Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Elrika Meuthia

Rokok Kretek, Warisan Budaya Indonesia yang Menjadi Penyebab Kemiskinan Bangsa

Eduaksi | Monday, 05 Jun 2023, 14:26 WIB

Kemiskinan, adalah satu kata yang menjadi permasalahan serius yang tak kunjung padam baik didalam negeri maupun diluar negeri, kemiskinan tetap menjadi isu sentral di belahan negeri manapun. Baik negara maju ataupun negara berkembang, tidak pernah terlepas dari masalah kemiskinan. Kemiskinan merupakan suatu fenomena yang selalu diusahakan untuk diminimalisasi, bahkan bila mungkin dihilangkan. Namun, dalam kenyataannya kemiskinan masih selalu melekat dalam sendi-sendi kehidupan manusia.

Dikutip dari Wikipedia tentang pengertian kemiskinan, kemiskinan adalah keadaan di mana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan. Kemiskinan merupakan permasalahan global. Sebagian orang memahami istilah ini secara subyektif dan komparatif, sementara yang lainnya melihatnya dari segi moral dan evaluatif, dan yang lainnya lagi memahaminya dari sudut ilmiah yang telah mapan, dan pemahaman dari sudut lainnya.

Kemiskinan merupakan fenomena sosial yang tidak dapat diatasi dengan mudah

Menurut INDEF tahun 2009 yang memproyeksikan jumlah penduduk miskin mencapai 40 juta (16,8%). Sedangkan dari data Badan Pusat Statistik (BPS) telah merilis data kemiskinan berdasarkan September 2017 mencapai 10,12%. Menurun dari tahun sebelumnya di periode yang sama sebesar 10,7%.

Dari data yang telah saya paparkan diatas, sangat jelas bahwa kemiskinan merupakan masalah publik yang selalu ada dari waktu ke waktu. Kemiskinan bukanlah masalah yang datang dengan sendirinya kedalam masyarakat, tetapi kemiskinan merupakan masalah yang muncul akibat fenomena sosial yang dapat menjadi faktor munculnya kemiskinan. Kemiskinan memiliki banyak faktor pemicu, sebagian besar dari faktor penyebab kemiskinan adalah dari komoditi pangan, seperti beras, mie instan, telur ayam ras, daging sapi, dan sebagainya. Namun, ada satu komditi non pangan yang merupakan komditi terbesar kedua yang menyumbang kemiskinan, yaitu rokok kretek filter.

Badan Pusat Statistik (BPS) telah merilis data kemiskinan berdasarkan September 2017 mencapai 10,12%. Menurun dari tahun sebelumnya di periode yang sama sebesar 10,7%. Adapun rokok kretek filter menjadi penyumbang kemiskinan terbesar nomor dua setelah beras. Di perkotaan rokok kretek filter menyumbang sebesar 9,98%, sedangkan di desa 10,70%.

Hal tersebut diketahui dari profil kemiskinan per Maret 2018 yang diperlihatkan melalui Garis Kemiskinan (GK) menurut daerah perkotaan serta pedesaan. Secara nasional, sumbangan Garis Kemiskinan Makanan (GKM) terhadap GK pada Maret 2018 sebesar 73,8 persen. Ini menampakkan peranan komoditi makanan masih jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan. (Kompas.com)

Dijelaskan dalam kompas.com bahwa ada tiga komoditas makanan terbesar yang memberi sumbangan terhadap kemiskinan, yakni beras, rokok kretek filter, serta telur ayam ras. Tiga komoditas ini merupakan penyumbang terbesar terhadap kemiskinan, baik yang terjadi di perkotaan maupun di perdesaan.

Beras tercatat menyumbang 20,95 persen terhadap kemiskinan di perkotaan dan 26,79 persen di perdesaan. Kemudian rokok kretek filter menyumbang 11,07 persen terhadap kemiskinan di perkotaan serta 10,21 persen di perdesaan.

Sementara telur ayam ras berkontribusi terhadap kemiskinan 4,09 persen di perkotaan serta 3,28 persen di perdesaan. Adapun komoditi berikutnya yang menyumbang terhadap angka kemiskinan di antaranya daging ayam ras, mi instan, hingga gula pasir di mana samasama didapati di perkotaan maupun perdesaan, namun hanya berbeda urutannya.

