Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Dimas Muhammad Erlangga

Sosio-Nasionalisme Dan Kaum Nasionalis Sekarang Ini

Politik | Thursday, 12 Oct 2023, 14:43 WIB

Jika ditanyakan kepada semua parpol, apakah mereka berhaluan nasionalis-pancasilais-sukarnois dan memperjuangkan nasionalisme Indonesia itu? Maka mereka pasti menjawab: "ya, kami nasionalis sejati, yang menempatkan nasionalisme itu sebagai aras perjuangan partai kami". Bahkan, partai politik yang mengedepankan agama pun, jika ditanya soal nasionalisme, maka mereka akan segera menjawab: "kami nasionalis-religius".

Akan tetapi, kendati ada banyak parpol yang berhaluan nasionalis, mengaku menempatkan nasionalisme sebagai asas perjuangan politiknya, tetapi tetap saja kekayaan alam kita yang melimpah bisa diangkut dengan mudah oleh perusahaan-perusahaan asing ke negeri asalnya. Meskipun banyak partai yang mengaku nasionalis-kerakyatan, baik yang terang-terangan nasionalis maupun yang nasionalis religius, tetapi kondisi rakyat Indonesia sangat miskin, sengsara, dan tertindas.

Apa pula hubungannya antara nasionalisme Indonesia dan perampokan sumber daya alam? ataukah, apa hubungan nasionalisme Indonesia dengan persoalan rakyat Indonesia yang miskin, sengsara, dan tertindas?

Sejak awal, jauh sebelum Indonesia merdeka, Bung Karno sudah mengatakan bahwa watak dari nasionalisme Indonesia adalah sosio-nasionalisme, sebuah bentuk nasionalisme yang secara terang-terangan berbeda dengan nasionalisme ala eropa yang berbau kapitalistik-borjuistik.

Dalam penjelasan mengenai apa itu sosio-nasionalisme Bung Karno mengatakan:

“Memang, maksudnya sosio-nasionalisme ialah memperbaiki keadaan-keadaan di dalam masyarakat itu, sehingga keadaan yang kini pincang itu menjadi keadaan yang sempurna, tidak ada kaum yang tertindas, tidak ada kaum yang cilaka, dan tidak ada kaum yang papa-sengsara."

Menyimak pernyataan Bung Karno di atas, terang sekali bahwa sosio-nasionalisme atau nasonalisme Indonesia itu adalah berjuang untuk kemajuan atau kemaslahatan seluruh rakyat marhaen, bukan segelintir orang atau golongan bahkan kelompok. ada sekitar 150 orang terkaya di Indonesia menguasai sekitar Rp650 trilyun, sedangkan Garisris Kemiskinan pada Maret 2023 tercatat sebesar Rp550.458,-/kapita/bulan dengan komposisi Garis Kemiskinan Makanan sebesar Rp408.522,- (74,21 persen) dan Garis Kemiskinan Bukan Makanan sebesar Rp141.936,- (25,79 persen) data dari BPS.

Masyarakat yang pincang, dalam pengertian Bung Karno, adalah masyarakat kapitalis, yang mana di dalamnya terdapat kelas-kelas sosial. Oleh karena itu, Bung Karno menegaskan, bahwa sosio-nasionalisme itu haruslah nasionalismenya kaum marhaen, dan menolak segala tindak borjuisme-kapitalisme yang dianggap penyebab kepincangan.

Kalau mau disederhanakan lagi: sosio-nasionalisme Indonesia itu tidak hanya mencari atau mengusahakan Indonesia merdeka berdaulat 100 Persen, yaitu lepas dari kolonialisme dan imperialisme, tetapi juga mengusaha hilangnya kepincangan dalam masyarakat, yaitu menghilangkan susunan masyarakat kapitalis. Pendek kata: sosio-nasionalisme itu adalah anti-imperialisme dan anti-kapitalisme.

Dan, karena bersifat anti-imperialisme dan anti-kapitalisme, maka nasionalisme Indonesia tidak berhenti pada tercapainya Indonesia merdeka saja. Sebaliknya, Indonesia merdeka itu hanya syarat saja atau jembatan emas untuk memperbaiki Indonesia yang rusak itu.

Sekarang, kita tanyakan kepada partai-partai politik yang mengaku nasionalis-pancasilais atau nasionalis-kerakyatan itu, apakah mereka juga anti-imperialisme dan anti-kapitalisme? Kalau tidak, mereka berarti bukanlah sosio-nasionalis atau bukan nasionalis ala Indonesia yang diutarakan Bung Karno, melainkan nasionalis borjuis-oportunis atau nasionalis-kapitalis.

Seorang nasionalis, kata Bung Karno, harus membuka mata terhadap keadaan-keadaan yang nyata di dalam masyarakat. Jika ada nasionalis hanya sibuk bekerja di gedung parlemen, (dan kantor kantor lembaga eksekutif dan yudikatif) dan kurang peka dengan persoalan rakyat marhaen di sekitarnya, maka mereka itu bukan nasionalis. Seorang sosio-nasionalis, dalam pengertian Bung Karno, nasionalis yang mau memperbaiki masyarakat dan juga anti segala stelsel (sistem) yang mendatangkan kesengsaraan bagi masyarakat itu.

YUDYA PRATIDINA MARHAENIS!

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image