Fisika dan Santet, Nah Loh!
Eduaksi | 2024-05-17 20:17:48Misteri praktik 'santet' telah lama menjadi fokus perdebatan dan spekulasi dalam masyarakat kita. Namun, apa yang jika kita melihat fenomena ini dari sudut pandang yang tidak terduga, dunia kuantum? Di balik tabir ketakutan dan kepercayaan yang menyeramkan, tersembunyi satu konsep fisika yang mungkin bisa memberikan penjelasan yang mengejutkan. Dan ternyata fisikawan pun mengenal santet, tapi mereka mengenalnya aksi seram jarak jauh.
Quantum entanglement, biasa disebut dengan santet ilmiah. Namun, jika disebut sebagai ‘santet ilmiah’ terdengar seperti berlebihan, secara bahasa kata ‘santet ilmiah’ lah yang mewakili fenomena yang oleh Einstein sendiri menyebutnya “spooky action at a distance” yang artinya adalah aksi seram jarak jauh. Quantum entanglement adalah fenomena di mana dua partikel menjadi terikat sedemikian rupa sehingga keadaan kuantum satu partikel tidak dapat dijelaskan secara independen dari keadaan partikel lainnya, meskipun partikel tersebut berada pada jarak yang sangat jauh satu sama lain.
Konsep ini pertama kali diusulkan oleh fisikawan seperti Albert Einstein, Boris Podolsky, dan Nathan Rosen (dikenal sebagai Paradox EPR) pada tahun 1935 untuk menyoroti ketidaklengkapan interpretasi kuantum. Namun, pada tahun 1964, fisikawan John Bell mengembangkan teorema yang memungkinkan untuk menguji fenomena entanglement ini secara eksperimental. Salah satu contoh paling terkenal dari entanglement adalah “paradox EPR” yang melibatkan dua partikel yang terkait secara kuat, dimana perubahan pada satu partikel akan secara instan mempengaruhi partikel yang lainnya.
Quantum entanglement tidak hanya mengendalikan objek jarak jauh namun dapat membuat jarak itu sendiri menjadi seperti ilusi. Para ilmuwan telah banyak melakukan pembuktian mengenai fenomena ini hingga NASA pun pernah mencoba melakukan pembuktian dengan jarak dari bumi dan angkasa menggunakan stasiun angkasa internasional. Terdapat salah satu film marvel yang berjudul ant-man and the wash terinspirasi dari fenomen ini yang dimana tokoh scott lang dapat terhubung pikiran nya dengan jannet yang terjebak dalam dunia kuantum.
Dunia kuantum adalah dunia sub atom yang artinya dunia didalam atom, banyak yang mengatakan masuk dalam dunia kuantum itu seperti memasuki dunia lain karena para ilmuwan menemukan banyak keanehan pada partikel. Hukum- hukum fisika yang ada sudah tidak berlaku lagi, maka dari itu para ilmuwan menyusun teori baru yang dinamakan teori kuantum. Teori kuantum merupakan teori kontroversial yang mengubah cara pandang kita tentang materi, ruang dan waktu. Sesuatu yang paling aneh, sesuatu yang paling tidak masuk akal dan sesuatu yang paling gila yang dibuat oleh mekanika kuantum dan termasuk suatu permasalahan kuantum yang didebatkan hebat oleh Einstein dengan Nehl bohr adalah quantum entanglement.
Entanglement adalah prediksi teoritis yang berasal dari persamaan mekanika kuantum. Dua partikel dapat terjerat jika mereka berdekatan dan sifat-sifatnya terhubung secara luar biasa. Mekanika kuantum juga menjelaskan jika dua partikel tersebut berpisah, mereka dapat tetap terhubung. Konsep dari quantum entanglement sendiri sama seperti santet dan cukup terbilang aneh, karena jika ada suatu partikel berubah, partikel lain yang entangle atau beruntai juga ikut berubah, dalam berubahnya partikel lain tersebut tanpa adanya informasi. Kemampuan kedua partikel untuk tetap terikat dan mempertahankan keterikatannya disebut quantum teleportation.
Untuk lebih jelas, bayangkan jika terdapat 2 buah electron yang identik, selama spin kedua electron tidak diukur, maka kita tidak pernah tahu spin electron up ataukah down. Artinya, spin electron berada dalam superposisi up dan down. Bayangkan jika kita ukur kedua spin electron tersebut menggunakan magnet, misalnya ketika electron A melewati medan magnet ia memiliki spin up, sedangkan electron B memiliki spin down. Maka dari pengukuran tersebut kita mengetahu spin apakah yang dimiliki kedua electron tersebut. Jika kedua electron tersebut dipisahkan dengan jarak yang sangat jauh, electron A dianggap berada di bumi dan electron B berada di bulan.
Pada elektron A didapat spin up dan pada elektron B didapat spin down, jika kita balikan arah pada electron A menjadi down, maka otomatis pada electron B ia akan menjadi up, begitu sebaliknya. Mereka seolah-olah saling terkait, bahkan apabila pada electron B diuji menggunakan magnet kembali maka akan kembali menjadi spin down, dan secara otomatis pada electron A akan menjadi spin up, kedua electron ini berinteraksi seketika dengan waktu yang sangat singkat, melebihi kecepatan cahaya.
Sebenarnya mekanisme dari Entanglement ini masih belum jelas, dan masih terbilang abu-abu. Mekanismenya masih belum sepenuhnya dipahami. Teori utama menjelaskan bahwa partikel-partikel yang terjerat berbagi satu fungsi gelombang yang sama, tetapi terdapat teori yang menjelaskan bahwa kedua partikel terikat tanpa adanya informasi.
Fenomena ini menunjukkan bahwa dunia kuantum tidak diatur oleh hukum fisika yang sama seperti dunia mikroskopis. Entanglement tidak selalu berbau negatif yang dimana dapat disamakan dengan santet, walau secara konsep terbilang sama. Entanglement juga dapat digunakan untuk mengembangkan teknologi baru yang revolusioner, seperti teleportasi kuantum dan komputasi kuantum.
Salah satu tantangan utama adalah bahwa Entanglement hanya terjadi pada skala kuantum, yang berarti bahwa efeknya sangat kecil dan sulit untuk diukur. Tantangan lainnya adalah bahwa Entanglement sangat rapuh dan masih dapat dihancurkan oleh gangguan eksternal. Quantum Entanglement adalah fenomena yang memiliki implikasi mendalam bagi pemahaman kita tentang realistas dan sifat alam semesta.
Created by Nidya Patrica S. Mahasiswa prodi Fisika UNAIR.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.