Adapun komoditi bukan makanan yang ikut memberi sumbangan terbesar untuk kemiskinan, baik di perkotaan dan perdesaan, adalah perumahan, bensin, listrik, pendidikan, hingga perlengkapan mandi.

Secara keseluruhan, persentase kemiskinan Indonesia per Maret 2018 mencapai titik terendah sejak tahun 1999, yakni 9,82 persen atau setara dengan 25,95 juta penduduk miskin. Posisi ini berkurang 633,2 ribu orang dibanding posisi terakhir pada September 2017 sebesar 26,58 juta orang penduduk miskin.

Dari data di atas, dapat kita simpulkan bahwa rokok sangat merugikan baik itu untuk diri sendiri, namun juga merugikan dalam cakupan yang luas, yaitu salah satu penyebab kemiskinan. Sebelum kita membahas lebih lanjut mengenai rokok sebagai penyumbang kemiskinan di Indonesia, kita harus mengetahui dulu beberapa penjelasan mengenai rokok filter.

Adanya pasal kretek dalam Rancangan Undang-undang (RUU) Kebudayaan menuai protes dari berbagai pihak. Ketua Komisi Nasional Pengendalian Tembakau Priyo Sidipratomo mengatakan, pasal kretek jelas harus dihapus dari RUU Kebudayaan sebelum menjadi undang-undang. (kompas.com)

Rokok kretek memang merupakan rokok khas Indonesia yang terbuat dari tembakau dan cengkeh, namun bukan berarti rokok kretek membawa dampak negatif bagi kita, justru rokok tetaplah hal yang sangat berbahaya untuk tubuh, khususnya bagi kesehatan. Banyak sekali penyakit yang disebabkan oleh merokok. Mungkin pada awalnya tidak terdapat gejala bahaya dari merokok, namun semakin lama seseorang merokok maka perlahan-lahan penyakit akan datang pada orang tersebut.

Bahaya mengkonsumsi tembakau dan merokok terhadap kesehatan merupakan sebuah kebenaran dan kenyataan yang harus diungkapkan secara sungguh-sungguh kepada seluruh lapisan masyarakat. Dengan demikian, masyarakat benar-benar memahami, menyadari, mau dan mampu menghentikan kebiasaan merokok dan menghindarkan diri dari bahaya akibat asap rokok. Selama ini, masyarakat telah terbuai denganpropaganda dan iklan rokok yang aduhai. Padahal itu tidak lebih dari sebuah kebohongan yang terus diulang-ulang, sehingga menjadi diyakini dan terinternalisasi dalam diri.

Data Kementerian Kesehatan menunjukkan peningkatan prevalensi perokok dari 27% pada tahun 1995, meningkat menjadi 36,3% pada tahun 2013. Artinya, jika 20 tahun yang lalu dari setiap 3 orang Indonesia 1 orang di antaranya adalah perokok, maka dewasa ini dari setiap 3 orang Indonesia 2 orang di antaranya adalah perokok.

Keadaan ini semakin mengkhawatirkan karena prevalensi perokok perempuan turut meningkat dari 4,2% pada tahun 1995 menjadi 6,7% pada tahun 2013. Dengan demikian, pada 20 tahun yang lalu dari setiap 100 orang perempuan Indonesia orang diantaranya adalah perokok, maka dewasa ini dari setiap 100 orang perempuan Indonesia 7 orang diantaranya adalah perokok.

Hasil penilitian USPHS (United States Public Health Service) yang dimulai pada tahun 1995, dalam laporan yang dipublikasi tahun 1982, menyatakan bahwa “satu batang rokok akan memperpendek usia sekita lima setengah menit terhadap perokok”. Tingkat kematian orang yang merokok 10 sampai dengan 19 batang per hari, 70% lebih tinggi dibanding dengan mereka yang bukan perokok. Ancaman kanker peru-paru dan kanker lainnya akibat asap rokok terhadap generasi muda semakin mengkhawatirkan. Hal itu terbukti dari hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional pada 2001 dan 200 yang dilakukan oleh Biro Pusat Statistik, yang memperlihatkan terjadinya peningkatan jumlah perokok di bawah 19 tahun.

