Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Hafidz Nur Ockta Kustiyanto

Pandangan Thomas E Patterson Terhadap Serangan Nalar yang Melumpuhkan Demokrasi

Politik | Friday, 12 Jan 2024, 22:22 WIB
Ilustrasi Penalaran, sumber: karya penulis

Thomas E. Patterson merupakan seorang profesor pemerintahan dan pers Bradlee di Harvard University Kennedy School. Penulis merasa sangat senang karena dapat mengikuti pembelajaran tentang Public Policy. Banyak karya telah dibuat, buku “How America Lost Its Mind: The Assault on Reason That’s Crippling Our Democracy” menjadi salah satu karya yang akan dibahas.

"Dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat."

Banyak hal kita dengar maupun baca tentang demokrasi, tapi satu pidato sekaligus konsep fenomenal dari Bapak Demokrasi Abraham Lincoln di Gettysburg itu mampu membangun pondasi pandangan masyarakat dunia untuk pemerintah berdasarkan kedaulatan rakyat.

Setiap manusia dengan jiwa sehatnya memiliki nalar yang terus berkembang. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), nalar diartikan sebagai pertimbangan baik dan buruk. Manusia akan melakukan penalaran terhadap setiap fenomena yang dirasakan melalui indera, informasi menjadi indikator cukup berpengaruh untuk nalar manusia. Sehingga cara sangat efektif untuk menyerang nalar agar merusak jalannya demokrasi yaitu misinformasi.

Informasi yang kompleks hingga membingungkan akan mempengaruhi kepercayaan kemudian muncul keraguan terhadap pemikiran.

Seorang sosiolog bernama Todd Gitlin mengungkapkan ironi melalui konsep "Cognoscenti of their own bonzlement", menjelaskan bahwa orang yang salah menerima informasi justru merasa memiliki informasi lengkap ; orang dengan pemahaman rendah merasa paling memahami.

James David Barber dari Universitas Duke di Carolina Utara melalui konsep ketidaktahuan dan irasionalitas mengungkapkan bahwa mereka yang tidak memiliki informasi tidak akan akan siap untuk memilih. Namun kondisi lebih berbahaya jika memilih karena informasi yang salah.

Ancaman terhadap informasi yang menyerang nalar semakin rumit karena permasalahan sosial sangat kompleks seperti kesenjangan, ketimpangan, urbanisasi, dan sebagainya

Faktor psikologis juga sangat berpengaruh. Daniel Kahneman menjelaskan bahwa manusia lebih mencari penjelasan untuk memenuhi psikologis, bukan pada akurasi kebenaran. Maka manusia akan lebih mudah menyalahkan daripada mencari solusi.

Kecemasan ataupun gangguan kesehatan mental akan mendorong manusia untuk mencari yang senasib agar saling dapat mengidentifikasi atau memahami. Sehingga peluang menyalahkan pihak di luar komunitas atau golongannya. Kemudian dapat memunculkan isu negatif yang menimbulkan konflik, seperti ketidakadilan.

Sindrom savant dan smart idiot effect dalam psikologis mengungkapkan bahwa orang pendidikan rendah akan lebih terpengaruh dalam hal kebenaran, justru orang pendidikan tinggi lebih mudah menerima misinformasi jika selalu merasa keras kepala dan memiliki argumen terhadap fanatismenya.

Upaya merusak nalar akan menjadi lebih masif jika yang dipertaruhkan semakin besar, kemudian penipuan atau pelanggaran semakin banyak. Hal tersebut telah diungkapkan oleh George Washington.

Literasi menjadi hal sangat penting untuk dapat menerima, memahami, dan menyeleksi informasi agar terjaga bahkan meningkatkan kemampuan nalar. Sehingga setiap orang dapat menjadi agen minimal pada diri sendiri, kemudian dapat mengawal demokrasi secara menyeluruh.

Indeks kualitas sumber daya manusia akan terus meningkat, kemudian memiliki timbal balik dengan kondisi sosial kompleks.

Pesta demokrasi manjadi momentum terus memperbaiki dan meningkatkan berbagai variabel gejala, permasalahan, dan rencana pembangunan.

Referensi: Harvard Gazzete

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image