Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Prof. Dr. Budiharjo, M.Si

Patung Bung Karno

Politik | 2023-07-10 19:30:49
Selain membangun patung fisik Bung Karno, Pemerintah sejatinya juga harus membangun "patung" Bung Karno dalam setiap benak masyarakat Indonesia.

Patung merupakan ekspresi visual dalam budaya Nusantara. Dalam konteks kebudayaan, nilai estetik pada karya desain dapat dipahami sebagai upaya membangun penyadaran terhadap "sesuatu". Patung Bung Karno yang sekarang ini digalakkan pendiriannya di sejumlah tempat menjadi proses apresiasi terhadap Sang Proklamator agar terjadi penyadaran kolektif tentang pentingnya perjuangan founding fathers.

Sisi penyadaran bisa dimaknai positif atau negatif. Menjadi positif apabila dilakukan melalui peningkatan apresiasi atas perjuangan memerdekakan Indonesia dari belenggu penjajahan. Namun, di sisi lain juga bisa berarti politisasi terhadap sosok Bung Karno karena hakikatnya kemerdekaan Indonesia melibatkan banyak kalangan dan unsur-unsur nasional. Di situ ada Bung Hatta, Sutan Sjahrir, Agus Salim, Mohamad Yamin, Mohamad Natsir dan masih banyak lagi.

Penghormatan terhadap sosok Bung Karno adalah meneruskan ajarannya tentang nasionalisme, persatuan, pembangunan bangsa hingga slogannya yang fenomenal, berdikari (berdiri di atas kaki sendiri). Bung Karno adalah sosok orator ulung di atas mimbar. Pidatonya berapi-api laksana singa yang mengaum. Kobaran kata-kata itu mampu membakar siapa pun yang mendengarnya. Ini adalah contoh dari pidatonya yang membakar, "Lihat, dia menjalankan tugasnya oleh karena dia cinta kepada tanah airnya. Dia berperang untuk bangsanya. Dia bersedia mati demi kehormatan tanah airnya. Begitupun....kita...harus!!!"

Hal yang relevan tentang ajaran Bung Karno adalah marhaenisme yakni asas perjuangan untuk melawan segala bentuk penindasan kolonialisme, kapitalisme dn imperialisme. Geopolitik saat ini menunjukkan bahwa kolonialisme dan imperialisme masih terjadi di belahan bumi berbeda. Jika kita tidak waspada, ancaman tersebut bukan tidak mungkin akan mengguncang tanah air kita. Tentu, hal ini harus kita lawan dan semaikan kembali ajaran Bung Karno.

Jika bicara Bung Karno, maka kita harus bicara pula tentang Bung Hatta. Keduanya adalah sejoli proklamator Indonesia yang memiliki banyak jasa. Pertalian Bung Karno dan Bung Hatta adalah "dari dwitunggal, menjadi dwitunggal dan akhirnya dwitunggal". Kedua tokoh besar ini masing-masing menjadi panji-panji perjuangan antar elemen bangsa di masa pergerakan melawan kolonialisme. Gagasan keduanya sama yakni mencapai Indonesia merdeka dan menjadi dwitunggal menghilangkan segala perbedaan demi mencapai cita-cita bersama.

Patung Peradaban Bung Karno

Selain membangun patung fisik Bung Karno, Pemerintah sejatinya juga harus membangun "patung" Bung Karno dalam setiap benak masyarakat Indonesia. Mengapa hal itu penting? Membangun alam pikir lebih kuat dibandingkan membangun alam fisik. Lagu Indonesia Raya saja mendahulukan "Bangunlah Jiwanya, Bangunlah Badannya". Jiwa dulu yang dibangun baru badan.

Setelah 77 tahun merdeka, tentu kita membutuhkan kekuatan ekstra untuk menyatukan bangsa. Kita tidak perlu lagi memperdebatkan siapa yang lebih dominan mencetuskan proklamasi. Kita tidak perlu lagi memperdebatkan kapan sebenarnya hari lahir Pancasila. Apakah kita merdeka berkat perjuangan sendiri atau suatu insidensi sejarah. Perdebatan itu bukan hal relevan. Jauh lebih penting untuk melihat faktor apa yang menyebabkan kita masih eksis dan bersatu seperti sekarang. Apa kekuatan yang mendalam dan luar biasa yang menyebabkan kita bertahan sebagai bangsa hingga saat ini?

Mengapa Repbulik Indonesia Serikat (RIS) hanya mampu bertahan setahun dan setelah itu kenapa semuanya ingin kembali bersatu dalam wadah Republik Indonesia? Mengapa rakyat Aceh mau menyumbangkan pesawat terbang Seulawah bagi Republik Indonesia? Kenapa rakyat Sumatera Barat rela mengumpulkan iuran bagi Republik yang masih mudah usia ketika itu? Kenapa ribuan warga kota Surabaya rela mengorbankan jiwa raganya melawan kembali penjajah? Itu menjadi sederet pertanyaan yang seharusnya terbersit dalam sanubari kita.

Patung Bung Karno seharusnya menjadi pemicu untuk merenungkan kembali perjuangan para pendiri bangsa. Kita harus berpikir kembali tentang semangat Sang Proklamator. Kita harus mengkaji kembali faktor apa yang menjadi pengikat bangsa dan apa yang memecah belah.

Dengan memahami kembali sejarah-sejarah yang termaktub dalam Di Bawah Bendera Revolusi, maka patung Bung Karno bukan semata pajangan di jalanan. Tapi, dia menjadi pengingat bahwa Bung Karno dan pejuang-pejuang lainnya sangat berjasa membawa bangsa dan negara ini menjadi Republik Indonesia yang kita cintai ini. Sebuah Republik yang terdiri dari berbagai macam suku, agama, ras dan pandangan-pandangan politik. (*)

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Terpopuler di

 

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image