Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Muthiah Alhasany

Perang, Perwujudan Rencana Israel Untuk Mencaplok Palestina Seutuhnya

Politik | Thursday, 12 Oct 2023, 16:50 WIB
Bendera Israel (dok.cnn)

Ada kejanggalan yang saya pikirkan dalam perang yang terjadi di jalur Gaza. Mengapa Israel bisa tiba-tiba diserang ribuan roket oleh HAMAS? Seakan-akan negara zionis itu sangat naif dalam peperangan.

Mossad, agen Rahasia Israel adalah biro intelejen yang sangat lihai. Apalagi Mossad tidak bergerak sendiri, tapi dibantu dengan CIA, badan intelijen dari Amerika Serikat. Untuk menyelidiki gerak-gerik HAMAS yang teritorialnya kecil, bukan hal yang sulit. Jadi, secara logika agak tidak masuk akal jika Israel tidak mengetahui rencana penyerangan HAMAS.

Kemudian timbul pertanyaan lain, jika telah mengetahui adanya rencana penyerangan HAMAS, mengapa tidak ada upaya pencegahan Israel untuk membatalkan serangan tersebut. Setidaknya, bisa dihentikan sebelum ada korban jiwa dari penduduk sipil di wilayah Israel. Terutama yang sedang menyaksikan konser musik.

Jebakan Israel

Nah, semua itu memunculkan jawaban bahwa hal itu terjadi karena memang merupakan kesengajaan dari Israel. Dengan kata lain, Israel telah lama memasang jebakan agar HAMAS menyerang negara tersebut. Tujuannya, agar ada alasan untuk membasmi warga Palestina dan mencaplok seluruh wilayahnya. Lalu, berdirilah negara Israel Raya.

Mari kita flashback sejenak, bangsa Israel dahulu tidak memiliki negara. Karena itu, mereka bercita-cita memiliki negara sendiri, apapun caranya. Dengan cara yang licik, mereka mulai menjarah tanah Palestina. Mereka memperbesar wilayah dari masa ke masa dengan menggusur bangsa Palestina.

Pencaplokan wilayah Palestina berjalan mulus karena mendapat dukungan dari Amerika Serikat dan sekutunya. Negara-negara Barat membantu Israel karena memiliki kepentingan tinggi di Timur Tengah. Jazirah Timur Tengah kaya akan minyak yang sangat dibutuhkan untuk industri. Mereka ingin menguasai Timur Tengah.

Selain itu, tingkah polah Israel semakin menjadi-jadi ketika Amerika Serikat berhasil membujuk beberapa negara Arab untuk menjadi rekan. Amerika Serikat dan sekutunya memecah belah dan mengadu domba negara-negara Timur Tengah sehingga mereka bisa masuk dan mengambil alih sumber-sumber minyak. Maka, melenggang Israel dalam rencana busuknya merampas tanah Palestina.

Namun pejuang-pejuang Palestina berusaha melawan. Sayang perjuangan mereka juga kandas. Apalagi setelah meninggalnya Yasser Arafat. Perjuangan yang sporadis, tidak pernah berhasil untuk menghentikan Israel di jalur Gaza.

Israel mempunyai target, kapan Palestina bisa dikuasai seutuhnya. Setiap pencaplokan tanah di jalur Gaza adalah dalam rangka mewujudkan cita-cita mendirikan Israel tanpa adanya Palestina. Kalau perlu, bangsa Palestina ditiadakan dari muka bumi. Kasarnya, dengan cara genosida. Bumi hanguskan saja semuanya. Tapi butuh alasan untuk melakukan bumi hangus di mata masyarakat internasional.

Semula, rencana berjalan lancar. Selangkah demi selangkah wilayah Israel semakin membesar. Tinggal beberapa tahap lagi Israel akan menguasai jalur Gaza. Untuk selanjutnya, bergeser lagi ke wilayah lebih dalam mencaplok Palestina. Di sisi lain, Israel dan Amerika Serikat telah yakin dukungan Arab Saudi dan UAE karena ada upaya normalisasi hubungan mereka.

Arab Saudi Berbalik

Satu hal yang tak disangka, di tengah upaya normalisasi hubungan Arab Saudi dan Israel, ternyata Arab Saudi merilis peta baru dunia. Dalam peta tersebut, tidak ada negara Israel. Justru yang ada adalah negara Palestina. Israel dihapus dari peta dunia buatan Arab Saudi.

Hal ini menimbulkan kemarahan Israel dan Amerika Serikat. Sudahlah Amerika Serikat kecewa karena gagal dalam konflik Rusia-Ukraina, sekarang anak emasnya, Israel dihapus dari peta. Lantas Amerika Serikat dan sekutunya mempercepat proses pencaplokan wilayah Palestina.

Berbagai tekanan ditingkatkan di jalur Gaza. Ini untuk memancing agar HAMAS bergerak menyerang Israel. Jebakan yang efektif, karena HAMAS kemudian memunculkan serangan dengan roket langsung ke wilayah Israel.

Serangan HAMAS ini dijadikan alasan kuat untuk membumihanguskan Palestina. Mulailah keluar narasi kekejaman HAMAS membunuh penduduk sipil, wanita dan anak-anak. Media-media Barat serentak menyebarkan propaganda bahwa HAMAS adalah teroris yang tak ubahnya binatang. Mereka harus dibasmi.

Padahal, jumlah korban rakyat Israel jauh lebih sedikit dari penduduk Palestina. Puluhan ribu orang tewas selama okupansi Israel ke wilayah Palestina. Sekarang pun begitu, korban di pihak Palestina jauh lebih besar daripada Israel. Sebetulnya, korban rakyat Israel adalah tumbal pemerintahnya sendiri untuk kepentingan mencaplok Palestina.

Sayangnya, media-media di dunia dikuasai oleh Blok Barat. Media-media ini tidak memberitakan sesuai fakta. Sedangkan media-media lokal atau dari negara-negara Timur Tengah, dihambat agar tidak menyebar. Media-media Barat menggiring opini masyarakat internasional agar membela Israel.

Timur Tengah harus bersatu

Kejahatan internasional yang dilakukan Israel harus dihentikan. Namun ini butuh langkah besar dari pihak yang berkompeten. Dalam hal ini adalah negara-negara Timur Tengah.

Bila negara-negara Timur Tengah bersatu menentang Israel, maka Israel tidak akan berkutik. Amerika Serikat juga akan berpikir berulang kali untuk melanjutkan rencana Israel menguasai Palestina.

Seandainya negara-negara Timur Tengah menyetop pasokan minyak kepada negara-negara Barat, tentu mereka akan kelabakan. Setelah perang dengan Rusia, mereka sudah kesulitan mendapatkan pasokan migas. Apalagi jika negara-negara Timur Tengah menghentikan pasokan kepada mereka.

Indonesia bisa mendorong agar negara-negara Timur Tengah bersatu. Kapan lagi mewujudkan cita-cita pendiri bangsa, turut serta dalam upaya perdamaian dunia, dengan menghentikan penjajahan suatu bangsa kepada bangsa lain.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image