Dari data-data yang telah dipaparkan di atas, mnunjukkan bahwa sangat banyak pengguna rokok dan meningkat dari waktu ke waktu, padahal semua perokok sudah tahu jelas mengenai dampak negatif dari merokok. Perokok seolah menutup mata dan tidak peduli dengan dampak buruk yang akan timbul karena hal tersebut. Jika dipikirkan dengan akal sehat, tidak ada manfaat yang ditimbulkan dari merokok.

Rokok tidak memberikan manfaat apapun

Pertama, merokok sangat berdampak negatif bagi kesehatan masyarakat. Kedua, dengan merokok maka asap rokok yang kita hasilkan juga berdampak buruk bagi kesehatan orang lain. Selanjutnya, orang yang telah kecanduan merokok sangat sulit untuk menghentikan kebiasaan merokoknya sehingga dia menganggap kebiasaan merokok merupakan kebutuhan primernya. Semakin banyak rokok yang dikonsumsi, dapat mengurangi pendapatan orang tersebut, sehingga merokok merupakan indikator yang menyebabkan kemiskinan. Rokok merupakan salah satu komoditi terbesar yang menyumbangkan kemiskinan di Indonesia.

Dengan itu, alangkah baiknya apabila ada kesadaran sendiri dari individu untuk memahami betapa buruknya merokok bagi kesehatan dan juga perekonomian di Indonesia, berhenti merokok dapat dilakukan dengan beebrapa cara alami, yaitu cari hobi baru yang sesuai dengan passion anda, kurangi asupan kafein seperti kopi. Pasalnya kafein akan dua kali lebih efektif ketika nikotin berkurang. Hindari orang-orang yang edang merokok dan dengarkan nasihat orang-orang yang kontra untuk anda merokok. Mencari bantuan professional seperi psikiater, karena kecanduan merokok biasanya adalah kecanduan psikologis.

Sebenarnya, sudah banyak individu yang berhenti mengkonsumsi rokok dan beralih ke vape. Pada awalnya, vapor merupakan alternative menarik untuk berhenti merokok. Namun lama kelamaan, terungkap juga bahwa jika vape memiliki dampak buruk bagi kesehatan. Kesehatan paru-paru, jantung, dan juga kanker ternyata juga berisiko diidap para pengguna vapor. Terlebih lagi vapor juga dapat membuat seseorang kecanduan untuk mengonsumsinya sama seperti rokok.

Jadi, cara berhenti merokok dengan menggunakan vape sebenarnya tidak terlalu efektif. Apabila anda tetap ingin menempuh cara berhenti merokok dengan vape, sepertinya anda harus menggunakannya saat terpaksa, dimana anda sangat membutuhkan rokok. Itu pun hanya untuk menggantikan sensasi asap rokok. Selebihnya, tetap jalani cara lain untuk berhenti merokok secara alami sehingga bias berhenti secara bertahap hingga berhenti total.

Pemerintah juga harus melakukan upaya yang lebih serius terhadap perokok, seperti dibuatnya Undang-Undang larangan merokok di tempat umum, karena setidaknya asap rokok yang dihasilkan oleh seorang perokok tidak berdampak buruk dan menyebar kepada orang lain yang tidak merokok. Dengan begitu dampaknya akan mengurangi ancaman penyakit bagi perokok pasif.

Kesimpulan

Kesimpulan dari artikel ini, bahwa rokok merupakan hal yang sangat buruk, karena dampaknya bukan hanya mempengaruhi kesehatan, tetapi juga memiliki dampak yang lebih luas lagi, yaitu terhadap perekonomian Indonesia. Karena rokok merupakan komoditi nomor dua terbesar yang menyebabkan kemiskinan. Jadi, diperlukan kesadaran dari masyarakat perokok terhadap dampak-dampak tersebut, karena dengan berhenti merokok, kita tidak hanya bias menyelamatkan kesehatan diri sendiri, tetapi juga dapat menyelamatkan bangsa dari kemiskinan.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image