10 Cara Terbukti Membuat Bayi Merasa Disayang
Parenting | 2024-05-01 20:37:00Tersenyum, ritual, rutinitas, membaca, dan banyak lagi.
Poin-Poin Penting
· Sepuluh tindakan ini berkontribusi terhadap perkembangan otak bayi, pembelajaran bahasa, dan kesuksesan akademis di masa depan.
· Musik gembira menenangkan tingkat gairah bayi dan memperlambat detak jantungnya.
· Membacakan buku untuk bayi dikaitkan dengan peningkatan kehangatan dan kepekaan orang tua.
· Saat ibu bernyanyi untuk bayi, bayi menjadi terpesona atau sangat terlibat.
10 tindakan kecil ini, yang didukung oleh sains, membantu bayi merasa dicintai, terlibat, bahagia, dan tenang. Mereka juga menumbuhkan otak bayi, mengubah DNA mereka menjadi lebih baik, dan mempersiapkan mereka untuk perkembangan bahasa, pembelajaran akademis, hubungan berkualitas, dan kepuasan hidup.
Berbicara Gembira
Penelitian menunjukkan bahwa bayi baru lahir lebih menyukai suara ibunya dibandingkan suara lainnya. Bayi juga lebih menyukai ucapan yang terdengar gembira daripada ucapan yang netral. Mereka lebih menyukai "bahasa keibuan", atau ucapan yang disederhanakan secara linguistik dan ditandai dengan nada tinggi dan intonasi yang berlebihan.
Berbicara dengan bayi dalam bahasa ibu mungkin berperan dalam pembelajaran bahasa dengan melibatkan emosi bayi dan menyoroti struktur bahasa untuk membantu bayi memecahkan teka-teki suku kata dan kalimat. Sebagai catatan, para ibu yang berbicara dalam berbagai bahasa (misalnya, Jawa, Indonesia, Inggris, dll.) secara alami menggunakan bahasa ibu dan mengubah “timbre vokal”, atau kualitas suara yang unik, ketika berbicara dengan bayi.
Bayi yang lebih banyak diajak bicara memiliki keterampilan pemrosesan bahasa dan kosa kata yang lebih baik. Gerber merekomendasikan agar orang tua dengan penuh hormat menjelaskan kepada bayi apa yang akan mereka lakukan selanjutnya (misalnya, aku akan menyeka punggungmu dengan kain lap hangat ini) sehingga bayi membangun kepercayaan dan mengetahui apa yang diharapkan.
Penelitian menunjukkan bahwa "percakapan bergantian" atau "interaksi bolak-balik" (bukan sekadar kuantitas kata) dengan bayi dapat mengembangkan otak mereka. Momen percakapan kecil (ucapan sesuai topik, relevan secara kontekstual, dengan penundaan respons terbatas antar pembicara) selama waktu makan, penggantian popok, atau transisi membangun jalur otak untuk interaksi di masa depan.
Kontak Mata
Kontak mata dan tatapan membantu bayi merasa lebih bahagia, lebih tenang, terikat, dan lebih terlibat. Kontak mata dapat menumbuhkan area otak bayi dan menyinkronkan gelombang otak orang tua-bayi. Itu juga membangun kosa kata anak-anak.
Menatap mata lebih sering terjadi pada bayi yang memiliki hubungan keterikatan ibu-bayi yang aman (dibandingkan dengan bayi yang memiliki keterikatan tidak aman atau tidak terorganisir). Ketika para ibu dalam sebuah penelitian menatap wajah dan tangan ibu mereka yang aktif (dibandingkan wajah ibu yang diam), mereka lebih banyak tersenyum dan bersuara.
Terdapat juga korelasi positif antara frekuensi tatapan mata ibu-anak dan kualitas interaksi ibu-anak. Penelitian menunjukkan bahwa saling memandang antara orang tua dan bayi menenangkan anak ketika stres.
Menatap mata merangsang otak bayi. Sebuah penelitian yang menggunakan Magnetic Resonance Imaging (MRI) menunjukkan korelasi positif antara frekuensi tatapan mata dan hubungannya dengan area intrinsik otak pada bayi dan ibu. Penelitian lain yang dilakukan oleh Victoria Leong dan rekannya menemukan bahwa ketika orang dewasa dan anak-anak melakukan kontak mata, gelombang otak mereka lebih tersinkronisasi satu sama lain.
