Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Hasna Aushaf Fakhiratunnisa

Peran Media Massa dalam Menggiring Opini Masyarakat

Politik | Friday, 19 May 2023, 21:36 WIB
Di susun oleh : Hasna Aushaf F.

Pada masa orde baru media massa tidak di perbolehkan bertentangan atau melawan pemerintah dengan ekstrim. Pada saat itu peranan media massa terutama koran, radio dan televisi sangat dibatasi pergerakan nya dan hanya menayangkan dan meliput berita yang sesuai dengan keinginan pemerintah. Pada massa itu Pers yang melawan pemerintah akan mendapatkan sanksi yang berdampak buruk untuk perusahaan media yang meliput. Pengaruh dan intervensi pemeritah sangat besar terhadap Pers yang menjadikan pers bukan lagi media tayang yang sesuai dengan fakta yang ada. Seiring berjalan nya waktu dan semakin berkembangnya masa, hal tersebut sudah tidak terjadi lagi pada periode reformasi sekarang ini. Bahkan saat ini justru media massa tampak lebih intens dan terkesan garang dalam menyoroti kegiatan kepemerintahan baik ditingkat daerah maupun pusat. Namun disisi lain media massa juga bisa dijadikan wahana ekspresi, sosialisasi dan komunikasi sejumlah pejabat dalam meningkatkan citra diri kehadapan masyarakat luas bahkan dapat pula menjadi ajang promosi atau kampanye diri agar masyarakat memilih dirinya dalam kontestasi pemilihan kekuasaan politik di Indonesia. Terlebih pada saat ini media massa sangat berperanan cukup penting dalam memengaruhi masyarakat dalam pembentukan opini publik dengan secara praktis memenangkan politik nya. Saat ini sering sekali terjadi media massa memengaruhi opini publik untuk mendukung suatu tokoh atau pelaku politik praktis secara berlebihan. Saking senangnya media massa atas sosok pemimpin tersebut membuat dirinya menjadi irasional dalam menggiring opini dan tidak lagi mendidik masyarakat dalam mengkritisi hal-hal yang sepatutnya perlu dilakukan. Mereka yang belum cukup matang dalam memahami sosok pemimpin dan kepemimpinan mungkin bisa saja “terjebak” atau terperangkap oleh skenario besar media massa untuk memenangkan kandidat tertentu. Tokoh-tokoh yang diliput dan kerap diberitakan oleh media massa akan menjadi sangat popular. Nampak sekali bahwa tokoh-tokoh itu juga “Menikmati” peliputan tentang dirinya. Sekarang banyak sekali media massa yang meliput tokoh-tokoh bukan lagi meliput kegiatan yang positif atau hal yang berhubungan dengan tugas utama seorang tokoh masyarakat Seperti melakukan sosialisasi terhadap masyarakat, penyuluhan dan lain sebagai nya. Justru sekarang media lebih banyak meliput kegiatan mereka yang tidak berfaedah seperti bernyanyi, makan di warteg dan juga ucapan komentar tokoh tersebut atas program yang ditayangkan disejumlah stasiun televisi di Indonesia. Tayangan mengenai pemerintah saat ini justru lebih terkesat seperti sedang meliput selebritas, tidak lagi mendidik yang membawa masyarat untuk berfikir rasional. Karena nya tidak jarang dari masyarakat saat ini yang enggan memilih kandidat tokoh -tokoh yang ada. Karena minim nya informasi juga program kerja mereka yang sebenarnya. Yang masyarakat lihat saat ini hanyalah tokoh politik yang tengah belomba-lomba menaikan eksistensi mereka di media sosial, terlalu membanggakan dirinya dengan seluruh visi misi dan program kerja nya namun kemampuan nya dalam merealisasikan hal tersebut sangatlah nihil. Karna nya banyak masyarakat yang geram dan mulai tidak percaya akan semua yang mereka katakan. Oleh karena itu sudah sepantasnya kita sebagai rakyat yang peduli politik untuk tidak serta merta begitu percaya terhadap media yang acapkali memiliki kepentingan-kepentingan tertentu. Kita harus lebih pintar dan berfikir terbuka apalagi di masa masa modern saat ini yang sudah banyak sekali teknologi-teknologi canggih yang dapat di gunakan dengan baik untuk mengulik informasi dan mengutarakan opini yang dapat ikut serta membangun pemerintahan yang tidak sepihak. Kita harus membersihkan opini publik tentang dunia politik praktis di Indonesia yang dikenal dengan istilah “Tidak ada kawan dan lawan abadi tetapi yang ada hanyalah kepentingan abadi para pelaku politik praktis tersebut”. Istilah, pandangan semacam ini sangat tidak etis dan menyalahi tujuan mulia politik itu sendiri yang menempatkan keadilan dan kemakmuran rakyat nya.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image