Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Akhdan Yafie

Pandangan Marxisme pada Tokoh Akhmad dalam Novel Senja di Jakarta Karya Mochtar Lubis

Sastra | Monday, 03 Jul 2023, 05:03 WIB
https://www.goodreads.com/book/show/1921356.Senja_di_Jakarta

Sastra merupakan pemikiran yang imajinatif sehingga muncul sebuah karya sastra seperti prosa, puisi dan drama. Sastra juga sebagai warisan sejarah bagi setiap Negara. Dalam konteks seperti ini sastra ada karena apa yang dirasakan pengarang seperti keresahan seorang pengarang dan dituangkan dalam bentuk karya sastra. Mengingat fakta bahwasannya sastra bagian tak terpisahkan dari cara berpikit, bentuk-bentuk abstrak dan struktur kolektif, pembahasannya cukup menyulitkan (Escarpit, 2005).

Karya sastra adalah hasil dari pemikiran pengarang yang dituangkan dan dijadikan suatu bentuk karya semcam novel. Dari segi isi, sastra biasa nya berupa esai yang tidak mengandung fakta melainkan fiksi. Sastra berbeda dari banyak bentuk tulisan lainnya, seperti berita, laporan perjalanan, buku sejarah, biografi, dan tesis, dalam bentuk tulisan itu menyampaikan informasi berupa fakta (Damono, 2006). Dalam sastra tidak ada larangan untuk berimajinasi dan sangat tidak terbatas. Karya sastra seperi tempat berkeluh kesah pengarang, begitu indahnya sebuah karya sastra bagi pengarang. Sebuah novel bukan hanya refleksi realitas, tetapi di samping itu menawarkan refleksi realitas yang lebih lengkap, lebih hidup dan lebih dinamis yang dapat melampaui pemahaman umum. Sebuah karya sastra tidak hanya mencerminkan fenomena individu dalam bentuk yang tertutup, tetapi merupakan proses yang hidup (Sehandi, 2014:179).

Mochtar Lubis adalah seorang jurnalis, penulis, dan sastrawan, berkelahiran Padang Sumatra Barat pada tanggal 7 Maret 1922. Ia pernah menjadi wartawan LKBN Antara dan harian merdeka. Ia juga menjadi pemimpin majalah masa Indonesia pada tahun 1947 dan harian Indonesia Raya (1951-1974). Harian Indonesia Raya sempat dilarang terbit selama beberapa tahun. Karya-karya Mochtar Lubis yang terkenal dan tidak diragukan lagi adalah Jalan Tak Ada Ujung, Harimau! Harimau!, dan Senja di Jakarta. Novel Senja di Jakarta yang menceritakan kondisi Jakarta pada masa itu di gambarkan oleh setiap tokohnya dan mengungkapkan kekecewan terhadap situasi sosial yang melingkupi kota Jakarta.

Teori marxisme adalah pandangan dari Karl Marx yang dipelopori olehnya dan biasanya para penganut teori Marxisme mendasarkan teori pada doktrin Manifesto Komunis. Sejarah telah banyak perkembangan yang terjadi terus-menurus. Cita-cita luhur kaum marxisme ialah mencapai masyrakat sosialis. Menurut Karl Marx (1818-1883), sastra dan semua gejala kebudayaan lainnya, terikat kelas-kelas sosial dan mencerminkan pola hubungan ekonomi yang ada dalam masyrakat.

Pada novel Senja Di Jakarta seorang tokoh bernama Akhmad yang berpandangan tentang marxisme dan mengemukakan pendapat bahwa marxisme bisa merubah keadaan di Indonesia. Novel Senja Di Jakarta pun turut menceritakan keadaan Indonesia dan mengambil dari sisi Jakarta kala itu. Akhmad adalah seorang pemimpin buruh yang selalu berpikir bahwa demokrasi di Indonesia bisa berubah dengan adanya pandangan marxisme, menurutnya. Suatu ketika ia berpendapat di tengah perbincangan tentang masalah-masalah bagi bangsa.

“Menurut Marx dan Engels, sistem produksi menentukan proses penghidupan sosial, politik dan intelektual manusia. Di sinilah sumber krisis kita. Di sinilah juga sumber krisis kebudayaan kita. Karena sistem produksi di negeri kita bukan saja bersifat imperialisme, bentuk tertinggi dari kapitalisme...” (Lubis, 2009:61).

Kutipan di atas Akhmad berpendapat bahwa teori marxisme bisa menyelesaikan masalah yang terjadi terhadap bangsa. Walaupun pendapatnya di cekal dan tidak di setujui oleh teman-teman nya, Akhmad tetap dengan pandangan marxisme bisa merubah keadaan bangsa Indonesia. Karena teori marxisme mendasarkan teori nya terhadap doktrin komunis. Teman-teman Akhmad tidak setuju dengan pandangannya. Dengan atas dasar Pancasila Indonesia berdiri dan terdapat kata tuhan yang maha esa pada sila pertama. Maka, komunis di Indonesia sangat di cekal keberadan nya pada era sesudah reformasi.

“Jika kita suka memandang masalah-masalah kita, dan masalah kita dengan dunia, karena saya rasa hanyalah ini yang paling tepat untuk meninjaunya, kita dan kita dengan dunia, dengan ukuran-ukuran marxisme, maka segala keruwetan akan dapat dibikin jelas. Jika kita mau berpegang pada historis-materialisme, maka persoalan kita dengan segera dapat dipecahkan. Marx mengutamakan inisiatif historis massa. Bacalah buku karangan Lenin mengenai Marx, Engels dan Marxisme ” (Lubis, 2009:138).

Kutipan di atas Akhmad senang di beri kesempatan untuk menjelaskan tentang teori marxisme, namun akhirnya ia kesal. Karena jawaban yang ia dapat dari teman-teman nya tidak mendukung dengan apa yang sudah ia katakan tentang pandangan marxisme. Akhmad ingin sekali teman-teman nya berpandangan marxisme. Bahwa pandangan itu tidak salah dan benar, jika di coba dahulu. Karena gusar dan kesal dengan jawaban teman-teman nya, akhmad pun keluar dari diskusi yang tiap pekan diadakan untuk menyelesaikan masalah pada bangsa dan untuk masa depan bangsa.

Pada dasarnya diskusi di adakan untuk memecahkan masalah dan mencari jalan keluar. Tokoh Akhmad yang keras kepala dengan pilihan nya, begitu juga dengan pandangan marxisme nya. Karena marxisme mengacu pada komunisme membuat paham seperti ini sangat tidak di terima bagi bangsa. Akhmad selalu ingin terdepan untuk memecahkan masalah, tapi ia lupa bahwa yang di perjuangkan bukan lagi diri sendiri melainkan semua bangsa. Karena keeogisan nya sifat Akhnad membuat diri nya lupa. Teori marxisme yang di ambil dari tokoh Akhmad sangat relevan dan novel Senja Di Jakarta banyak sekali persoalan antara keadaan sosial, ekonomi dan politik.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image