Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Kireina Marsya

Bahaya Resistensi Antibiotik

Edukasi | Monday, 27 May 2024, 17:36 WIB

Antibiotik merupakan salah satu golongan obat antimikroba. Antibiotik digunakan untuk mengatasi masalah kesehatan yang disebabkan oleh bakteri. Antibiotik bekerja dengan membunuh atau menekan pertumbuhan bakteri melalui beberapa mekanisme seperti mengganggu sintesis dinding sel, protein, dan asam nukleat yang menginfeksi tubuh. Golongan obat ini cukup populer digunakan oleh semua orang. Beberapa contoh obat golongan antibiotik adalah obat-obatan penisilin seperti amoxicilin.

orami.co.id/magazine/penisilin

Pengonsumsian antibiotik adalah solusi yang umumnya disarankan oleh dokter untuk mengatasi masalah kesehatan disamping penggunaan obat simtomatik. Namun, seringkali kita mendengar pesan dokter untuk menghabiskan antibiotik sesuai dengan resep yang telah diberikan. Mengapa demikian?

Bakteri adalah patogen yang mampu berkembang biak dan beradaptasi dengan cepat. Bakteri dapat beradaptasi terhadap penggunaan antibiotik secara berkala. Kemampuan bakteri untuk bertahan hidup dan beradaptasi pada penggunaan antibiotik disebut resistensi antibiotik. Bakteri memiliki berbagai mekanisme resistensi antibiotik untuk beradaptasi terhadap penggunaan antibiotik. Berikut merupakan beberapa mekanisme resistensi antibiotik yang dilakukan oleh bakteri:

1. Penebalan Dinding Sel Bakteri

Peptidoglikan adalah elemen utama penyusun dinding sel bakteri. Bakteri dapat membentuk peptidoglikan untuk menyusun dinding sel sebagai mekanisme pertahanan diri. Peptidoglikan yang tebal dapat meningkatkan kemampuan bakteri untuk kebal terhadap antibiotik. Bakteri dengan dinding sel yang tebal dapat mengurangi intensitas penetrasi antibiotik kedalam sel bakteri. Dengan demikian, bakteri menjadi resisten terhadap antibiotik tertentu

2. Modifikasi Reseptor Target

Teori MAP kinase menjelaskan bahwa reseptor berfungsi sebagai tempat terikatnya substrat pada sel yang dapat merangsang aktivitas seluler tertentu melalui fosforilasi protein downstream hingga mencapai inti sel. Aktivitas seluler yang dimaksud adalah aktivitas yang melibatkan suatu sel seperti apoptosis, inflamasi, angiogenesis, dan lain-lain. Pada kasus ini, antibiotik berperan sebagai substrat yang dapat merangsang lisis atau kehancuran sel bakteri dalam dosis tertentu jika berikatan dengan reseptor sel bakteri. Jika antibiotik tidak dikonsumsi dengan baik sesuai resep dokter, maka akan ada beberapa bakteri yang masih hidup dan berkembang biak hingga dapat menyebabkan gejala penyakit berulang. Hal inilah yang disebut sebagai resistensi antibiotik.

3. Penghancuran Antibiotik secara Enzimatik

Bakteri dapat menghasilkan enzim yang mampu menginaktivasi antibiotik sebelum mencapai sel target dan merangsang lisis sel. Contoh mekanisme penghancuran antibiotik secara enzimatik adalah produksi enzim beta-laktamase pada bakteri yang menyebabkan cincin beta-laktam amoxicilin rusak sehingga terjadi inaktivasi amoxicilin. Amoxicilin yang terinaktivasi tidak dapat bekerja sesuai fungsinya dalam menghancurkan bakteri sehingga bakteri resisten terhadap amoxicilin.

Resistensi antibiotik ditandai dengan kemampuan bakteri untuk beradaptasi pada penggunaan antibiotik tertentu. Jika bakteri telah resisten terhadap antibiotik, maka golongan antibiotik serupa tidak dapat digunakan sehingga pasien harus melakukan medikasi dengan golongan antibiotik atau metode pengobatan yang lain. Bakteri yang resisten terhadap suatu antibiotik juga dapat ditularkan sehingga mempercepat perkembangan resistensi antibiotik. Gejala resistensi antibiotik sangat berbahaya untuk pasien karena dapat menghambat laju pengobatan. Selain itu, berikut adalah beberapa bahaya resistensi antibiotik yang lain bagi pasien:

1. Efektivitas Antibiotik Berkurang

Penggunaan antibiotik yang berlebihan atau tidak tepat dapat menyebabkan bakteri menjadi resisten terhadap pengobatan. Ini berarti infeksi yang sebelumnya mudah diobati dengan antibiotik standar menjadi lebih sulit atau bahkan tidak mungkin diobati dengan obat yang sama.

2. Penyebaran Infeksi Resisten

Bakteri resisten dapat menyebar dari orang ke orang, memperburuk masalah resistensi. Ini dapat terjadi di berbagai lingkungan seperti rumah sakit, komunitas, dan bahkan di tingkat global melalui perjalanan internasional.

3. Peningkatan Morbiditas dan Mortalitas

Infeksi yang disebabkan oleh bakteri resisten seringkali lebih parah dan memerlukan perawatan medis yang lebih intensif. Ini dapat meningkatkan angka kesakitan (morbiditas) dan kematian (mortalitas) akibat infeksi yang sebelumnya bisa dikendalikan.

4. Biaya Kesehatan yang Meningkat

Mengatasi infeksi yang disebabkan oleh bakteri resisten sering kali membutuhkan obat-obatan yang lebih mahal, rawat inap yang lebih lama, dan prosedur medis tambahan. Ini meningkatkan biaya perawatan kesehatan secara signifikan.

5. Keterbatasan Opsi Terapi

Ketika bakteri menjadi resisten terhadap banyak jenis antibiotik (multidrug-resistant), pilihan pengobatan menjadi sangat terbatas. Dalam beberapa kasus, mungkin tidak ada obat yang efektif tersedia, memaksa dokter untuk menggunakan antibiotik yang lebih tua, lebih toksik, atau kurang efektif.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image