Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Vera Astuti

Kurikulum Merdeka dan Akhlak yang Mulia

Sekolah | 2024-05-03 23:01:32

"Seorang yang memiliki ilmu tapi tak beradab, berarti ilmu itu tak berguna bagi dirinya untuk menjadikan orang yang beradab," Ini adalah kutipan perkataan yang ada di dalam buku Faktor X karya Tantomi Simamora yang menyatakan bahwa adab adalah salah satu perkara yang diperhatikan dalam agama Islam.

Orang-orang yang memiliki ilmu tapi tidak disertai dengan adab maka hanya akan berujung pada kesombongan. Mereka akan mudah merendahkan orang lain yang ilmunya lebih rendah tanpa mau mengajari atau membagikan ilmu yang ia miliki. Terdapat begitu begitu banyak hadist yang memperhatikan perkara akhlak dalam islam, yang kemudian orang menyebut bahwa adab atau akhlak lebih tinggi dari pada ilmu.

Pentingnya akhlak ini menjadi salah satu yang diperhatikan oleh pemerintah Indonesia. pembentukan akhlak generasi bangsa diwujudkan dalam kurikulum merdeka yang prinsipnya tertuang dalam profil pelajar pancasila.

Pada hari pendidikan Nasional 2 Mei 2024, saya melihat, menelaah, merenungi bagaimana fakta akhlak generasi penerus bangsa hari ini. Penulis Ingin menyoroti bagaimana pengaruh Profil Pelajar Pancasila sebagai bagian dari rancangan konsep kurikulum merdeka dalam memperbaiki akhlak generasi penerus bangsa.

Jika kita ingin jujur bagaimana akhlak generasi kita pada hari ini, pasti kita akan mengatakan bahwa generasi hari ini sudah sangat jauh dari akhlak mulia yang kita harapkan ada pada anak kita. Setiap orang tua pasti ingin anaknya memiliki akhlak yang mulia tak terkecuali bagi pembaca artikel ini. Namun gempuran sistem hari ini menciptakan lingkungan yang membuat mereka jauh dari akhlak yang mulia.

Perilaku menyimpang di kalangan anak remaja yang masih duduk di bangku sekolah begitu banyak dan meresahkan. Kasus seperti bullying, tawuran, narkoba dan minum minuman keras, mengisap rokok ketika jam pembelajaran masih berlangsung dengan sembunyi-sembunyi banyak terjadi di kalangan remaja hari ini. Kata-kata yang terlontar dari mulut mereka juga sering sekali bukan kata-kata yang baik, seperti panggilan pada teman sebaya yang tidak pantas, dan masih banyak lagi yang tidak tersebutkan satu-persatu.

Kasus terbaru ynag membuat hati kita miris adalah seorang anak eks pejabat tinggi Ditjen Pajak Mario Dandy Satrio yang menjadi tersangka pelaku kekerasan terhadap seorang remaja berusia 17 tahun. Selain itu, ia sering memamerkan harta kekayaan baik sepeda motor atau mobil mewah di depan publik. Wakil Sekjen MUI Bidang Pusat Dakwah dan Perbaikan Akhlak Bangsa Arif Fahrudin menilai kasus yang menyita perhatian banyak pihak itu, dinilai cerminan persoalan akhlak anak bangsa yang sangat merosot di kalangan remaja.

Baru-baru ini kembali terjadi aksi kejahatan klitih di Yogyakarta yang meresahkan warga dan pengguna jalan lainnya. Dalam video yang diunggah akun Instagram @merapi_uncover, Rabu (28/2/2024) beberapa pengendara motor yang melakukan kejar-kejaran di Jalan Solo-Yogyakarta, tepatnya dari pom bensin Kebon arum hingga depan polsek Jogonalan (lampu merah Pabrik Gula Gondang), pukul 17.40 WIB.

Kasus klitih di kalangan remaja banyak terjadi di kota Yogyakarta yang notabenenya terkenal dengan kota pendidikan. Kota yang harusnya dapat menjadi panutan terkait dengan pembinaan terhadap generasi bangsa ternyata justru banyak terjadi kasus klitih yang dapat mengamcam keselamatan jiwa orang lain. Hal ini jelas merupakan cacat moral di kalangan remaja, apapun alasannya tidak dibenarkan.

Lahirnya kurikulum merdeka diharapkan mampu membentuk karakter generasi penerus bangsa terutama dalam konsep Profil Pelajar Pancasila. Konsep ini diyakini dapat membentuk karakter peserta didik menjadi lebih baik. Pelajar Pancasila adalah perwujudan pelajar Indonesia sebagai pelajar sepanjang hayat yang memiliki kompetensi global dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila, dengan enam ciri utama: beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia, berkebinekaan global, bergotong royong, mandiri, bernalar kritis, dan kreatif.

Ide dan konsep yang lahir dari kurikulum merdeka dalam Profil Pelajar Pancasila terlihat mulia dan apik, namun dalam penerapannya ternyata tidak diiringi dengan berkurangnya angka kenakalan remaja di kalangan pelajar. karena konsep ini juga tidak memiliki panduan yang jelas bagaimana mewujudkan hal tersebut. yang terjadi di lapangan adalah peserta didik lebih didekatkan dengan pengenalan budaya, tapi di saat yang sama justru pelajaran agama islam yang notabenenya mampu membentuk akidah dan perilaku yang baik jika diajarkan dengan banar justru dikurangi jam nya. Maka dari itu praktek di lapangan menunjukkan bahwa penerapan ide Profil Pelajar Pancasila tidak mampu membentuk akhlak siswa menjadi baik. Hal ini dibuktikan dengan tidak menurunnya angka kenakalan remaja, yang terjadi justru sebaliknya yaitu jumlah kenakalan remaja terus meningkat.

Berdasarkan fenomena yang ada maka patut kita pertanyakan efektivitas kurikulum merdeka dalam pembentukan karakter siswa menjadi lebih baik. Perlu dievaluasi kembali mengapa kurikulum merdeka gagal membentuk akhlak (karakter) menjadi lebih baik. karena praktek penerapannya justru tidak mengacu pada tujuan awal pembuatan kurikulum merdeka.

Dalam pembuatan kurikulum seharusnya dapat menelaah kembali hakikat kita sebagai manusia (hamba) yang statusnya hanya ciptaan Allah, dimana segala sesuatunya harus dikembalikan lagi kepada sang maha pencipta sebagai sang pembuat aturan. Sudah seharusnya pembuatan kurikulum juga berpatokan pada rambu-rabu Al qur'an dan As-sunnah agar tercipta akhlak yang mulia pada generasi kita mendatang.

Wallahu alam bi ash showab....

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image