Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Bayu Gaung

MAHASISWA SEBAGAI BENTENG TERAKHIR PENJAGA DEMOKRASI

Politik | Tuesday, 27 Dec 2022, 20:46 WIB

Pemahaman Demokrasi

Demokrasi adalah suatu sistem pemerintahan rakyat sebagaimana adagium populer dari Presiden Amerika ke-16, Abraham Lincoln, yakni demokrasi adalah dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat (From people, by people and for people). Demokrasi merupakan sebuah sistem pemerintahan yang melibatkan rakyat dalam berlangsungnya tata kelola pemerintahan, sistem ini mengafirmasi bahwa pemerintahan ada demi rakyat secara komprehensif, bukan untuk segelintir elite penguasa singgasana perpolitikan seperti yang dewasa ini sering dipertontonkan.

Sistem "Demokrasi Pincang"

Kepincangan sistem demokrasi Indonesia bisa kita lihat dengan maraknya peristiwa pembungkaman nalar-nalar kritis pemuda, mahasiswa, dan masyarakat pada umumnya, money politik yang kian hari semakin tak terbendung penerapannya dalam kontestasi-kontestasi politik sangat sulit tuk dihilangkan. Jika banyak ahli atau pun tokoh nasional yang mengatakan kita hidup dalam negara yang menganut sistem demokrasi, penulis pun sepakat, namun sepakat jika dinamakan sistem “Demokrasi Pincang” yang sangat perlu pada penegakan.

Kepincangan demokrasi Indonesia menjadi tantangan tersendiri bagi kaum pemuda terkhusus kaum mahasiswa sebagai kaum intelektual. Peran mahasiswa dalam penegakan demokrasi Indonesia kini dipertanyakan, apa yang mahasiswa seyogianya lakukan guna dapat menegakan demokrasi Indonesia ? dalam menjawab tantangan realitas sosial saat ini ada pelbagai ikhtiar yang seyogianya dilakukan mahasiswa guna menegakan demokrasi Indonesia saat ini, seperti mahasiswa harus selalu peka dan sadar terhadap pelbagai fungsi dan tanggung jawab yang diemban seperti diantaranya mahasiswa sebagai agen of change, dan juga sebagai agen of control.

Mahasiswa Adalah " AGEN OF CONTROL "

Sebagai agen of control mahasiswa diharapkan mampu mengontrol pelbagai kebijakan pemerintah, cara mengontrol ini bisa dengan pelbagai cara, diantaranya dengan memberikan masukan seperti saran maupun kritikan melalui tulisan di media massa, dan juga bisa lewat aksi demonstrasi. Namun masalah yang kerap dihadapi mahasiswa ketika menyuarakan aspirasi (baik tulisan maupun demonstrasi) yakni seringnya pemerintah bersikap baperan, juga cenderung labil, dan kurang berfikir kritis dalam menyikapi aksi yang dilakukan mahasiswa dalam upaya menumbuh-kembangkan demokrasi melalui penyampaian aspirasi.

Sebagai Mahasiswa Terkadang mendapatkan tuduhan dari masyarakat mengenai Makar yang menimpa Golongan aktivis menjadi simbol belum hilangnya ketakutan pemerintah apabila mahasiswa mulai menyuarakan aspirasi, yang penulis duga trauma pada saat keruntuhan orde baru pada gerakan reformasi 98 yang dipelopori kalangan mahasiswa dan pemuda masih terasa dampaknya hingga saat ini.

Penutup

mahasiswa mampu sadar akan peran dan tanggung jawab agar layak dan pantas disebut sebagai mahasiswa. Mahasiswa seyogianya tidak boleh berpangku tangan dan terlalu berpasrah diri terhadap pemerintah karena pemerintah toh juga sama halnya seperti mahasiswa yakni sesama umat manusia (dalam pandangan teologi yang membedakan antar manusia satu dan manusia lainnya hanyalah pada letak ketakwaan/amal ibadah yang diperbuat), kalau kata ali bin abi thalib “aku sudah pernah merasakan semua kepahitan dalam hidup, dan yang paling pahit ialah berharap kepada sesama manusia”.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image