Ketika bayi mendapatkan isyarat tatapan mata, mereka memperoleh prekursor untuk mempelajari kata-kata. Terdapat "bukti bagus" mengenai hubungan longitudinal antara kemampuan mengikuti pandangan bayi dan kosa kata reseptif dan ekspresif di kemudian hari.
Memeluk dan Mendekap
Memeluk dan mendekap bayi juga membantu mereka merasa dicintai, menjadi lebih terlibat, dan mengurangi stres. Itu bahkan mengubah DNA mereka.
Bayi yang melakukan kontak kulit dengan ibunya menunjukkan lebih banyak keterlibatan, timbal balik, dan “tawaran sosial” dengan ibunya, yang bertahan hingga anak tersebut berusia minimal 9 tahun. Ibu yang melakukan kontak kulit dengan bayinya juga melaporkan lebih sedikit indikator depresi dan stres.
Banyaknya kontak dekat dan nyaman antara bayi dan pengasuhnya berdampak pada anak-anak pada tingkat molekuler, yang dapat dideteksi beberapa tahun kemudian. Anak-anak yang kurang menerima kontak fisik saat masih bayi memiliki profil molekuler dalam sel dan DNA mereka yang belum berkembang sesuai usia mereka.
Penelitian menunjukkan bahwa sentuhan afektif (misalnya menggendong bayi) membantu bayi membangun ikatan sosial, perilaku prososial, dan sinkronisasi selama interaksi orang tua-bayi. Hal ini terjadi melalui dampak pada oksitosin, dopamin, dan sistem opioid endogen.
Penyelarasan dan Keterlibatan
Attunement (penyelarasan) adalah bagian penting dari ikatan dan keterikatan, atau kemampuan untuk menyadari dan merespons kebutuhan anak (kehangatan, makanan, tidur, keamanan, dan cinta). Attunement melibatkan penghormatan terhadap ritme alami anak, mengamati untuk melihat bagaimana perasaan atau reaksi anak, mempertahankan struktur atau rutinitas, dan berinteraksi dengan bayi tanpa mengganggu atau mengabaikan. Attunement dan keterikatan yang sehat memperkuat wilayah otak yang terlibat dalam fungsi sosial, kognitif, dan emosional.
Peneliti Universitas Harvard menggambarkan interaksi bolak-balik dengan bayi sebagai interaksi "melayani dan kembali", mirip dengan "permainan pingpong yang meriah". Anak kecil secara alami “menjangkau” interaksi, perhatian, atau koneksi. John Gottman dari The Gottman Institute menyebut ini sebagai "tawaran" untuk perhatian atau interaksi. Ketika bayi memberikan isyarat (misalnya mengoceh, ekspresi wajah, gerak tubuh, atau menangis), apakah orang tua memberikan respons yang tepat (misalnya kontak mata, kata-kata, atau pelukan)? Jika bayi tersenyum, apakah orangtuanya membalas senyumnya? Para peneliti telah menemukan bahwa ketika pengasuh responsif terhadap sinyal anak, koneksi positif akan dibangun di otak.
Bermain (Bermain Interaktif dan Menghargai Permainan Mandiri)
Perpaduan antara permainan mandiri yang bebas (tanpa penghuni) dan permainan interaktif (seperti ciluk ba atau "waktu di lantai") membantu anak-anak tumbuh. Peneliti Krol dan Connelly menemukan bahwa kualitas permainan dan keterlibatan ibu yang lebih baik dalam sesi bermain memprediksi perubahan positif pada sistem oksitosin dan DNA anak-anak mereka.
Bermain mandiri juga penting bagi bayi karena memungkinkan mereka mendapatkan pengalaman sensorik (mengalami tekstur, sensasi, dan bahan yang berbeda), mempersiapkan mereka untuk bermain sendiri ketika mereka lebih besar, membantu mereka mengembangkan keterampilan motorik, dan membantu mereka memahami tubuh mereka.
Tersenyum
Ketika ibu tersenyum pada bayinya, bayi cenderung tersenyum lebih lebar (misalnya, pipi terangkat dan mulut terbuka), yang menurut penelitian, berhubungan dengan pengaruh positif bersama. Pada usia 4 bulan, bayi tersenyum pada ibunya dengan cara yang bertujuan dan berorientasi pada tujuan. Mereka mengatur waktu senyumannya untuk membuat ibunya tersenyum. Ketika ibu pertama kali melihat wajah bahagia bayinya, jaringan otak yang luas diaktifkan, dan ibu mendapat imbalan dopamin.
