Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Amelia Febrianita

Johne's Disease: Kekurusan, Diare Parah, Hingga Radang Usus Kronis pada Sapi

Edukasi | Wednesday, 17 May 2023, 23:07 WIB

Johne’s Disease atau penyakit paratuberkulosis merupakan gangguan yang berupa radang usus kronis tersifat, yang pada tahap stadium akhirnya berupa diare kronis. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Mycobacterium paratuberculosis. Penyakit ini ditemukan oleh ahli bakteriologi yang bernama Heinrich A. Johne dan Frothingham pertama kali pada sapi di Jerman pada tahun 1895. Penyakit ini telah tersebar ke seluruh dunia dan telah menyebabkan kerugian ekonomi yang besar dalam dunia peternakan. Kerugian ekonomi akibat penyakit paratuberkulosis ini berupa singkatnya umur harapan hidup hewan, hewan diafkir karena terjadi penurunan kualitas baik itu kualitas produksi susu maupun daging.

Gejala klinis yang berupa kekurusan dan kelemahan pada sapi. Foto: Google

Johne’s Disease atau paratuberkulosis merupakan salah satu penyakit menular pada hewan ruminansia seperti pada sapi, kambing, domba, babi, alpaca dan llama. Faktor penyebab hewan tersebut dapat terinfeksi biasanya adalah besarnya dosis infeksi, umur hewan, kondisi saat melahirkan, kekurangan atau kelebihan nutrisi, serta adanya agen immunosuprosif seperti virus diare ganas sapi. Selain faktor-faktor tersebut, johne's disease juga disebabkan oleh adanya pengaruh lingkungan. Lingkungan yang memiliki alkalinitas tanah yang tinggi memiliki tingkat kejadian infeksi yang tinggi, namun dengan gejala klinis yang rendah.

Hewan yang terjangkit paratuberkulosis akan mengeluarkan bakteri Mycobacterium paratuberculosis bersamaan dengan feses maupun susu yang diproduksinya. Pada manusia, susu hewan yang terkena paratuberkulosis dapat dihindari dengan cara melakukan HTST pasteurisasi, hal ini dikarenakan bakteri tersebut tidak dapat bertahan dalam keadaan bersuhu tinggi. Dampak lainnya bagi manusia adalah terjadinya kerugian ekonomi yang masih belum bisa diperkirakan jumlahnya (Chotiah, 2020). Menurut beberapa laporan, Johne’s Disease pada hewan memiliki kemiripan dengan penyakit radang usus pada manusia, yaitu Chron’s Disease sehingga beberapa peneliti menyebutkan bahwa penyakit paratuberkulosis dapat berkaitan dengan manusia. Namun, hal ini belum dapat dibuktikan secara ilmiah.

Bakteri Mycobacterium paratuberculosis juga peka terhadap cahaya matahari, kekeringan, tanah dengan tingkat pH yang tinggi dan tanah yang mengandung kalsium tinggi. Pada kawasan ternak hewan yang telah tercemar, bakteri ini mampu bertahan hidup tanpa berkembang biak atau akan inaktif sampai dengan satu tahun lamanya. Pada lingkungan yang mendukung terjadinya penularan, kemungkinan seluruh sapi yang ada akan terkena penyakit ini, terutama pada sapi dengan usia muda. Hewan yang diternakkan dalam lingkungan yang sudah tercemar akan secara terus-menerus mengeluarkan bakteri melalui fesesnya tanpa memperlihatkan gejala klinis yang signifikan. Infeksi bakteri Mycobacterium paratuberculosis pada sapi biasanya berlangsung sejak sebelum berumur 1 bulan. Namun, dengan proses inkubasi bakteri yang lambat, maka gejala klinis tidak akan terlihat sebelum sapi berumur 2 tahun.

Gejala klinis nyata pada sapi dapat berupa meningkatnya nafsu minum yang berlebihan namun nafsu makan sapi tetap baik, kekurusan atau penurunan berat badan yang disertai dengan adanya busung di bawah rahang bawah serta terjadinya penurunan produksi susu yang tidak disertai dengan kenaikan suhu tubuh. Selain itu, terdapat pula gejala klinis yang berupa encernya feses sapi, namun tidak berbau menyengat dan tidak berdarah. Diare yang awalnya hilang-timbul, lama kelamaan akan semakin parah hingga akhirnya menjadi diare menetap.

Secara patologi, johne's disease biasanya terbatas pada saluran pencernaan makanan. Pada sapi, terdapat lesi berupa penebalan dan pengkerutan pada mukosa ususnya, sedangkan pada domba dan kambing, lesi yang ditimbulkan berupa penebalan ringan pada mukosa dan pengapuran pada usus maupun pada kelenjar getah bening di daerah yang berkaitan.

Pada hewan liar, penularan johne's disease dapat terjadi melalui makanan, yaitu dengan tertelannya bakteri penyebab yang terdapat dalam pakan atau air minum yang tercemar feses hewan yang terjangit. Pada anak sapi, penularan dapat terjadi akibat mengkonsumsi susu induk yang terinfeksi atau karena pemberian susu yang tercemar feses yang mengandung bakteri Mycobacterium paratuberculosis. Selain itu, diketahui juga bahwa bakteri ini berhasil bertahan pada semen hewan jantan yang telah ditambah antibiotik dan dibekukan.

Berdasarkan penjelasan diatas, dapat kita simpulkan bahwa penyakit johne's disease ini memiliki sifat dapat menginfeksi hewan lain. Namun, dengan jalan penyakit yang lambat, proses infeksi yang tidak jelas asal mulanya serta masa inkubasi penyakit yang berlangsung sangat lama, dapat menyebabkan lambatnya penanganan terhadap hewan yang terinfeksi. Hal ini juga diperparah dengan tingginya daya bertahan hidup bakteri pada saat berada diluar tubuh hewan. Penyakit ini juga rentan terjadi pada hewan muda, sedangkan gejala klinis yang signifikan akan timbul pada saat hewan tersebut dewasa.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image