Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Arifah Salwa

Melihat Stunting dari Kacamata Politik Indonesia

Politik | Wednesday, 31 May 2023, 19:54 WIB

Ilustrasi balita stunting (Simon Townsley/The Telegraph)

Stunting. Satu kata yang mendeskripsikan permasalahan di bidang kesehatan yang umumnya masih sering terjadi sampai sekarang ini. Kekurangan asupan gizi kronis sehingga menyebabkan bayi dan balita di bawah umur 5 tahun mengalami hambatan pertumbuhan fisik, yang juga berpengaruh pada efek kekuatan otak. Seperti, berkurangnya fungsi kognitif dan perkembangan motorik yang tertunda.

Jika selama ini isu stunting selalu dikaitkan oleh permasalahan kesehatan, lantas bagaimana birokrasi dari pemerintah turut mempengaruhi angka stunting?

Para balita menangis, meringkih, dan mengadu ke ibunya bahwa perut kecilnya kelaparan. Tidak meratanya distribusi makanan, pengalihan isu politik yang membuat masalah stunting ini belum usai di Indonesia. Sampai kapan isu kesehatan ini dikorbankan demi birokrasi politik yang merucut ke dalam. Kementerian Sekretariat Negara Republik Indonesia berharap, angka stunting di tahun 2024 bisa turun hingga 14%. Hal ini mungkin terjadi jika politik Indonesia turut mengawal dan mendukung penyelesaian permasalahan ini. Sistem birokrasi politik pemerintahan dalam menanggulangi penyakit stunting ini sangat berpengaruh besar terhadap angka penurunan penyakit stunting di Indonesia, mulai dari sektor fasilitas sarana dan prasarana, bidang kesehatan, hingga bidang sosial dan ekonomi harus dilihat secara komprehensif dan mendalam.

Pada saat kampanye politik, banyak paslon yang menjadikan program kerjanya adalah mengatasi stunting pada anak, pertanyaannya apakah mereka benar-benar paham atau hanya menjadikan janji-janji saat kampanye saja? setelah itu melupakannya secara singkat. Realitanya, permasalahan stuting ini belum kunjung usai dan belum dapat ditangani secara maksimal. Bagaimana kita membentuk dan membangun komitmen kepada pemangku pemerintah dalam mengatasi masalah ini karena sangat begitu banyak dampaknya yang akan terjadi. Seperti berpengaruh pada kecerdasan anak, ekonomi yang rendah saat dewasa, pertumbuhan terhambat, bahkan mempengaruhi ke generasi berikutnya. Peningkatan risiko penyakit degenerative berdampak pada penurunan pertumbuhan ekonomi sehingga mengakibatkan berkurangnya GDP (Gross Domestic Product), berkurangnya pendapatan pekerja produktif hingga 20%, dan meningkatnya kesenjangan di dalam masyarakat.

Di Indonesia sendiri, Stunting dimulai sejak anak berada dalam1000 HPK (seribu hari pertama kehidupan) yang studinya berfokus pada ibu hamil dan gigitan 1000 HPK, atau hal ini sering disebut dengan intervensi spesifik dan intervensi gizi sensitif. Dalam gerakan 1000 HPK ini merupakan pembaruan dari efektifitas dan inisiatif yang telah ada, yang bertujuan untuk menanggulangi dan meningkatkan dalam koordinasi, seperti dukungan teknis advokasi tingkat tinggi dan berinovatif serta partisipatif yang tujuannya untuk meningkatkan tingkat kualitas gizi dan kualitas kesehatan masyarakat.

Di negara kita sendiri, telah melaksanakan berbagai intervensi dan tupoksi terkait dengan penurunan angka stunting dan masalah gizi lainnya yang dilaksanakan oleh berbagai kementerian dan lembaga daerah atau negara. Maka dari itu, diperlukan komitmen untuk menjamin pelaksanaan koordinasi dan pendistribusian sampai pada tahap yang maksimal, supaya upaya ini dikaji dan di birokrasikan lebih lanjut oleh para pemangku kepentingan pemerintah. Contohnya kita dapat berkaca dari negara Brazil, Brazil merupakan salah satu dari sekian negara yang berhasil menurunkan angka stunting dengan cukup drastis. Brazil berhasil menurunkan angka stunting pada tahun 1996 yaitu dari 13,5% menjadi 6,8 % pada tahun 2006-2007. Kesuksesan Brazil juga didukung oleh kepemimpinan politik desentralisasi negaranya yang berjalan dengan efektif, serta keterlibatan penduduk sipil yang responsive dan aktif dalam menanggulangi stunting. Pemerintah Brazil tidak hanya menunjukkan kemauan politik yang kuat untuk berperang dalam menanggulangi stunting. Tetapi, juga mengupayakan secara strategis dalam kebijakan dan program besar untuk meningkatkan akses tersendiri ke pelayanan sosial. Hal ini menunjukkan bahwa dedikasi dan semangat Pemerintah Brazil sangat tinggi.

Fakta dari suatu penelitian mengatakan, implementasi kebijakan dan program pembangunan multisektor sangat penting dalam mengentaskan kemiskinan, pelayanan kesehatan, serta program gizi terbuka untuk masyarakat yang membutuhkan. Maka dari itu, diperlukan birokrasi kepemimpinan daerah dan kepemimpinan nasional yang maksimal untuk meningkatkan partisipatif seluruh pemangku kepentingan bukan hanya dari pemerintah saja. Melainkan dunia usaha, organisasi non-government, serta masyarakat. Hal ini sesuai dengan sebuah keberhasilan dari hasil penelitian serta evaluasi UNICEF selama kurun lebih 2013-2018. Bukti tersebut juga diperkuat dengan implementasi politik dalam hal efektivitas program dan meningkatkan kinerja dalam penanggulangan masalah stunting serta, peningkatan akses ketersediaan makanan bergizi yang keterkaitan dengan pertanian, bekerjasama dengan badan PBB untuk membantu beberapa anak yang mengalami kekurangan asupan gizi atau terkendalanya distribusi makanan bergizi di daerah tersebut, memperkuat akuntabilitas dan struktur insentif dalam menanggulangi permasalahan stunting yang melibatkan sektor-sektor sensitive maupun non-sensitive dalam melakukan desain program penanggulangan masalah stunting, serta tidak kalah penting mengalokasi anggaran yang kredibel dan maksimal untuk sektor dan masyarakat yang memiliki urgensi tinggi

Tantangan terbesar yang dihadapi Indonesia pada saat ini adalah bagaimana negara kita bisa mewujudkan komitmen bagi seluruh komponen bangsa dalam menurunkan angka stunting. Dapat disimpulkan, cara dan langkah-langkah dalam menurunkan angka stunting tidak hanya dilihat dari aspek kesehatan. Tetapi, aspek lain seperti ekonomi, sosial politik, dan budaya turut mempengaruhi permasalahan ini. Serta diperlukan koordinasi yang baik dalam menanggulangi masalah ini. Dilansir dari Pusat Pendidikan dan Pelatihan (Pusdiklat) Koordinasi merupakan suatu usaha yang teratur untuk menyediakan jumlah serta waktu yang sesuai dalam mengarahkan pelaksanaan untuk menghasilkan suatu tindakan yang seragam dan harmonis pada sasaran tertentu.

Daftar Pustaka

Beal, Ty et al. 2018. “A Review of Child Stunting Determinants in Indonesia.” Maternal and Child Nutrition 14(4): 1–10.

Budiastutik, Indah, and Achadi Nugraheni. 2018. “Determinants of Stunting in Indonesia: A Review Article.” International Journal Of Healtcare Research 1(1): 2620–5580.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image