Menyanyi atau Memutar Musik
Menyanyi atau memainkan lagu-lagu gembira dapat menenangkan bayi, meningkatkan suasana hati mereka, dan juga membantu mereka mempelajari dasar-dasar bahasa. Musik sering dibicarakan sebagai “bahasa emosi” karena kemampuannya membangkitkan atau mengatur emosi. Musik terbukti mempengaruhi pengurangan stres secara signifikan baik secara fisiologis maupun psikologis.
Musik gembira terbukti menenangkan tingkat gairah bayi dan memperlambat detak jantungnya. Ketika ibu bernyanyi untuk bayinya, bayi mungkin terpesona atau “sangat terlibat”, yang ditandai dengan meningkatnya perhatian dan berkurangnya jumlah gerakan. Sebuah penelitian menemukan bahwa bayi berusia 5 bulan dapat membedakan antara cuplikan musik bahagia dan sedih dalam kondisi tertentu.
Penelitian lain yang dilakukan Goswami menemukan bahwa bayi belajar bahasa dari informasi ritmis (bukan informasi fonetik) pada bulan-bulan pertama mereka dan bahwa menggunakan nyanyian atau lagu anak-anak membantu bayi belajar bahasa.
Membaca dan Kehangatan
Penelitian menunjukkan bahwa membacakan buku untuk bayi dikaitkan dengan peningkatan kehangatan dan kepekaan orang tua serta penurunan stres orang tua. Membacakan buku untuk bayi secara konsisten juga membantu meningkatkan skor bahasa bayi.
Ritual dan Rutinitas
Rutinitas dan ritual keluarga dikaitkan dengan kesehatan anak, prestasi akademik, dan hubungan keluarga yang lebih kuat. Mereka bertindak sebagai landasan stabilitas dan kenyamanan selama masa stres atau transisi.
Prediktabilitas rutinitas membantu bayi dalam pengaturan diri, konsistensi, kedekatan dalam hubungan, dan perasaan mengetahui apa yang diharapkan setiap hari. Lansbury berpendapat bahwa "menciptakan rutinitas dan ritual adalah salah satu hal paling penuh hormat dan memberdayakan yang dapat kita lakukan untuk bayi kita." Lansbury mendeskripsikan ritual sebagai melakukan hal yang sama dengan cara yang sama setiap saat sehingga anak tahu persis apa yang diharapkan.
Suasana Tenang dan Menyenangkan
Bayi menangkap stres, kecemasan, dan konflik atau kegembiraan orang tua. Graham dan rekannya menemukan bahwa laporan ibu mengenai konflik antar orang tua yang lebih tinggi dikaitkan dengan peningkatan respons saraf bayi mereka. Ketika orang tua berbicara dengan nada sangat marah, beberapa wilayah otak bayi yang terkait dengan reaktivitas dan regulasi stres (termasuk rostral anterior cingulate cortex, caudate, thalamus, dan hipotalamus) terkena dampaknya, menurut pengukuran MRI.
Waters menemukan bahwa ketika ibu dihadapkan pada tugas-tugas yang membuat stres, reaktivitas fisiologis bayi mereka mencerminkan reaktivitas ibu.
Bayi juga bisa merasakan kecemasan ibu. Williams dan rekannya menemukan bahwa kecemasan ibu secara signifikan memprediksi stres anak (diukur dari sekresi kortisol). De Rosnay menemukan bahwa, setelah interaksi ibu-orang asing yang menimbulkan kecemasan sosial, bayi secara signifikan lebih takut dan menghindari orang asing.
Bayi mungkin juga bisa merasakan kegembiraan. Meskipun penelitian mereka dilakukan pada orang dewasa, Fowler dan Christakis menemukan bahwa orang yang dikelilingi oleh orang-orang yang bahagia kemungkinan besar akan bahagia di masa depan.
Berhubungan dengan bayi secara sengaja akan memberikan hasil positif yang bertahan lama selama bertahun-tahun yang akan datang. Emosi positif pada bayi berhubungan dengan kepuasan hidup orang dewasa. Mereka juga memperkirakan keberhasilan pendidikan pada usia 29 tahun. Bayi yang lebih bahagia mempunyai peluang lebih besar untuk lulus sekolah menengah atas dan perguruan tinggi.
***
Solo, Rabu, 1 Mei 2024. 7:48 pm
Suko Waspodo
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.