Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Christopher Saut

Serangan Xenophobia Terhadap Warga Asing Di Afrika Selatan

Politik | Wednesday, 10 Jan 2024, 05:33 WIB

Xenofobia bukanlah hal baru di Afrika Selatan. Platform Xenowatch, yang dikembangkan Pusat Migrasi dan Masyarakat Afrika ACMS di Universitas Witwatersrand, mengumpulkan data tentang kejahatan terhadap orang asing. Mereka mencatat 1.038 serangan terhadap migran, 661 kematian dan 5.131 toko dijarah sejak tahun 1994. Xenowatch mengatakan, angka ini hampir pasti merupakan perkiraan yang terlalu rendah, karena tidak semua kasus dilaporkan.

Kelompok "Operasi Dudula” pertama kali muncul di media sosial pada tahun 2020. Dudula adalah kata Zulu yang berarti "mendorong kembali". Kelompok tersebut kini terdaftar sebagai partai politik dan akan ambil bagian dalam pemilihan umum tahun 2024.

Sumber :BBC

Namun kandidat Dudula bukan satu-satunya yang meneriakkan slogan-slogan xenofobia selama kampanye. Wakil-wakil Economic Freedom Fighters, yang saat ini merupakan partai ketiga terbesar di Afrika Selatan, juga menggunakan narasi itu. Meskipun partai ini mengambil pendekatan sayap kiri radikal terhadap perekonomian, partai ini juga secara terbuka bersifat anti orang asing.

Pengamat politik dari Yayasan Politik Jerman Rosa Luxemburg Stiftung cabang Johannesburg, Fredson Guilengue, mengatakan permasalahan yang dialami orang kulit hitam Afrika Selatan dengan orang-orang dari tempat lain di Afrika disebabkan oleh salah satu faktor. "Yaitu, kolonialisme dan Apartheid tidak hanya menyebabkan perpecahan antara warga kulit putih dan kulit hitam, namun juga perpecahan di kalangan mayoritas warga kulit hitam – menempatkan imigran pada posisi terbawah dalam masyarakat kulit hitam di Afrika Selatan.”

Meskipun visi Afrika yang terintegrasi terkandung dalam cetak biru kebijakan utama di tingkat kontinental dan sub-regional, terdapat ketidaksesuaian kebijakan antara definisi kontinental tentang 'warga negara Afrika' dan konsepsi masing-masing negara tentang warga negara dan non-warga negara. Inkonsistensi kebijakan ini menyebabkan tergesernya batas-batas konsep kewarganegaraan, yang tercermin jelas dalam kebijakan dalam negeri terhadap migran, meradikalisasi mereka dan menumbuhkan suasana permusuhan antara migran dan warga negara. Misalnya, meskipun sebagian besar penggembala nomaden bergantung pada protokol ECOWAS untuk melakukan transhumance lintas batas, mereka menghadapi tantangan berat terhadap hak mereka untuk terlibat dalam pergerakan lintas wilayah di wilayah tersebut. Hal ini biasanya terjadi karena negara-negara anggota memberikan hak yang sangat terbatas kepada para migran Afrika Selatan terutama dalam hal partisipasi ekonomi, dan akibatnya sebagian besar komunitas tuan rumah menolak hak para perantau yang aktivitas lintas batasnya tetap sesuai dengan protokol ECOWAS (lihat protokol ECOWAS 1979). ;Penu & Paalo 2021.

Sekarang, saat kondisi perekonomian terpuruk dan kesempatan kerja minim, banyak partai politik mulai memainkan narasi xenophobia, termasuk elit politik dari partai pemerintah ANC dari pejuang kemerdekaan Nelson Mandela.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image