berdampak pada Peningkatan Produktivitas Memory

Edukasi | Wednesday, 20 Mar 2024, 22:08 WIB

Tugas sudah menjadi tanggung jawab lumrah bagi setiap individu. Salah satu contohnya yaitu seorang pelajar, dimana tugas dari pelajaran yang didapatnya dari sekolah maupun kampus merupakan “sahabat” dekatnya. Baik sekolah maupun instansi Pendidikan lain, tentu sudah menjadi budaya rutin dalam pemberian tugas. Kewajiban pelajar adalah mengerjakan tugas-tugas yang diberikan dengan baik dan tuntas. Namun dalam pengerjaannya, jika tugas yang didapat melebihi kemampuan, tentu individu perlu mendapat jeda waktu sebentar untuk beristirahat.

Disebagian individu, ternyata ketika belum berhasil menuntaskan tugasnya akan terpikirkan, bahkan ketika tengah berada pada situasi yang tidak mendukung untuk memikirkan tuntutan tugas yang diemban. Fenomena seperti demikian memiliki julukan dalam dunia psikologis yaitu disebut sebagai Zeigarnik Effect.

Apa yang dimaksud dengan fenomena Zeigarnik Effect, ini? Dan kenapa fenomena Zeigarnik Effect ini perlu untuk diangkat? Dilansir dari Glints.com, Zeigarnik Effect merupakan kecenderungan individu dalam mengingat suatu tugas yang belum terselesaikan, dibandingkan mengingat tugas yang sudah terselesaikan (Ismi, 2023). Yang artinya ketika individu mengalami Zeigarnik Effect ini, individu merasakan suatu perasaan atau pikiran yang memicu hadirnya Zeigarnik Effect. Menurut Hammadi & Qureishi, (2013) individu yang mengalami Zeigarnik Effect, memicu kemunculan rasa jengkel, maupun ketegangan yang membuat individu resah akibat tugas yang belum dapat terselesaikan.

Fenomena Zeigarnik Effect ini cukup menarik untuk diangkat, sebab fenomena ini dapat mempengaruhi psikis individu yang berdampak pada kecemasan yang diterima sang individu, namun fenomena ini sebetulnya bukan sebuah permasalahan mental, seperti yang dikemukakan oleh Syrek et al., (2017) bahwa ternyata tugas yang belum terselesaikan akan mendapat banyak perhatian dalam konteks memori, namun kini telah diacuhkan dan dinyatakan bukan merupakan pemicu stres. Namun fenomena ini juga memiliki dampak positif terhadap individu, sebab fenomena Zeigarnik Effect ini juga dapat melatih kemampuan memori dalam mengingat dan menyimpan ingatan.

Zeigarnik Effect sebenarnya justru membawa hal baik bagi individu. Produktivitas individu akan menjadi konsisten dan terbiasa dalam menjalani aktivitas sehari-hari. Disamping itu, kemampuan individu dalam mengingat apa saja kewajiban yang harus ia selesaikan akan melatih ingatan individu, yang mana ketika individu terbiasa mengingat apa saja yang harus ia kerjakan, individu juga akan terbiasa mengingat berbagai hal kecil lainnya. Kondisi ini, selain melatih kemampuan mengingat individu, juga dapat menjadi tolak ukur bagaimana kualitas memori sang individu.

Menurut Ebbinghaus (dalam Baddeley et al., 2015) konsep memori kerja atau biasa dikenal working memory yang ia yakini yaitu konsep “nonsenses” dimana seseorang lebih mudah mengingat hal yang tidak bermakna dibanding hal yang bermakna, sehingga dapat dilihat bahwa Zeigarnik Effect ini memiliki keterkaitan dengan memori dimana sebenarnya fenomena ini dapat membuat individu mengingat tugas yang belum terselesaikan dibanding tugas yang sudah terselesaikan, dengan menghadirkan perasaan cemas dan jengkel yang mengakibatkan individu resah dan ingin segera menyelesaikan tugasnya.

Dilansir dalam SimplyPsychology, psikolog telah meneliti implikasi Zeigarnik Effect terhadap pembelajaran dan menemukan metode pendidik dengan memberikan tugas sekaligus memberi penghentian pembelajaran sementara sebelum pada akhirnya dilanjutkan kembali, membuat pelajar lebih mudah mengingat informasi yang diterimanya selama pembelajaran (Nickerson, 2023). Artinya, dengan adanya fenomena Zeigarnik Effect ini, dapat menjadi pola teratur yang dapat diterapkan guna melatih memori individu dalam penerimaan dan penyimpanan informasi yang diterima dengan baik.

Melihat hal ini, nyatanya fenomena ini justru dapat ditarik kesimpulan bahwa hadirnya Zeigarnik Effect dapat mendorong produktivitas memori individu. Disamping itu, untuk dapat mengatasi kecemasan yang dirasakan, serta meminimalisir bayang-bayang akan tugas yang belum dapat terselesaikan dengan cara mencatat seperti membuat “to do list” untuk selanjutnya dikejarkan secara berurut, sehingga individu akan terbiasa mengingat bahkan detail kecil sekalipun, terutama mengenai tugas-tugas yang harus dikejarkannya.

Dilansir oleh Alodokter, (2021) bahwa Zeigarnik Effect ini memiliki manfaat bagi individu yang mengalaminya. Diantaranya, meningkatkan produktivitas dan kreativitas kerja individu, dapat menghilangkan kebiasaan umum individu dalam menunda pekerjaan, memberikan dorongan bagi individu dalam menyelesaikan “to do list”, memberikan kepuasan sebab Zeigarnik Effect ini dapat membawa perubahan kepada individu ke arah yang lebih baik, meningkatkan rasa percaya diri individu saat tugas dapat terselesaikan, serta dapat menjaga Kesehatan mental dimana individu tidak perlu selalu cemas akan deadline sebab telah terbiasa untuk tidak menunda pekerjaan. Hasil penelitian Hammadi & Qureishi, (2013) menyebutkan bahwa Zeigarnik Effect ini merupakan fenomena yang membuat individu berfokus pada apa yang belum terselesaikan atau yang belum ada hasilnya, dibanding dengan yang telah terselesaikan.

Dapat kita tarik kesimpulan bahwa adanya Zeigarnik Effect ini dapat membawa dampak positif yaitu berupa produktivitas individu dalam menjalani aktivitas sehari-hari. Walau fokus individu hanya akan kepada hal yang belum terselesaikan, namun jika individu dapat memanfaatkan kehadiran fenomena ini dengan baik seperti dengan mengatur pola aktivitas secara teratur atau dengan membuat to do list, akan membuat individu dapat menjalani kehidupan secara lebih terarah.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image