Definisi dan Fungsi Siklus Akuntansi
Eduaksi | Friday, 01 Dec 2023, 16:44 WIBDefinisi Siklus Akuntansi
Siklus akuntansi adalah proses yang dibuat agar pencatatan akuntansi finansial atas usaha menjadi lebih mudah bagi pengusaha (Hayes, 2023). Biasanya, ada delapan tahap yang diikuti dalam siklus akuntansi. Setiap kali satu siklus akuntansi ditutup, pelaku bisnis akan mendapatkan analisis yang lengkap dan komprehensif dari laporan performa keuangan perusahaan. Saat ini, kebanyakan proses dalam siklus akuntansi dilakukan secara digital, bahkan online.
8 Tahap Siklus Akuntansi
- Mengidentifikasi Transaksi
- Menganalisis Transaksi
- Mencatat Transaksi dalam Jurnal
- Membuat Postingan Buku Besar
- Menyusun Neraca Saldo dan Jurnal Penyesuaian
- Membuat Neraca Saldo Penyesuaian
- Menyusun Jurnal Penutup
- Menyusun Neraca Saldo dan Jurnal Pembalik
1. Mengidenifikasi Transaksi
Pertama, catat dan kelompokkan semua transaksi yang terjadi dalam cakupan bisnis perusahaan, baik yang terkait penjualan atau pembelian. Penting bagi karyawan, khususnya akuntan, untuk mencatat setiap transaksi dengan presisi.
Di tahap ini, harus disertakan berbagai bukti transaksi seperti kuitansi, faktur, nota, atau bukti lainnya yang dianggap sah oleh standar akuntansi.
2. Menganalisis Transaksi
Kedua, kita harus memastikan setiap transaksi berada di posisi yang benar pada sistem akuntansi double-entry. Artinya, semua transaksi punya posisi debit atau kredit yang tepat.
Meskipun kedengaran rumit, tapi proses analisis ini relatif sederhana. Kamu hanya perlu memahami dan menerapkan dengan konsisten salah satu rumus terpenting: aktiva = kewajiban + ekuitas. Dengan rumusan tersebut, dan pemahaman tentang definisi aktiva, kewajiban dan ekuitas, kamu bisa melakukan analisis transaksi dengan benar.
3. Pencatatan Transaksi dalam Jurnal
Ketiga, kita akan catat transaksi dalam jurnal, atau biasa disebut juga dengan penjurnalan.
Jurnal dalam akuntansi didefinisikan sebagai catatan kronologis selama satu periode tentang kegiatan transaksi-transaksi yang terjadi pada periode tersebut. Informasi inilah yang kemudian dibukukan.
Di tahap penjurnalan inilah kita membagi transaksi menjadi dua: debit dan kredit. Kalau kita melakukan penjurnalan dengan benar, maka saldo antara debit dan kredit akan selalu seimbang.
4. Buku Besar
Keempat, kita akan mulai mengisi Buku Besar. Buku Besar adalah kumpulan rekening pembukuan berisi informasi aktiva tertentu yang tercatat dalam satu periode.
Pengisian buku besar ini dilakukan untuk memudahkan akuntan dalam melihat sejarah setiap transaksi, untuk keperluan pengecekan ulang maupun referensi.
5. Membuat Neraca Saldo dan Jurnal Penyesuaian
Kelima, Kkita perlu mengisi jurnal penyesuaian kalau menemukan transaksi yang belum tercatat atau terjadi kesalahan dalam neraca saldo. Neraca saldo ditulis menjadi satu dalam buku besar dan harus selalu sama besaran nilainya.
6. Membuat Neraca Saldo Penyesuaian
Keenam, kita perlu membuat Neraca Saldo dengan perubahan yang mengikuti revisi sesuai isi jurnal penyesuaian. Di sini, kita benar-benar memastikan bahwa debit dan kredit sudah seimbang.
7. Menyusun Jurnal Penutup
Tahap ketujuh, Jurnal Penutup, adalah tahap terakhir siklus akuntansi dibuat oleh akuntan di akhir periode akuntansi, yaitu akhir tahun. Kita menutup jurnal dengan menutup rekening laba rugi atau rekening nominal. Maka, setiap kegiatan bisnis yang terjadi selama satu tahun bisa terukur dengan jelas.
Jurnal Penutup adalah tahapan terakhir dalam siklus akuntansi.
8. Menyusun Neraca Saldo dan Jurnal Pembalik
Tahapan ini sebenarnya bersifat opsional. Neraca saldo adalah catatan yang berisi muatan saldo rekening permanen, yaitu angka yang berasal dari rekening buku besar setelah melakukan jurnal penutup.
Sementara, jurnal pembalik adalah catatan yang dibuat supaya proses pencatatan beberapa transaksi jadi lebih mudah dipahami. Misalnya, membalik debit menjadi kredit, dan mencegah terjadinya akun ganda (transaksi ada dalam debit dan kredit sekaligus).
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.