Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Dimas Muhammad Erlangga

Memenangkan Cita-Cita Kemerdekaan Nasional 17 Agustus 1945!

Politik | Friday, 15 Dec 2023, 06:22 WIB

Secara resmi KPU sudah menetapkan nomor urut tiga pasang calon presiden dan wakil presiden Republik Indonesia yang siap bertarung merebut simpati rakyat marhaen dalam momentum puncak tahun politik 2024, yakni Pilpres pada 14 Februari mendatang.

Tiga pasangan itu adalah Anies Baswedan - Muhaimin Iskandar, Prabowo Subianto - Gibran Rakabuming Raka, Dan Ganjar Pranowo - Mahfud MD. Keenam orang itu merupakan tokoh politik nasional yang sudah sangat dikenal track record nya selama ini. Uniknya, beberapa pasangan ini merupakan representasi kekuatan politik oposisi yang berbaur dengan unsur kekuatan politik disekitar Pemerintahan. Semisal, Ganjar Pranowo dari PDI-P berpasangan dengan Menkopolhukam, Mahfud MD, yang juga mantan ketua mahkamah konstitusi RI dan wapres periode 2008-2013. Anies Baswedan Mantan Gubernur DKI Jakarta 2017-2022, Mantan Ketua Timses Jokowi-JK 2014, berpasangan dengan Muhaimin Iskandar, Ketua Umum PKB sekaligus Wakil Ketua MPR dan juga Mantan Menaker era SBY, Sementara Prabowo Subianto dari Gerindra, Menteri Pertahanan RI berpasangan dengan Gibran Rakabuming yang menjabat Walikota Solo, yang juga anak dari Presiden Jokowi.

Duel Nasionalis

Terlepas dari itu semua, tahun ini memang telah menjadi momentum kemenangan bagi kekuatan politik baru yang punya kecenderungan membangkitkan kembali semangat ideologi nasionalisme ala Bung Karno.

Ketiga Partai Yakni PDIP, Nasdem, dan Partai Gerindra yang menjadi Pengusung 3 Capres ini cukup getol menyatakan diri sebagai Nasionalis-Pancasilais dan menghidupkan kembali nuansa politik ideologis yang kental dengan jargon dan retorika nasionalisme, semisal semangat restorasi bangsa, trisakti, kebangkitan bangsa, dan sebagainya. Sementara partai-partai politik lainnya cenderung selalu mengambil langkah moderat demi menjaga eksistensinya di dalam pemerintahan.

Persoalannya memang, selama lebih dari satu dasawarsa terakhir, bangsa kita menghadapi situasi pelik yang kian menjauhi cita-cita kemerdekaan. Alih-alih memenangkan demokrasi politik, reformasi malah melahirkan gegar kebebasan politik yang membuat para elit sibuk berebut kursi kekuasaan demi mengamankan posisi kelompok masing-masing. Situasi ini telah begitu melemahkan bangsa kita hingga cengkraman penjajahan asing gaya baru yang kerap disebut neoliberalisme-neokolonialisme semakin kokoh meluas.

Kemudian, soal sumber daya alam kita yang begitu kaya telah dikuasai oleh berbagai perusahan raksasa asing. Juga betapa kuasanya produk impor yang membuat kita ketergantungan. Betapa besarnya pula lonjakan kenaikan utang luar negeri yang harus kita tanggung sekarang. Ditambah banyaknya regulasi dan Undang-Undang yang diterbitkan untuk memuluskan semuanya. Karenanya, tak salah jika banyak pihak berpendapat bahwa bangsa ini belum mencapai kemerdekaan yang seutuhnya.

Indonesia Menang

Jika kita merujuk pada dokumen resmi Visi Misi dan Program ketiga capres yang dipublikasikan oleh KPU RI, sejatinya visi-misi kedua capres bernuansa selaras dengan mengusung tema kemandirian nasional. Tampaknya mereka cukup memiliki kesadaran yang sepaham tentang persoalan pokok yang paling mendesak untuk diatasi bangsa ini, yakni praktik neoliberalisme-neokolonalisme penegakkan konsep clean and good government.

Namun, agak disayangkan ketika secara programatik kedua kekuatan capres nasionalis ini relatif sama, amunisi yang digunakan untuk bertarung justru masalah-masalah personal dan rekam jejak. Akibatnya, rakyat miskin bukan disuguhi gambaran konkret mengenai aplikasi program kemandirian nasionalnya itu, malah hidangan isu-isu kampanye negatif sampai hitamyang muncul berjejalan. Tentu situasi ini sangat kontra-produktif bagi semangat kemandirian bangsa itu sendiri.

Kemerdekaan nasional seharusnya menjadi jalan bagi kita untuk membangun bangsa yang berdaulat di bidang politik, berdikari di lapangan ekonomi, dan berkepribadian secara budaya. Itu pula yang akan menjadi landasan bangsa Indonesia untuk mewujudkan cita-cita nasionalnya: masyarakat adil dan makmur. Penting bagi kita semua, seluruh kalangan rakyat Indonesia, baik yang sudah menentukan pilihan mau pun tidak, agar memahami betul esensi momentum Pilpres ini sebagai penentu arah masa depan Bangsa. Kemenangan parpol nasionalis ini harus dikerucutkan menjadi kemenangan sejati Bangsa Indonesia (kalau ketiga partai itu mau konsisten menjalankan ideologi kerakyatan), siapa pun yang terpilih sebagai Presiden dan Wakil Presidennya. Jika tidak, momentum pemilu ini hanya akan kembali berlangsung hampa sekadar sebagai prosedur suksesi kepemimpinan yang tidak sungguh-sungguh membawa perubahan. Hanya dengan mengusung kampanye positif yang kental nuansa programatik dan ideologis, seraya menempatkan semangat persatuan nasional sebagai batas perdebatan-lah, kelak kedua pihak ini bisa didorong untuk saling menopang pemerintahan Indonesia yang baru.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image